Rani hanya mengangguk -angguk kepalanya dan duduk di atas kursi.Jus alpukat yang aroma nya sangat menyergap hidung Rani, sudah di hidangkan oleh mba Pinem. Dia terlihat menikmati jus alpukat itu.."Mba temenin aku dong duduk di sini" Mba Pinem yang baru saja ingin pergi ke belakang di tahan oleh Rani untuk duduk di meja makan khusus majikannya itu."Loh serius Bu ngga apa- apa saya duduk disini?" Tubuhnya masih terpaku berdiri di hadapan bangku yang mewah berwarna ke emasan."Loh memangnya ada peraturan ya? pegawai tidak boleh duduk di meja makan?" kata Rani.Mba Pinem tersenyum sedikit."Sudah lah duduk saja mba.. aku ngga mau di tinggal sendirian" wajah nya memohon bibirnya manyun, tapi menjadi tambah imut di lihatnya."Iya iya Bu.. heheh pantas saja pak Bagas setelah menikah banyak berubah ya Bu.. aku yakin perubahan itu pasti datang dari pasangan nya juga" kata mba pinem sambil mendudukkan tubuhnya di kursi mewah itu yang biasanya hanya dia lap - lap dengan kain. "Hmmm... omon
"Mas!!" Rani memanggil Bagas dengan wajah yang mulai tegang, Rani tak sabar mengapa Bagas lama sekali berdiri di depan suster."Mas Bagas..!!" panggilnya lagi.Bagas menoleh ke arah Rani, tapi Bagas hanya melambaikan tangan menandakan tunggu sebentar lagi.Rani menghela nafas melipat kedua tangannya di dada dan menyenderkan tubuh nya di kursi.Rani mulai jengkel.Selang lima menit kemudian Bagas datang. Tanpa memberi Bagas sedikit ruai untuk bicara, Rani langsung lebih dulu menegurnya."Ngobrolin apa sih, lama banget!" Matanya berputar.Rani terlihat jengkel sekali saat itu."Maaf ya sayangku, tadi aku banyak bertanya tentang dokter terbaik di sini, untuk pemeriksaan pertama ini aku ngga mau salah dokter" Bagas mendekatkan wajahnya ke arah wajah Rani.Tapi Rani membuang mukanya ke arah samping."Maaf ya sayangku" Bagas berusaha membujuk Rani yang sedang ngambek.Tangan kiri Bagas merangkul bahu Rani, sesekali mengelus - elus bahunya, berharap emosinya mereda sebelum namanya di panggil
Kedua tangan Rani memegang ponselnya, sibuk memberi nama di kontak barunya, nomor baru Dokter puji.Di sampingnya ada Bagas yang setia merangkul Rani menuju loket pengambilan obat.Walaupun begitu banyak orang berlalu lalang dengan kesibukan dan keresahan nya masing -masing. Tapi, Seluas mata Bagas memandang hanya ada keindahan, dan kebahagiaan.Di dalam pikiran nya entah siapa dulu yang akan di berikan kabar bahagia tentang kehamilan Rani. Orang tua kandung nya atau mertuanya.Sampainya di loket, Bagas menyuruh Rani untuk duduk di kursi kosong yang jaraknya tidak begitu jauh.Sedangkan dia sendiri mengambil obat dengan kertas merah pudar di tangan nya."Kamu tunggu disini ya, biar aku yang kesana" Mata Rani tertuju pada tangan Bagas yang menunjuk ke arah loket obat.Loket itu berjarak kurang lebih 10 meter dari tempat duduk Rani.Baru kali ini seorang CEO yang kaya raya mau terjun langsung, bahkan mengantri. Dari dulu Bagas selalu menyuruh, pak Joko atau pak Riko untuk melakukan ha
"Aduh capek banget sih hari ini!"Rani mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk meregangkan otot. Gadis muda blasteran Indonesia-Jepang dengan nama lengkapnya Naomi Maharani itu sedang mengerjakan tugas laporan keuangan. Hari ini adalah hari pertama Rani kerja di PT Graha Abadi. Baru pertama kali masuk, Rani sudah mendapatkan banyak kerjaan.Selain parasnya yang cantik jelita, Rani juga gadis muda yang pintar dan teliti. Dia bekerja cukup serius di hari pertama, sampai tak terasa, eh udah jam makan siang saja.Rani melirik ke arah jam dinding, Jam menunjukkan pukul 13.35 WIB. "Hah! sudah setengah 2 siang, pantas saja cacing-cacing diperut ku mulai memberontak. Saking seriusnya aku bekerja sampai lupa jam makan siang." gumam Rani sendirian.Rani mulai menutup laptop nya untuk mencari makan siang. Pas sekali saat Rani membuka pintu ada seseorang pria tampan yang lewat tepat di depan ruangannya. Dari belakang sini, Rani melihat tubuh pria itu tinggi kira-kira 180 sentimeter. Bahunya le
