All Chapters of Kalau Cinta Jangan Gengsi: Chapter 41 - Chapter 50
76 Chapters
Tanda Kepemilikan
Bulan dan Langit kini berada di restoran hotel. Seperti kata langit, dia mengajak Bulan sarapan lebih dulu sebelum meninggalkan hotel.Setelah perdebatan mereka yang seolah tak ada habisnya. Bulan dan Langit tampak akur berjalan beriringan mengambil beberapa makanan yang ada di stand.Langit mengambilkan bubur ayam dan membawanya ke meja. Dia mendorong mangkok berisi bubur ayam itu ke arah istrinya.Bulan mendongakkan kepalanya, “Kamu menyuruhku makan ini?”Langit mengangguk, “Perutmu pasti tak nyaman, lebih baik kamu makan ini dulu baru yang lain.”“Jangan bercanda, aku nggak mau, aku nggak sakit.”“Sekali saja dengarkan aku kali ini. Atau aku harus menelepon Mama dan mengatakan yang sebenarnya? Meminta mama membujukmu makan ini?”Bulan menghela nafas berat, pilihan yang cukup sulit baginya. Dia tidak suka makan bubur, tapi dia juga tak mau Langit mengatakan pada Mamanya tentang apa yang terjadi semalam. Langit menatap istrinya yang masih gamang. Dia tahu butuh effort untuk
Read more
Nafkah Lahir & Batin
Langit menyeka wajah kasar. Langit yang merasa tak enak hati dengan Baby pun berusaha mencegah Bulan melanjutkan adu mulut antara keduanya. “Apa! Katakan saja!” “Aku antar Baby pulang, kamu tunggu aku di sini.” Demi mencegah kejadian yang tidak dia inginkan, lebih baik Langit dengan cepat memisahkan mereka berdua. Sebab suasana sepertinya kian memanas. Langit hanya tak mau Baby melakukan sesuatu di luar kendalinya yang bisa merugikan istrinya. “Pergi saja, antarkan dia, aku takut dia merajuk dan menangisi nasibnya nanti,” ketus Bulan pada Baby seraya menyendok buburnya. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam dia remuk redam. Sebab bukan akhir seperti ini yang dia harapkan dari Langit. Dia ingin gadis itu yang pergi dari sana, bukan pergi dari sana dengan bayangan Langit. Bulan berusaha menghempaskan perasaan perih yang tiba-tiba hadir. Bulan menatap gadis di depannya yang sudah berdiri memegang lengan suaminya. Kebahagiaan terlukis jelas di wajahnya. “Aku pergi dulu,” pamit Lang
Read more
Sebuah Rahasia
Bulan mengerjapkan mata beberapa kali, dia berjalan mondar-mandir dan tampak berpikir jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan suaminya. Sebuah tebakan konyol yang cukup sulit dijawabnya.“Sudahlah, menyerah saja.”“Nggak, aku bahkan belum mencoba menjawabnya dan kamu sudah menyuruhku menyerah, itu bukan aku, Langit.”Langit mengangguk-angguk, kesombongan istrinya memang tiada duanya.“Aku beri waktu dua menit lagi.”Bibir Bulan menyeringai, dia tahu jawabnya, dengan cepat dia mendekati suaminya dan menjawab.“Karena matahari nggak bisa berenang.”“Damn it!” umpat Langit. Dia tak menyangka Bulan bisa menjawab pertanyaan konyol darinya. Bulan tertawa senang, dia menang dari suaminya. Tanpa sadar dia memeluk Langit dengan gemas. Ternyata bahagia versi Bulan benar-benar sederhana. Langit membatin saat melihat istrinya itu tertawa lepas tanpa beban.Bulan yang mulai menyadari kekhilafannya pun melepaskan pelukannya.“Sorry, Langit. Aku terbawa suasana.”“It’s ok, nggak mas
