‘’Aku heran deh, Nel. Tumben kamu begini,’’ cecar Mas Deno sambil menyunggingkan bibirnya, saat kami duduk di mobil. Aku tetap fokus menyetir, hanya menoleh sejenak sebelum melemparkan senyuman tipis padanya. ‘’Heran kenapa? Wajar dong, aku kayak gini ke suamiku sendiri. Ada-ada aja kamu, Mas,’’ sahutku sambil menggeleng dan kembali memperhatikan jalan. ‘’Aku tuh pengen suami aku kayak lelaki lain penampilannya yang lebih keren,’’ imbuhku, meliriknya sejenak sebelum fokus kembali menyetir. Dalam hati, aku berharap dia tak curiga dengan sikapku agar semua rencanaku berjalan lancar. Kami tidak banyak bicara selama perjalanan, hanya sesekali saja. Aku lebih banyak tenggelam dalam pikiranku, terutama isi pesan dari pelakor itu, yang terus mengusik benakku. Rasa sakit hati dan benci mendadak menyelimuti hatiku setiap kali melihat Mas Deno. Tak berselang lama, kami sudah tiba di depan transmart, aku memarkirkan mobil dan mengajaknya turun. ‘’Yuk, Mas!’’ ajakku. ‘’Ah, iya, Nel.’’ Kami
Terakhir Diperbarui : 2024-05-04 Baca selengkapnya