All Chapters of BERITA VIRAL ISTRI DAN ANAKKU YANG JADI PEMULUNG: Chapter 11 - Chapter 20
79 Chapters
Siapa lagi?
“Mas serius?” Amel menatapku dan aku membalas tatapannya. Aku segera mengangguk kecil menjawab pertanyaannya. “Tapi nanti apa gak akan jadi masalah? Itu mbak Sita pasti akan mengamuk, Mas.”“Hey, itu semua barang punya kita. Mau Mas bawa ke Kalimantan rencananya. Soalnya di sana Mas udah beli rumah jadi kan lumayan buat isi rumah kita yang di sana daripada beli kan?”“Beli rumah? Mas serius?” Aku kembali mengangguk menjawab ucapannya. “Rumah atas namamu, mas sengaja membelinya karena ingin membahagiakanmu. Memang sudah punya cita-cita jika membeli hunian nanti akan mas pakai namamu.”“Mas sebenarnya jabatanmu itu apa? Kenapa gajimu besar sekali? Bisa beli ini dan itu?”“Alhamdulillah jabatanku sekarang manajer, Sayang. Gajiku sekitar 30 juta sebulan itu belum termasuk bonus. Yah kalau ditotal dengan bonus kurang lebih 35 juta Kenapa bisa cepat? Karena sejak awal masuk aku kan sudah menjabat sebagai supervisor dan kebetulan di perusahaanku sedang dibuka perusahaan baru istilahnya cab
Read more
Aku bersumpah ....
Huft, selalu adaaa saja yang mengganggu. Heran aku, apa seperti ini yang Amel alami setiap hari? “Siapa itu, Mas? Ayo kita lihat sama-sama, aku juga ingin tahu.” Aku dan Amel saling berpandangan lalu aku mengedikkan bahu tanda tidak mengerti. Seketika aku melangkah menuju pintu depan yang ada di ruang tamu sementara kami berdua berada di kamar. Aku berniat untuk melihat siapa yang datang berteriak memanggil nama istriku seperti itu. Ternyata Amel juga ingin ikut serta melihat keluar, tetapi aku melarangnya. “Tidak usah biar aku saja, kamu tunggu saja di dalam biar aku yang lihat keluar. Lagi pula kamu sedang menggendong Arka. Kasihan kalau anak kita sampai mendengar yang enggak-enggak nanti di luar,” ujarku pada Amel. Untungnya Amel menurut apa yang aku titahkan padanya. Aku mengintip dari balik hordeng dan cukup terkejut saat tahu suara siapa yang berteriak. Kalau aku tidak segera keluar pasti Ibu akan lebih ribut lagi, tetapi jika aku keluar pasti juga tetap ribut. Huft, sera
Read more
Dia hanya orang lain, Bayu!
“Makasih ya, Mas, kamu sudah mau membelaku hingga sejauh ini. Padahal kami bisa dicap sebagai anak durhaka.” Amel mendongak dan kedua bola mata kami saling bersitatap. Aku mengecup dahinya, entah kenapa rasa sayangku teramat besar untuknya. “Itu sudah menjadi kewajibanku, Sayang. Di sini aku bukan ingin menjadi anak durhaka tapi aku memposisikan di sisi yang benar. Meskipun aku harus melawan ibu kalau beliau salah tetap aku tidak akan berpihak padanya. Biarkan Tuhan yang maha tau yang menilai tentang diriku. Sudah kamu gak usah pikirkan hal itu. Aku mau ngecek ke depan dulu karena sepertinya suara ibu sudah gak kedengaran lagi. Amel melepaskan pelukannya di tubuhku, aku pun bergegas menuju ke ruang tamu lalu mengintip dari balik jendela untuk memastikan apakah Ibu masih di depan rumah atau tidak dan ternyata beliau sudah pergi.Kuhembuskan napas dan rasanya cukup lega. Langsung saja aku memesan taksi online untuk kami bertiga, agar bisa segera berangkat karena hari juga sudah siang.
Read more
Dasar tidak tahu diri!
