Semua Bab Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan: Bab 11 - Bab 20
23 Bab
BAB 11. Beruntung nya Menjadi Istri CEO
Rani membuka ponselnya, ada notifikasi masuk."Hai beb! aku mau ngajarin kalau aku di terima kerja di kantor suami kamu loh! besok hari pertama mu kerja.. cepat balik ya dan bawa oleh-oleh!" Pesan singkat dari Linda. Rani dengan mata yang berbinar senang, kedua sudut bibir menarik ke atas. "Wah beb! selamat ya!! aku jadi tidak sabar untuk pulang, sampai jumpa senin depan. love you!" jawab Rani.Rani dan Linda sudah bersahabat dari dia duduk di kelas 2 SMP.Dulu rumah Linda hanya beda blok dengan Rani, tapi setelah dia lulus SMK dia pindah ke kota Bandung.Tapi mereka bersatu kembali di perguruan tinggi saat kuliah.Kabar gembira itu membuat pagi Rani menjadi lebih semangat.Rani yang baru saja selesai di make up menjadi sangat narsis.Hari ini, Bagas dan Rani akan melakukan pemotretan di pinggir pantai.Bagas menghampiri Rani yang sedang asyik Selfie. Memberinya segelas susu hangat dan sepotong Roti kukus dengan selai kacang."Di makan dulu dong rotinya, dari tadi di diemin aja nan
Baca selengkapnya
BAB 12. Hari Pertama Bertemu Linda
Hari berlalu begitu cepat.Sepasang pengantin baru itu akhirnya akan kembali pada rutinitas sehari-hari, yaitu masuk kantor seperti biasa.Rani sudah bangun lebih dulu, mandi dan berdandan.Tapi, Bagas masih tertidur pulas di atas ranjang."Mas, mas.. sudah mau jam 6 loh. Bangun mas.."Rani mengusap usap lembut dada Bagas yang di biar kan nya terbuka. Terlihat dada yang bidang dan berbulu.Sesekali Rani mencium pipi suaminya itu, dan menutupi dadanya dengan selimut."Mas.. bangun yuk.. nanti telat.. " Masih belum ada respon.Rani beranjak dari tempat tidur, tapi tiba-tiba Bagas menarik tangannya hingga dia terjauh di atas dadanya."Aduh...." Rani membelalakkan matanya, melihat mata Bagas yang terbuka lebar."Ih udah bangun juga, tapi ga respon!" "Hehe, peluk dulu dong" Bagas membentangkan tangannya, dan mendekap Rani yang berada di sisinya."Udah cantik yaa.. semangat banget mau kerja.." Bagas menggoda."Iya dong! aku ga sabar mau ketemu Linda.""Oh, Linda.. pantas aja semangat bange
Baca selengkapnya
BAB 13. Perhatian Yang Besar Dari CEO Tampan
"Eh, Omong- omong gimana Ran, kok bisa kamu secepat itu luluh sama pak Bagas?" tanya Linda."Ya, kamu tau kan.. bagaimana selama sebulan itu dia kasih kejutan, dan cara dia yang tiba-tiba sudah kenal duluan sama orang tua ku.. ya kan? perempuan mana sih yang ngga klepek -klepek. ""Nah, jadi saat rasa ini aku sadari sudah mulai ada itu, sejak sehari setelah resepsi kemarin Lin. Waktu masih pagi - pagi banget ya! Mas Bagas dapat pesan dari mantannya, namanya Namira.." Lanjut Rani dengan wajahnya yang sedikit judes menyebut nama Namira."Hah? mantan? terus terus..." Linda kembali duduk di atas meja kerja Rani, terlihat seru dan penasaran." Iya, jadi pagi itu, aku habis buat kopi kan. aku tuh mulai terbuai sejak malam pertama Lin seperti nya. Ya, kamu ngerti lah namanya udah di telanjangi.. ngga mungkin aku ngga ada rasa.""Aaaaaaau" tiba-tiba Linda teriak begitu kaget, sampai Rani menutup mulut Linda."Ih, jangan teriak juga Linda!!" "Eh iya, maaf maaf. aku syok banget!! jadi kamu se
Baca selengkapnya
BAB 14. Rani Jatuh Sakit
