Semua Bab Kakak Cantik, Jadi Mamiku!: Bab 241 - Bab 250
302 Bab
Meluruskan Masa Lalu
“Kita tak seharusnya pergi ke pesta malam itu,” ucap Milea akhirnya mau membahas masa lalu. Milea dan Hanzel kini duduk di ruang inap Kainan sambil membahas masa lalu. “Karena kejadian itu? Bahkan karena ketidaksengajaan itu?” Hanzel menatap Milea yang duduk di seberangnya. Milea awalnya menatap Kainan, lantas beralih menatap Hanzel yang sudah memandangnya. “Iya, aku lupa sedang berada di fase masa subur, Hanz. Aku tidak pernah menyesal, hanya saja ….” Milea menghentikan ucapannya, lantas kembali menatap Kainan. “Hanya saja apa?” tanya Hanzel penasaran. Milea kembali menatap Hanzel, lantas tersenyum tipis. “Aku tidak bisa memberitahumu saat tahu hamil. Ada mimpi yang harus kamu gapai, sedangkan orang tuaku sempat tak menginginkannya. Saat itu, sulit bagiku membuat keputusan,” ujar Milea menjelaskan. Hanzel terkejut mendengar ucapan Milea, tapi dia tak mau memotong apa yang diucapkan wanita itu. “Papa murka. Jika aku menyebut namamu, maka aku yakin semua impianmu dan orang tuam
Baca selengkapnya
Meminta Pendapat
“Hanz!” Aruna begitu syok sampai kepalanya pening mendengar pengakuan Hanzel. Ansel hanya menggaruk kepala karena bingung dengan yang terjadi. Hanzel menemui Aruna dan Ansel, dia merasa jika bisa bicara dulu dengan mereka sebelum membicarakan soal Kainan ke keluarganya. “Jangan bercanda, Hanz. Jangan karena kamu sangat mengharapkan Milea, kamu mengaku-ngaku kalau anak Milea itu anakmu,” ujar Aruna masih menyangkal pengakuan Hanzel. “Aku tidak mengaku-ngaku. Kainan mirip denganku saat kecil, golongan darah kami pun sama, bahkan Milea mengakui kalau anak itu, anakku,” balas Hanzel meyakinkan. Aruna dan Ansel saling tatap mendengar ucapan Hanzel. Mereka benar-benar tak menyangka jika Hanzel memiliki anak dari Milea. “Jika memang itu anakmu, lalu sekarang kamu ingin melakukan apa? Kamu akan memberitahu kedua orang tuamu?” tanya Aruna. “Aku harus memberitahu mereka, karena itu aku ke sini meminta pendapat kalian. Aku tidak mungkin membiarkan Milea terlantar lagi, sudah cukup dia meng
Baca selengkapnya
Syok dan Bingung
“Hanz!” Cheryl sangat terkejut mendengar pengakuan putranya.“Jangan bercanda, Hanz.” Orion juga sangat terkejut mendengar pengakuan putranya itu.Hanzel melihat kedua orang tuanya yang sangat syok, bahkan sang mami sampai memegangi dada karena sangat terkejut.“Aku tidak bercanda. Aku juga baru tahu hari ini. Dia memang anakku, dari segi wajah sama, bahkan golongan darah pun sama,” ujar Hanzel meyakinikan.“Hanz!” Cheryl mendadak seperti terkena serangan jantung karena dadanya terasa sesak.Orion yang mengetahui hal itu buru-buru mengambil air agar sang istri agak tenang.Hanzel sangat cemas melihat sang mami yang sangat syok. Dia menatap sang mami yang sedang minum, sebelum kembali meyakinkan.Orion menatap Hanzel yang tampak tenang. Dia sampai menghela napas kasar.“Kamu tidak bercanda, Hanz? Jangan bilang kamu mengakui untuk suatu tujuan saja,” ucap Orion masih mencoba tenang meski hatinya tak karuan mengetahui putranya mempunya anak di luar nikah.“Aku tidak bercanda, Pi. Dia ben
Baca selengkapnya
Selalu Disalahkan
“Bagaimana bisa tertabrak? Mama sudah bilang, biarkan Kai di rumah, kamu ngotot ngajak dia ke toko. Lagi pula, apa toko perhiasan kurang mencukupi untuk biaya hidupmu? Apa jatah dari mama kurang untuk jajannya Kai?” Milea malah kena sembur sang mama karena kelalaiannya menjaga Kainan menyebabkan kecelakaan. “Kai yang ingin ikut, Ma. Lagi pula Kai tak betah di rumah. Dia tak mau dekat dengan Mama atau yang lainnya, lalu apa aku harus meninggalkannya di sana, membuatnya sedih karena kutinggal?” Milea tak mau disalahkan secara sepihak oleh sang mama atas kejadian yang menimpa Kainan. “Papa yang bilang kalau aku tidak boleh bergantung dengan siapa pun jika bersikukuh mempertahankan Kai. Sekarang, apa aku salah kalau bekerja keras demi masa depan Kai? Aku juga tidak pernah minta uang dari Oma atau nenek, bahkan sama Mama dan Papa juga tidak. Apa aku salah lagi? Mama yang mau ngasih uang untuk Kai, tapi aku tak pernah memakainya. Aku membelikan segala kebutuhan Kai dengan uangku sendiri!