“Dari siapa, Mas? Kok wajahmu kusut?” tanya Amel padaku.“Ohh, ini dari rekan kerja. Nanyain kapan berangkat kerja kembali.” Aku berusaha tersenyum sebab tak ingin Amel tambah sedih kalau mengetahui mbak Sita lah yang mengirimiku pesan. “Apa nggak sebaiknya ditelpon saja temannya, Mas? Biar lebih jelas? Takutnya ada hal penting,” ujar Amel memberi saran padaku. “Nanti sampai rumah akan kuhubungi. Kamu tenang saja, dia hanya menanyakan kabar bukan soal pekerjaan,” jawabku yang lagi-lagi berbohong pada Amel. Biarlah mbak Sita dan Ibu menjadi urusanku tanpa melibatkan Amel. Selama di perjalanan aku terus menggenggam erat tangan Amel. Tidak ada lagi yang namanya kesedihan karena yang ada hanyalah kebahagiaan. Dia sudah cukup bersabar untuk menahan pedihnya hidup selama ini dan sudah waktunya Amel juga Arka merasakan kesenangan. Tanpa terasa kami pun tiba di kota asal kami kembali yakni, kota Pati. Namun, aku belum ingin langsung pulang ke kontrakan. Aku masih ingin menyenangkan Amel
Read more
itu kan perhiasannya Amel?
“Kamu itu yang anak dan adik gak tahu diri! Disekolahin, digedein tapi apa balasannya? Ibu yang merawatmu bukan istrimu, Bayu! Dasar durhaka!”“Ya suka-suka kamu lah, Mbak, mau ngatain aku apa. Kalau kamu bukan anak durhaka ya sudah kamu saja yang rawat dan kasih ibu uang bulanan. toh suamimu juga kerja dan gajinya lumayan kan? Udah ya males aku debat sama orang kayak kamu, Mbak. Maunya menang sendiri.”Perdebatanku dengan mbak Sita melalui telepon akhirnya kumatikan. Tidak ada gunanya kalau diteruskan, yang ada hanya akan menambah masalah dan sakit hati. Tidak lupa juga kublokir nomornya agar tidak lagi bisa menggangguku. Kuhembuskan napas untuk melegakan sedikit sesaknya dada. “Siapa, Mas? mbak Sita ya?” tanya Amel, aku membalikkan badan dan menatapnya yang kini wajahnya sudah tampak sendu. “Iya, Sayang.” “Pasti dia marah gara-gara kita jalan-jalan begini ya? Kamu pasti bikin status di media sosialmu kan?” Aku mengangguk. Amel menghembuskan napsnya lalu berkata, Untuk apa? Kan d
Read more
Ambil motor dan semua barang di rumah mbak Sita
“Apa, Bu? Kenapa gugup? Ayo jawab ini punya Amel kan?” Geram sekali rasanya melihat ibu seperti ini. Aku jadi serba salah, ingin memaki beliau ibuku. Tidak memaki kok ya kebangetan. “Bu jawab ini punya siapa?!” Pada akhirnya aku membentak. Aku hanya manusia yang punya batas kesabaran. Jika punya ibu yang baik perangainya mungkin sangat tidak bisa membentak seperti ini. Dulu aku tidak bisa, tetapi sekarang lain. Ibu benar-benar harus diberi tahu kalau perbuatannya itu sangat salah. Bukan maksud aku menggurui karena mungkin pengalamanku masih kurang dibanding ibu. Namun, yang namanya salah ya tetap salah meski beliau orang tua sekalipun jadi tetap harus diberi pengertian. “Apa sih, Bayu? Kamu itu jangan asal main tuduh karena jatuhnya fitnah tau gak.”“Oh ya? Fitnah yang bagaimana yang ibu maksud?”“Ya itu lah, apalagi? Fitnah itu yang kamu bilang itu milik Amel. Berarti kamu nuduh ibu yang maling perhiasan istri kamu kan?”“Aku gak ada mengatakan hal itu. Asumsi ibu saja kan?”“Hal
Read more
Hutang siapa?
Bayu menatap tajam wajah mbak Sita, dadanya tampak naik turun sebab emosinya yang membuncah. Bagaimana tidak jika keluarganya sudah sangat-sangat zalim pada istri dan anaknya hingga mereka hidup kesusahan padahal dirinya di Kalimantan hidup cukup enak. Entah apa yang ada di pikiran ibu dan mbak Sita sampai mereka tega berbuat demikian pada Amel dan juga Arka. “Bayu, kamu jangan salah paham, itu semua punyaku bukan punyamu apalagi Amel. Itu semua mas Fahmi yang membelikannya.” Mbak Sita memberikan alasan. Bayu menyunggingkan senyuman sinisnya lalu berkata, “Oh ya? Berapa banyak emangnya uang suamimu sebagai penjual kasur di sana?”“Kamu menghina suamiku, Bayu? Aku gak nyangka kamu sekarang menjadi angkuh begini.” Mbak Sita menatap Bayu lekat. Ia sungguh tidak percaya kalau adiknya itu bisa mengeluarkan kalimat pedas padanya. “Bukannya aku meremehkan soal pekerjaan suamimu, Mbak. Tapi kita lihat faktanya aja. Pekerjaan suamimu itu hanya tukang jual kasur keliling. Dia bisa belikan i
Read more
Keluar atau kami bakar!
