All Chapters of Bukan Istri Bayaran: Chapter 61 - Chapter 70

"Hati-hati, Sapto! Kamu jangan sampai bicara begini dan ketahuan sama Nyonya!" Teman-temannya mengingatkan."Iya, sementara aku masih diam dulu... Belum saatnya kita beri tahu Juragan!"Ia ikut mengiyakannya."Kamu tahu berapa harga kerbau itu di pasar?" Tukang kebun itu penasaran."Itu... aku pikir di atas lima puluh juta!"Semua yang mendengar hanya bisa terbelalak dan tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Sebuah kepercayaan yang begitu mudah diberikan Juragan Sabri pada dukun yang baru beberapa kali ia temui."Aku yakin, seyakin-yakinnya... Juragan Sabri sudah kena pelet."Mereka saling berpandangan. Rasanya ini adalah hal yang bisa jadi benar."Sudah, sudah.. Nanti kita bisa dicurigai karena kelamaan ngumpul di sini. Bubar, bubar!" Sapto membawa kopinya masuk ke dalam sementara rekan-rekan kerjanya kembali ke tempat masing-masing.Dalam benaknya memang sempat terbersit dugaan itu.Begitu juga dengan Mbok Mirah. Hanya saja mereka tidak saling bicara."Sapto!" Istri Juragan Sab

"Ini, aku mau mengantarkan susu Nyonya yang satu belum aku masukkan kresek tadi!" Senyum Paijo nampak terkembang."Alaaah... bilang saja itu cuma alasan!" Sapto menuduh."Biarin. Kalau kamu mau ikut, ayo masuk ke lobby yang besar tadi..." Paijo kembali menutup pintu mobil sementara Sapto bingung antara ingin ikut atau takut...Sesampainya di lobby depan, rupanya Sapto akhirnya mengekor Paijo.Lelaki berwajah dusun itu tampak sedang mengobrol dengan resepsionis hotel. Dia mengeluarkan susu yang tadi dikantonginya.Harapannya adalah bisa naik ke atas kamar dan melihat ritual."Lha, kok kamu nggak naik?" Tanya Sapto menahan tawa."Mana boleh?" Paijo kesal. "Yang boleh naik cuma yang disuruh sama penghuni kamar saja.""Hahaahaha... batal sudah niat kamu mengintip... hahahahaa!"Paijo sekarang berwajah masam dan kecewa. "Ya sudah.. kita tidur saja kalau gitu di mobil..." Sapto menghibur temannya.Mereka berjalan lagi ke parkiran. "Eh, tunggu dulu... Ini kenapa Nyonya menelponku?" Sapto m

"Mbak Lana... apa Mbak Lana mau Arjuna diasuh oleh orang-orang yang belum tentu menyayanginya?" Tanya Sapto saat tahu Tuan Dipta dan Lana dalam perseteruan yang semakin sengit.Seketika Lana diam."Sebaiknya, Mbak Lana ikut kata Tuan Dipta." Kata Sapto mantab. "Dan Tuan Dipta, sebaiknya beri hak pada Mbak Lana sehingga dia punya kekuatan untuk mempertahankan dirinya! Termasuk dari gangguan orang-orang yang mungkin berniat tidak baik... termasuk... ibu tiri Tuan Dipta!""Maksud kamu apa, Sapto?"Saat ditanya serius oleh Tuan Dipta, Sapto diam dan tak melanjutkan kata-katanya."Anu.. saya salah bicara. Maklum... hoaaaahhh!" Sapto menguap. "Saya kurang tidur, Tuan..."Lana termenung sejenak. Apa benar yang dikatakan Sapto?Tapi.. ada benarnya juga ya? Kenapa dia harus menuruti emosinya sesaat yang mengajaknya untuk meninggalkan anak semata wayangnya itu?"Pak Dipta, saya ikut pulang!" Lana mengambil keputusan."Benarkah?" Tangan Dipta menyambut uluran Lana dengan memberikan Arjuna ke pan

Dia menelan ludahnya sendiri. Perkataan Juragan Sabri seperti meremehkan kemampuannya sebagai lelaki."Bagiku... tak penting nanti Alina punya anak atau tidak!"Tak dinyana, hal itu justru menusuk perasaan Alina yang tak kunjung hamil.Alina lantas pergi meninggalkan ruang keluarga dengan berlari.Langkahnya tak tentu arah dan sebisanya ia menuju ke kamar tidur lantas menguncinya dari dalam."Huhuhuhuhuhu..." Tangisnya meledak.Hatinya hancur.Tak lama kemudian, dia menguping dari balik pintu. Tak ada yang mengejarnya. Tak ada langkah kaki mendekat.Selang beberapa waktu kemudian, kamarnya diketuk. "Dipta, kenapa kamu nggak menyusulku tadi?" Ucap Alina sambil membuka pintu.Dia rupanya salah sangka."Hmmm, minta dikejar?" Ibu sambung Dipta yang datang berkunjung. "Kayak anak kecil aja kamu, Alina. Padahal kamu sudah tidak semuda itu!"Pakaian yang ia kenakan hanyalah sebuah baju tidur tanpa lengan yang membentuk lekuk tubuhnya. Di luarnya ia mengenakan baju longgar dari bahan transpa

Akhirnya setelah dialog yang membuat darahnya serasa mendidih, keinginan Alina untuk mencari bantuanpun dikabulkan oleh mertuanya."Syaratnya, jangan banyak bertanya dan ikuti saja semua yang diperintahkan oleh Ki Joko Dudo." Ibu mertuanya mengingatkan.Sebenarnya Alina adalah perempuan yang tak mempercayai hal berkaitan dengan dukun dan sejenisnya.Hanya sekarang kondisinya ia terpaksa dan tak punya jalan keluar lain. Terlebih dugaan soal Lana yang menggunakan bantuan dukun juga turut mendorongnya. Jelas ia juga harus menggunakan dukun sebagai pendukungnya."Kira-kira... apa syaratnya?" Tanya Alina sedikit ketakutan.Ini akan jadi pengalaman pertamanya ke orang pintar. Hatinya merasa cemas dan tak karuan."Hmm..cukup mudah. Nanti Ki Joko Dudo yang akan memeriksa kondisimu. Beliau yang lebih tahu apa-apa yang terjadi dalam dirimu..." Kata mertuanya. "Sebelum menikah dengan Juragan Sabri, aku dulu sering gagal dalam percintaan.." Wanita yang sedang matang-matangnya itu berkata sambil