Baca selengkapnya
Paman Baik
“Kai tidak boleh bilang begitu. Pa … Paman datang ke sini karena maksud baik. Lihat, mama dibawakan makanan dan minuman. Paman ke sini bukan untuk berbuat jahat,” ucap Milea menjelaskan. Awalnya dia ingin menyebut nama papa, tapi diganti paman karena tak ingin membuat Kainan bingung.Hanzel terkejut mendengar Milea menyebutnya paman, tapi dirinya tak memprotes karena yakin Milea punya alasan.Kainan menatap Hanzel yang berdiri di samping ibunya, dia memalingkan muka seolah tak suka dengan pria itu.Hanzel menoleh Milea yang menggelengkan kepala. Dia tak tahu apa maksudnya, tapi Hanzel tak mau memaksa.Kainan tak mau bicara karena ada Hanzel. Milea sendiri bingung harus bagaimana, hingga akhirnya meminta Hanzel untuk menunggu lebih dulu sampai emosi Kainan terkendali.“Kenapa Mama membiarkan orang itu di sini? Dia sudah jahat ke Mama. Dia bentak Mama sampai sedih,” ucap Kainan sambil menatap Milea yang duduk di samping ranjang.Milea terkejut mendengar ucapan Kainan. Dia pun menggengga
Baca selengkapnya
Orang Tua Berdiskusi
“Apa?”Bintang sangat terkejut mendengar cerita sang adik. Tiba-tiba saja adik dan iparnya datang, lantas membahas soal anak Hanzel yang tentunya membuat Bintang sangat syok.Aruna dan Ansel hanya diam karena mereka sudah tahu tapi memilih berpura-pura tidak tahu.“Aku juga sangat terkejut sepertimu saat pertama kali mengetahuinya,” ucap Cheryl saat melihat keterkejutan kakak iparnya itu.Bintang benar-benar tak menyangka jika Hanzel akan sampai punya anak di luar nikah.“Lalu, kalian menyalahkan atau memarahinya?” tanya Langit sambil menatap Orion dan Cheryl bergantian.“Kalau marah itu sudah pasti,” jawab Cheryl.“Tapi kami juga tidak egois. Bagaimanapun Hanz juga harusnya bertanggung jawab karena dia menyukai wanita itu juga,” timpal Orion.Langit mengangguk-angguk mendengar jawaban sang adik.“Lalu, apa kalian sudah tahu wanita itu dari keluarga mana?” tanya Bintang penasaran.“Sudah,” jawab Orion.“Wanita itu masih keluarga dari menantumu,” timpal Cheryl.Bintang dan Langit langs
Baca selengkapnya
Saling Menjaga
[Jill.][Kamu marah kepadaku?]Hanzel menatap pesan yang dikirimkan ke Jill. Dia mengirim pesan itu sejak sore, tapi Jill tidak membacanya sama sekali.Hanzel ingin berterima kasih karena Jill memberinya kesempatan melihat fakta akan Milea. Dia bersyukur karena dipertemukan dengan wanita sebaik Jill. Namun, Hanzel juga merasa bersalah karena dirinya ingin kembali ke Milea tapi menyakiti Jill.Hanzel menghela napas kasar, tapi dirinya tak bisa memaksa Jill untuk tak membenci karena sikapnya yang labil.Saat Hanzel masih menatap pesan yang dikirimkan ke Jill. Dia melihat Kainan bergerak, membuat Hanzel berdiri untuk mengecek karena Milea tidur.“Mana yang sakit?” tanya Hanzel saat melihat Kainan meringis menahan sakit.“Kakinya sakit, punggungnya sakit,” jawab Kainan tampaknya tak sadar kalau yang bertanya Hanzel.“Miring pelan-pelan, biar aku bantu pijat,” ucap Hanzel dengan lembut.Kainan mencoba memiringkan tubuhnya meski agak kesusahan, apalagi dia hanya bisa miring ke kanan karena
Baca selengkapnya
Kericuhan di Rumah Sakit