“Duh… ada apa yah… emangnya aku buat salah ya? kenapa tiba-tiba di panggil ke ruang CEO? padahal di hari pertama ini aku cuma kerjain laporan, dan aku mengerjakan nya dengan benar! Bahkan sampai jam makan siangku hampir lewat."Rani terus menggumam ketakutan sambil menggigiti jarinya. Dengan wajah yang sedikit cemas, dadanya pun berdegup, banyak pertanyaan di dalam benak Rani. Sampai akhirnya tiba di depan ruang CEO."Seperti nya ini ruangannya" gumam Rani dalam hati.Rani menarik nafas panjang dan mengetuk pintu ruang CEO yang pak Riko maksud."Silahkan masuk" suara pak Riko terdengar dari dalam.Saat Rani membuka pintu Rani terkejut melihat pria aneh itu duduk di kursi mewah dan pak Riko hanya berdiri di sampingnya.Pria dengan wajah datar itu duduk di depan laptop mahalnya. Rani merasa bingung dan terheran-heran."Loh kok dia ada disini" dengan suara yang lirih sambil menunjuk pria itu dengan jari telunjuknya."Rani silahkan duduk disini dulu" pak Riko mempersilahkan Rani duduk te
Rani malah diam membisu di hadapan pak Bagas, karena dia bingung harus menjawab apa. "Mengapa kamu diam saja ran?" tanya pak Bagas."Maaf pak, saya bingung mau jawab apa." kata Rani sambil menundukan kepalanya."Kalau begitu sebaiknya kamu kembali keruang kerjamu."Pak Bagas menyuruh Rani kembali ke ruang kerja. Di dalam ruang kerja, Rani hanya bengong memikirkan jawaban apa yang harus di katakan nanti jika Bagas menanyakan kembali hal yang sama.Sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu.Tok.. tok.. tok.."Iya, silahkan masuk" jawab Rani.Rani melihat ke arah pintu, betapa terkejutnya Rani yang datang adalah pak Bagas. Rani langsung beranjak berdiri "ada apa pak?" Tanya Rani pura-pura lupa dengan janjinya."Ada apa katamu? Aku datang kesini untuk menagih jawabanmu Rani" kata Bagas.Rani menoleh ke arah jam dinding dan melirik ke arah pak Bagas "masih jam 4 sore pak, belum waktunya pulang" kata Rani."Saya CEO nya disini loh" Bagas menghampiri Rani dan duduk di bangku Rani, Rani yang
"Ohh tidak, dia Malah asik main handphone dan tidak mendengarkan aku! Oh tidak bagaimana jika benar dia jadi suamiku nanti" Rani bergumam dalam hati dengan tatapan yang menyebalkan melihat sikap pak Bagas.Tiba-tiba pak Bagas memandang Rani dengan senyuman manisnya dan meletakkan handphone nya. Paras pak Bagas memang membuat Rani selalu salah fokus. Rani yang sedang sebal tak karuan di buatnya mencair dan tersipu."Jangan macem-macem ya pak, lihatnya bisa biasa aja tidak!" Jawab Rani ketus."Baiklah kalau begitu, kita pulang saja yuk. Biar saya yang mengantar kamu, kamu tidak boleh naik taksi." Sambil bergegas pak Bagas membereskan tas nya dan berjalan begitu saja menuju pintu keluar, tanpa menunggu Rani membereskan barang-barangnya.Rani benar-benar tidak habis pikir dengan cara pak Bagas. Tanpa pikir panjang Rani pun membereskan barang-barangnya dan segera mengejar pak Bagas."Tunggu aya pak!" triak Rani dari meja makannya.......Sampainya di depan rumah Rani, pak Bagas turun da
Satu bulan berlalu.. Bagas tak membiarkan satu hari pun terlewati tanpa pembuktian cinta pada Rani.Hari demi hari dia jadikan kesempatan besar untuk meluluhkan pujaan hatinya tersebut.Waktu pernikahan sudah tinggal 2 hari lagi.Keseriusan cinta pak bagas untuk mendapatkan hati Rani seperti nya tidak sia-sia.Semakin hari Rani semakin mulai terbiasa dan mulai mau menerima takdir yang terlalu mendadak ini.Rani yang awalnya keras dan selalu cemberut kepada pak Bagas kian hari mulai memberi senyum.Rani pun masih tak menyangka mengapa seorang CEO yang tampan dan mapan bisa jatuh cinta pada dirinya. "Tinggal 2 hari lagi, sungguh aku masih tidak menyangka! Tapi wajah tampannya selalu membuat aku terlena dan tak berkutik" Rani bergumam di depan laptopnya. Rani yang profesional kerja tidak mau ambil cuti atau sesuka hati untuk bolos kerja. Rani ingin membuktikan bahwa dia mempunyai kemampuan bekerja di luar cinta pak bagas.Tok.. tok.. suara pintu ruangan Rani di ketuk."Iya, silahkan m