Rani membuka pintu ruangannya, menenteng kantong belanja berisi tas mini barunya.Tapi tak tampak kegembiraan pada wajah Rani.Dia masuk dengan wajah yang di tekuk, sambil memijat keningnya menaruh kantong belanja itu di atas meja."Kenapa kamu dateng -dateng mukanya di tekuk begitu" tanya Linda.Rani menunjuk dengan bibirnya ke arah kantong belanja berwarna merah muda motif bunga -bunga.Linda yang penasaran beranjak ke arah meja Rani, dan membuka kantong belanja tersebut."Wah, tas baru nih" Linda mengeluarkan tas mini berwarna cream tersebut.Sambil menimang -nimang tas baru itu Linda berkata "Dari pak Bagas ya? tapi kenapa kamu cemberut dapat tas baru? aneh nya!" Rani hanya bergeming, tangan kirinya memijat kening, dan tangan kanan membuka laptop.Linda yang bingung dengan Rani, kembali pada meja kerjanya.Linda terus memperhatikan Rani yang sesekali menundukkan kepalanya itu."Rani? denger aku tanya gak sih?"Rani mengangkat kepalanya, "iya aku dengar, ini aku pusing deh. Mas Ba
Baca selengkapnya
BAB. 15 Rani Masih Belum Membaik Juga
Infusan sudah hampir habis, Bagas menekan tombol di sambil ranjang untuk memanggil suster.Tak lama, beberapa menit kemudian, suster datang membawa dorongan berisi perlengkapan untuk mencopot infus di tangan Rani.Kondisi Rani sudah tidak demam lagi seperti baru pertama kali tiba di rumah sakit, suhunya menurun setelah di beri infus penurun demam.Bagas melirik jam tangannya, sudah menunjukkan pukul sembilan lewat empat puluh menit. "Hampir jam 10 malam" Bagas bergumam dalam hati.Terlihat Rani juga sangat mengantuk, walaupun tadi dia juga sempat tidur saat di infus, tapi sedikit sedikit terbangun.Bagas, menanyakan pada Rani dengan tatapan yang penuh rasa bersalah, Bagas melihat sesekali Rani menelan ludah dan ingin muntah "Apa masih mual?" katanya."Masih mual mas, tapi aku lapar" "Kamu mau makan apa? biar kita cari setelah dari sini ya.." Suaranya lembut dan pelan.Makanan dan minuman yang di beli pak Joko tadi tidak ada satupun yang di makan oleh Rani. Rani masih tidak nafsu mak
Baca selengkapnya
BAB 16. Teh Manis Hangat
Pagi itu, Rani tiba- tiba saja seperti tidak sakit.Wajahnya terlihat fresh seperti tidak terjadi apa - apa tadi malam.Dia bangun jam tujuh pagi, bergegas ke dapur untuk membantu mba Pinem memasak.Mba Pinem yang sedang mencuci buah, melihat Rani yang datang sangat sehat merasa aneh."Loh Bu ngapain ke dapur, nanti kecapean Bu" kata mba Pinem menahan tangan Rani yang akan menceburkan tangannya ke dalam baskom isi buah."Aku udah ngga apa-apa kok mba, Alhamdulillah sehat. Kayanya obatnya cocok. Sini biar ku bantu. Hari ini aku juga ngga di izinin untuk masuk kerja sama mas Bagas." Mba Pinem ragu - ragu memberikan baskom isi buah itu, tapi dia tidak bisa menolak jika itu majikannya yang memaksa."Masak apa hari ini mba? " Tanya Rani pada mba Pinem yang sedang mengelap bagian kompor."Saya masak sayur bayam bening, ada ikan gurame goreng, perkedel kentang, saya juga masak gulai ayam kok Bu" jelas mba Pinem."Wah masak sebanyak itu, jam segini udah selesai ya mba""Kalau mba pulang kamp
Baca selengkapnya
BAB 17. Tanda - Tanda Rani Sedang Ngidam
Barang yang di tunggu- tunggu akhirnya sampai juga di tangan Rani.Rani menaruhnya di atas wastafel toilet.Rani terpaku menatap cermin di dinding itu, raut wajahnya tersirat mengandung harapan besar.Suara dan gerak gerik mba Pinem terngiang -ngiang di telinga dan khayalan Rani, ("Biar lebih akurat, di pakai waktu ibu pipis pertama kali saat bangun tidur Bu, nah caranya seperti ini nanti")Wadah untuk menampung air pipis Rani pun sudah di siapkan bersama tespek tersebut.Sesekali Rani mengambil dan menimang box kotak berwarna putih biru, dengan tulisan Sensitif digital pregnancy test itu.Ragu yang melanda Rani, terselimuti dengan rasa penasaran nya.Jantungnya berdebar.."Besok akan aku coba deh, semoga hasilnya sesuai ekspektasi ku dan mas Bagas" gumam nya dalam hati.Rani kembali menatap cermin, menatap wajahnya yang polos tanpa polesan make up sedikit pun.Dia mencoba mengelus pipinya, dia mengingat - ingat dua bulan lalu, dia masih sangat ragu dengan Bagas.Tapi takdir berkata la
Baca selengkapnya
BAB 18. Tespek!