Read more
Kenangan Satu Malam
Langit hanyut dalam derap lamunan panjangnya. Memikirkan bagaimana caranya agar dia mengungkapkan perasaan yang sebenarnya pada istrinya. Namun sisi hatinya yang lain takut menghadapi kenyataan bahwa Bulan lebih memilih atasannya ketimbang dirinya yang tak memiliki apa-apa. Melihat Bintang yang tampak begitu lembut memperlakukan Bulan, ditambah lagi, sejak awal memang lelaki itulah yang seharusnya menjadi suami Bulan bukan dirinya, membuat hatinya kian gamang. “Kamu ngapain di sini.” Langit terjengit kaget saat tepukan Bulan berada di bahunya. “Nggak ngapa-ngapain, hanya berjaga-jaga kalau kalian membutuhkan sesuatu." “Mau ke mana?” tanya Langit yang curiga istrinya akan pergi dengan Bintang. “Aku mau pergi sama Bintang, sebentar saja.” “Ke mana?” “Tanyakan saja padanya, aku tak tahu dia mau membawaku ke mana.” “Apa dia buta? Bukankah dia tahu kalau aku suamimu? Wajarkah jika seorang istri pergi dengan lelaki lain sementara suaminya di rumah?” “Jangan mengaturku, Langit.” “M
Read more
Jatuh Cinta
Mine berdecih, “Kamu terlalu negatif thinking, Langit. Honestly aku mau membantumu, kalau kamu benar-benar menyukai sahabatku."Langit tertawa meremehkan, dia tak yakin kalau Bulan menyukainya, secara melihatnya tampak begitu nyaman dengan Bintang. Sementara saat bersamanya sembilan puluh persen mereka berantem dan hanya sepuluh persen berdamai.“Jangan bercanda, even kamu ngomong dia menyukaiku, aku masih belum yakin. Kamu tak pernah tahu isi hati seseorang, Mine. Tak terkecuali sahabat dekatmu sendiri.”Mine menghela nafas panjang, dua anak manusia yang sama-sama keras kepala itu masih denial dengan perasaannya sendiri. Membiarkan perasaan mereka seperti rumput liar yang tumbuh dengan lebat, namun dengan sigap memangkasnya habis-habisan.Melihat Langit yang masih duduk di depannya, Mine pun menggodanya.“Katanya mau pergi?”Langit diam, memilih mengatupkan bibirnya lalu menikmati kopinya. Dia menggeser posisi duduknya menjadi di samping Mine. Mine meliriknya dan tersenyum geli
Read more
Bukan Perempuan Baik-baik
Temaram mulai datang, lembayung senja mulai menghilang. Keheningan memecah di antara mereka. Mine tampak masih saja menekuk muka. Dia mengayunkan kakinya yang berada di bawah meja. Sayangnya kakinya yang jenjang itu salah sasaran. Bak bumerang yang kembali pada pemiliknya. Bulan mengaduh saat Langit mencubit kakinya yang berhasil menendang tulang kering suaminya.“Aduh, sakit, Langit.”“Makanya punya kaki di jaga, kalau perlu disekolahin biar tahu sopan santun.”Bintang geming, dia memilih menulikan telinganya mendengar perdebatan mereka berdua. Sesak merundung dadanya mendengar serta melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana mereka bertengkar dengan mesra. Bagi orang lain mungkin itu terlihat biasa. Namun tidak bagi Bintang dan juga Mine. Mereka punya mata dan indera perasa yang cukup tajam untuk mengetahui bagaimana perasaan sepasang suami istri pura-pura itu.Bintang berdeham, dia mencari perhatian Bulan dengan caranya sendiri. Bulan yang mulai menyadari keberadaan Bint
Read more
Dua Istri?