Hanzel pergi mencari sarapan untuk Milea sekalian membeli kopi agar dirinya bisa terus terjaga membantu Milea mengurus Kainan. Saat dia kembali ke ruangan Kainan, Hanzel mendengar percakapan di dalam ruangan itu.Hanzel pun diam mendengarkan, hingga setelah hening tanpa suara, Hanzel memberanikan diri masuk ruangan itu.“Hanz.” Milea sangat terkejut mendengar Hanzel masuk kamar.Milea berharap Hanzel tak datang sebelum kedua orang tuanya pergi, tapi siapa sangka pria itu malah datang lebih dulu.Mark dan Cantika menatap ke Hanzel yang baru saja datang. Mereka tentunya terkejut ada seorang pria masuk ke ruangan itu, apalagi Hanzel tak seperti sedang bertamu di sana.“Siapa kamu?” tanya Mark dengan suara tegas.Milea menggelengkan kepala sambil menatap Hanzel, memberi isyarat agar pria itu tak mengaku.Hanzel melihat Milea menggelengkan kepala, tapi sesuai dengan janjinya sebagai pria yang ingin bertanggung jawab terhadap Milea dan Kainan, Hanzel pun mencoba mengaku.“Perkenalkan, saya
Baca selengkapnya
Hanya Ingin Terbaik
“Oma, kenapa paman itu bilang kalau Kai anaknya?” tanya Kainan setelah Mark menyeret Hanzel keluar. Cantika bingung menjawab pertanyaan Kainan, belum lagi terdengar suara ribut dari luar. “Kai tidak usah mendengarkan ucapannya. Paman itu hanya bercanda dan tidak serius mengatakan itu,” ucap Cantika mencoba mengalihkan perhatian Kainan. Baru juga Cantika berhenti bicara, terdengar suara bertengkar di luar hingga membuat Cantika memejamkan mata sejenak. “Apa pun yang Kai dengar dari luar, jangan dianggap. Itu urusan orang dewasa, jadi Kai tidak usah mendengarnya,” ucap Cantika karena takut Kainan memasukkan dalam pikiran setiap ucapan yang didengar. Kainan hanya mengangguk-angguk mendengar ucapan Cantika meski mendengar keributan di luar. “Kai mau nonton kartun? Biar oma nyalakan televisinya,” ucap Cantika lantas menyalakan televisi dengan volume lumayan keras agar Kainan tak lagi mendengar pertengkaran di luar kamar. Ranjang bagian kepala agar dinaikkan agar Kainan bisa menonton
Baca selengkapnya
Lelah Berdebat
Milea langsung menangis sambil menunduk mendengar ucapan sang ayah. Hanzel langsung menatap Milea saat mendengar ucapan Mark. Memang dia bersalah karena dulu sama sekali tidak peka dengan perasaan wanita itu, dia masih labil dan hanya memikirkan dirinya sendiri. “Aku mengakui semua kesalahanku. Dulu aku memang labil dan tak memikirkan perasaan siapa pun. Namun, itu dulu, apa sekarang aku tidak berhak mendapat kesempatan kedua untuk menebus kesalahanku?” Hanzel mencoba bertanggung jawab sepenuhnya dengan mengakui kesalahan. “Kesempatan kedua kamu bilang? Apa sekarang itu perlu? Dulu kamu tak bisa memahami perasaannya, apa kamu pikir sekarang juga bisa memahaminya? Kamu mau menebus kesalahan, kenapa tidak mati saja? Andai aku menemukanmu lebih awal, aku tidak peduli kamu siapa, akan kubuat mulutmu diam!” hardik Mark tak mau mendengar apa pun yang dikatakan Hanzel. Hanzel dan Sashi sangat terkejut mendengar ucapan Mark, Milea sampai menatap tak percaya ke ayahnya itu. “Pa.” Milea men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2324252627
...
31
DMCA.com Protection Status