Hari pun berganti malam, dan malam pun menghampiri pagi. Langit masih gelap gulita.Rani yang masih berada dalam pelukan CEO tampan itu menatap jam dinding yang persis berada di samping foto pernikahan mereka berdua di dalam kamar megah nya itu.Jam menunjukkan pukul 04.50 pagi."Masih subuh, hmmm aku deg - deg an mau tespek" Rani bergumam sendiri di dalam hatinya.Dia mengambil ponsel di laci yang berada di samping dipan nya itu, membuka google dan mengetik di pencarian tanda - tanda wanita hamil.Rani membaca dengan seksama, ada beberapa poin yang memang sedang di rasakan oleh Rani. "Tapi ngga semua poin aku rasain sih, kalau begini hamil ngga ya?" Dia meletakkan jari telunjuknya di dagu.Dia benar - benar polos untuk hal begini. Ini lah pengalaman yang tidak akan terlupakan oleh Rani. Pengalaman menggunakan tespek.Rani mencoba menggeser suaminya itu dari sisi nya. Dia berjalan pelan ke arah toilet, mengambil handuk yang di gantung dekat pintu kamar mandi. Rani menatap wajah bant
Baca selengkapnya
BAB 19. Kehamilan Itu Nyata Adanya
Jam di dinding menunjukkan pukul 11.30 menit.Rani yang sedang duduk di teras balkon melihat pemandangan di sekitar taman. Melihat - lihat bunga- bunga berwarna warni yang indah dan segar terawat.Sesekali dia mengecek ponsel nya. Membuka media sosial Instagramnya yang penuh dengan postingan tentang kehamilan, karena dari kemarin pencarian nya hanya seputar kehamilan."Hmmm... Bukan gamau ke dokter obgyn, tapi aku benar- benar ragu. aku ngga mau ngecewain mas Bagas kalau hasilnya ngga sesuai harapan." Gumamnya dalam hati."Apa aku tanya mama yah, pasti mama tau." Dia kembali membuka ponselnya, menekan nomor mama di ponselnya.Rani mulai mengetik pesan singkat."Mah, apa kabar? semoga mama baik - baik ya.. maaf aku ngga ngabarin hampir seminggu ini, dari kemarin aku sakit, dan sempat di bawa ke dokter dan di infus, nah tapi, orang dirumah nyuruh aku untuk tespek mah dan aku mencobanya mah, tapi hasilnya seperti ini"Rani mengirim foto tespeknya tadi pagi, terpampang ada garis 2, satu
Baca selengkapnya
BAB 20. Bagas Terlalu Menggebu
Rani hanya mengangguk -angguk kepalanya dan duduk di atas kursi.Jus alpukat yang aroma nya sangat menyergap hidung Rani, sudah di hidangkan oleh mba Pinem. Dia terlihat menikmati jus alpukat itu.."Mba temenin aku dong duduk di sini" Mba Pinem yang baru saja ingin pergi ke belakang di tahan oleh Rani untuk duduk di meja makan khusus majikannya itu."Loh serius Bu ngga apa- apa saya duduk disini?" Tubuhnya masih terpaku berdiri di hadapan bangku yang mewah berwarna ke emasan."Loh memangnya ada peraturan ya? pegawai tidak boleh duduk di meja makan?" kata Rani.Mba Pinem tersenyum sedikit."Sudah lah duduk saja mba.. aku ngga mau di tinggal sendirian" wajah nya memohon bibirnya manyun, tapi menjadi tambah imut di lihatnya."Iya iya Bu.. heheh pantas saja pak Bagas setelah menikah banyak berubah ya Bu.. aku yakin perubahan itu pasti datang dari pasangan nya juga" kata mba pinem sambil mendudukkan tubuhnya di kursi mewah itu yang biasanya hanya dia lap - lap dengan kain. "Hmmm... omon
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status