“Kita pulang beneran? Atau kamu mau pergi ke mana?” tanya Mine pada sahabatnya yang memilih melempar pandangannya keluar jendela, menikmati indahnya lampu kota yang tampak berkelap-kelip layaknya hatinya yang kadang padam dan kadang terang. “Honestly aku belum ingin pulang, Mine, ini masih terlalu dini untuk pulang,” jawab Bulan melirik pergelangan tangannya. Ide cemerlang mendadak menghampirinya. “Aku sedang butuh pelampiasan. temani aku kulineran, aku mau street food, sekaligus kita bisa mencari udara segar.” “Hilih, mencari udara segar, memang yang kamu hirup sekarang kurang segar? Kalau kurang segar pergilah ke kutub utara.” Bulan tertawa mendengar ocehan sahabatnya yang tergolong sarkas padanya. Bulan membuka kaca jendela dan mulai membiarkan angin menampar wajahnya. Berharap itu bisa meredakan riuh isi kepalanya. Perlahan Bulan mulai memejamkan matanya. Lalu membuka matanya kembali saat wajah Langit terlintas di pikirannya. Dia menatap lurus ke depan pada jalanan yang cuku
Read more
Pillow Talk
Malam kian larut kini keduanya sudah berada di atas ranjang empuk milik Bulan. Mumpung keduanya lagi akur, Langit tak mau menyia-nyiakan kesempatan begitu saja. “Mau pillow talk?” Bulan mengangguk, toh dia juga masih belum ingin memejamkan mata. Rasanya dia belum cukup lelah walaupun sudah melakukan banyak kegiatan hari ini. “Apa kamu senang hari ini?” “Hm, tentu saja.” “Apa karena Bintang bersamamu?” Bulan mendesah, dia pikir Langit mengatakan pillow talk tentang sesuatu yang manis dan sedikit romantis. Nyatanya tema yang diangkat tidak jauh-jauh dari pemicu perdebatan mereka. “Bisa ngobrolin yang lain, mungkin tentang betapa lucunya kamu saat tak bisa memakan escargot atau yang lainnya. Hm, seperti obrolan yang sedikit ringan.” Langit tertawa, dia memang baru pertama kalinya makan escargot dan ternyata cukup enak. Dia ingat betul saat tadi hendak memakannya, escargot itu meluncur bebas dan jatuh. Namun selalu ada hikmah di setiap kejadian. Bulan membantunya melepaskan daging
Read more
Berdamai Dengan Takdir
Pagi ini udara terasa lebih lembap dari biasanya, jalanan basah sisa guyuran hujan semalam masih menyisa di beberapa sudut halaman rumah. Langit pagi yang masih menampakkan mendung membuat Langit dan Bulan enggan beranjak dari tempat tidurnya. Suara panggilan yang sudah beberapa hari tak mereka dengar, kini menyapa telinga mereka berdua.“Langit, Bulan, bangun. Kalian bisa terlambat!”Bulan terkejut begitu pula dengan Langit. Sejak kapan mertuanya memasang speaker yang memekakkan telinga mereka berdua.“Sepertinya ketenangan kita mulai terusik lagi,” keluh Bulan seraya menurunkan kedua kakinya ke lantai.Dia turun dari ranjang dan segera menuju kamar mandi. Keduanya harus bersiap-siap sebelum warning dari mamanya membuatnya menggila.Tubuh Bulan meremang saat dia tak sengaja ditangkap oleh suaminya ketika hampir jatuh terpeleset.“Terima kasih.”Langit mengangguk, mereka turun ke lantai bawah di mana mamanya yang sudah hilang beberapa hari, kini sudah menunggu di meja makan.
Read more
Kebenaran Yang Menyakitkan
Bintang tersenyum tipis, melihat apa yang dilakukan Bulan, dia sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan Bulan selanjutnya. Dia bukannya tak tahu kalimat penolakan yang sebelumnya dikatakan Bulan padanya, hanya saja dia memilih denial. Faktanya dia sudah terlanjur jatuh cinta pada gadis itu. Sejak awal Bintang sudah tahu jika dia dijodohkan dengan Bulan. Bintang cukup senang, sayangnya seperti menonton drama di televisi, dia tak menyangka jika akan berakhir dengan plot twist.“Sebelumnya aku minta maaf padamu. Aku tak bisa menjanjikan apa pun, tapi saat ini aku hanya bisa mengatakan bahwa aku hanya menganggapmu sebagai teman di luar pekerjaan. Bagaimanapun juga kamu tahu kalau aku sudah menikah, meski pernikahan itu bisa berakhir kapan saja saat kami menyudahinya.”Bulan tak mau memberi harapan semu pada Bintang, kali ini dia harus tegas seperti biasanya. Sudah saatnya dia mengatakan yang sebenarnya pada Bintang meski itu cukup menyakitkan. Selain itu, dia juga tidak bisa menahan p
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status