“Hutang mbak Sita dan kalian mendatangi istriku? Kalian sudah gila? Siapa yang berhutang siapa yang kalian tagih dan kalian ancam? Sinting!” Bayu memaki para penagih hutang itu. Pasalnya ia kesal gara-gara mereka sudah membuat Amel dan Arka ketakutan hingga Arka menangis kencang.“Masalahnya bu Sita mengatakan kalau kita menagih ke rumah bu Amel sebab uangnya dititipkan sama bu Amel,” jawab salah satu dari mereka. “Dia bilang begitu?” Orang tersebut mengangguk. “Logikany aja, ngapain segala uang 15 juta dititipin? Kalau memang ada uang segitu saja untuk membayar jelas lebih baik dia serahkan ke kalian secara langsung atau dia transfer langsung ke rekening bos kalian yang memberi hutangan. Kalian pikir uang 15 juta itu sedikit sampai harus dititipkan?” sanggah Bayu yang membuat ketiga pria itu saling pandang. Meski apa yang dikatakan Bayu sejatinya benar, tetapi mereka tidak mau tau. Mau uang itu dititipkan atau tidak yang mereka tau dan mereka pikirkan adalah uang itu segera disera
Read more
Rencana Bu Nurma
Suara salah satu debt collector itu sangat keras saat mengancam Sita yang masih di dalam rumah. Suasana semakin panas dan ada beberapa tetangga ternyata sudah melihat ke arah rumah Sita. Mereka seperti ingin tau ada apa di rumahnya Sita.“Bu gimana dong ini? Mereka mengancam tuh.” Sita panas dingin. Keringat sebesar biji jagung pun keluar dari dahinya. “Bu, jangan diam aja dong bantu mikir kek.”“Mikir apa, Sit? Yaudah sih tinggal keluar aja repot amat.” Sita mendelik mendengar ucapan ibunya. Bagaimana bisa ibunya meminta untuk langsung keluar padahal jelas ia punya uang untuk membayar hutang-hutangnya. “Bu, kok malah suruh aku keluar sih? Ibu lah yang keluar dan bilang ke mereka aku gak ada di rumah.”“Gak ah, ibu juga takut kali, Sit.”“Ck, ibu gak asik ah.” Di saat Sita dan bu Nurma masih berdebat kembali terdengar suara lantang dari para penagih hutang itu. Membuat tubuh Sita gemetar. “Cepat kalian keluar! Kami hitung sampai tiga kalau tidak keluar kami beneran bakar rumah
Read more
Kita minta maaf saja
“Ibu benar, kan sebentar lagi Bayu balik ke Kalimantan. Jadi kita ambil semua punya mereka dan jual. Aku yakin harganya lebih dari 15 juta, Bu, nanti sisanya bisa buat beli perhiasan.”“Yaudah ah ibu mau pulang dulu. Mau masak, udah siang nih ibu lapar.”“Ibu, aku ikut ke rumah ya soalnya aku nggak masak jadi aku mau numpang makan. boleh ya, Bu .…”Meski Bu Nurma kesal pada Sita perkara hutang nya itu, tetapi bu Nurma tidak bisa marah. Bagaimanapun Sita adalah anak kesayangannya, tetap saja hatinya akan luluh setiap Sita merengek. Sedangkan Bayu hanya dijadikan ATM berjalan alias hanya mau duitnya saja. Entah kenapa pemahaman Bu Nurma tentang anak laki-laki itu berbeda dengan anak perempuan. Anak laki-laki itu kuat, dan wajib berbakti padanya sebagai ibu. Ditambah lagi bu Nurma juga merasa sudah menyekolahkan Bayu hingga sarjana. Dan menurutnya Bayu harus balas budi. Anak laki-laki adalah investasi. Yang mana di kala sudah sukses harus gantian memberikan apa pun yang bu Nurma inginka
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status