Home / Rumah Tangga / Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r / Aku Pun Pandai Bersandiwara

Share

Aku Pun Pandai Bersandiwara

last update Huling Na-update: 2024-04-29 08:31:36

‘’A—apa ya, Mas?’’ tanyaku, terbata.

‘’Kamu pernah dengerin nada dering hp nggak? Di lemari atau di mana gitu?’’ tanya Mas Deno sambil sibuk mengancingkan bajunya.

‘’Hp? Bukannya kamu ke kantor bawa hp?’’ jawabku sambil berpura-pura tidak tahu.

Padahal, aku yakin yang dia maksud adalah ponsel yang aku temukan di bawah lemari beberapa hari nan lalu. Kutatap mukanya seperti tengah menyembunyikan sesuatu dariku.

‘’Rasain kamu, Mas! Kamu pikir bisa menyembunyikan sesuatu dariku? Terlambat, aku udah tau semuanya,’’ batinku sambil tersenyum sinis.

‘’I—iya, maksudku hp temen kantor. Dia nitipin ke aku.’’ Mas Deno terlihat canggung, bahkan menggaruk kepalanya yang jelas-jelas menurutku tak gatal.

‘’Ngaco deh kamu, Mas. Yang bener aja kali dia nitipin hpnya ke kamu. Atau.. Kamu yang bohong sama aku?’’ serangku, spontan. Dia tampak terkejut, matanya melebar. Rasakan kamu, Mas.

‘’Ka—kamu bilang apa sih, Sayang? Kalo kamu nggak percaya ayo kita telpon temenku itu. Eh, ke nomor istrinya maksudku,’’ balasnya, mencoba meyakinkanku. 

Ciuh! Aktingmu sangat luarbiasa, Mas. Aku nyaris tertawa melihat aktingnya yang berlebihan, bahkan lebih dari acting seorang aktor. Dia mendekat, duduk di sampingku. Aku tahu aku harus berpura-pura percaya agar rencanaku berjalan lancar.

‘’Mas, maaf. Aku percaya kok sama kamu,’’ ucapku lirih, yang mulai bersandiwara.

‘’Makasih, Sayang. Ngga mungkinlah aku bohong sama kamu. Ngga mungkin juga aku punya dua hp. Untuk apa coba?’’ 

Aku tersenyum paksa, menatapnya agar dia tidak curiga.

‘’Sama-sama, aku juga bilang makasih ke suamiku ini. Karena kamu udah setia dan jujur sama aku, nggak kayak di sinetron ikan terbang itu yang sok setia, padahal selingkuh di belakang istri!’’ kataku dengan sengaja. Wajahnya seketika pucat.

‘’Kamu kenapa, Mas? Sakit?’’ tanyaku, berpura-pura khawatir.

Huh, dari sana aja udah tahu kamu tengah menutupi sesuatu dariku!

‘’A—aku kayaknya laper banget deh,’’ jawabnya, mencoba mengalihkan.

‘’Kenapa belum makan sih? Kan kamu bisa makan di kantor atau di luar.’’

‘’Aku maunya masakan kamu aja, Nel. Eh, pas pulang kamu malah nggak masak sama sekali. Kan kamu tau kalo Mas sukanya cuma dimasakin kamu,’’ ujarnya, membuatku muak. Ucapannya yang manis hanyalah penutup kebohongannya.

Mungkin aku akan berdosa jika tidak menyediakan makanan untuk suamiku. Tetapi inilah yang pantas didapatkan oleh suami suka selingkuh seperti Mas Deno. Dulu, aku selalu masak untuknya, bahkan saat aku sakit atau lelah pun.

Tapi saat ini, rasanya tidak ada lagi keinginan untuk melayaninya seperti dulu. Bagaimana bisa aku terus bersikap baik padanya sedangkan dia mengkhianatiku?

Empat tahun dia selingkuh tanpa aku tahu. Selama ini aku kira dia suami yang setia, ternyata semua itu hanyalah ilusi. Bagaimana aku bisa sebodoh itu?

Selama ini telah aku berikan segalanya pada dia, bahkan tabunganku dulu aku berikan ketika dia pernah dipecat di kantor yang berbeda. Aku pun mau hidup susah bersama dia

Ternyata apa balasan seorang Mas Deno? Aku teringat dengan janji yang diucapkannya. Dia berjanji bahwa tak kan pernah mengkhianatiku. Sungguh tak bisa dipercaya janji lelaki itu. 

‘’Maaf, Mas. Aku lagi nggak enak badan, makanya nggak bisa masak. Gimana kalo kita makan di luar?’’ usulku kemudian.

‘’Apa kamu bilang? Makan di luar?’’ ulangnya dengan wajah bingung.

‘’Ujung-ujungnya aku yang masakin dia. Enggak ahh! Kali ini aku akan cari alasan sebanyak mungkin! Enak aja, aku tukang masakin dia. Eh, dia malah enak-enakan selingkuh dengan wanita itu!’’ bisik hatiku.

Aku mengangguk cepat.

‘’Iya, emang kenapa, Mas? Kita cari aja masakan yang paling enak deh, gimana kalo…Masakan Padang?’’ 

‘’Kan kamu tau sendiri, aku nggak suka masakan orang lain. Maunya cuman masakan kamu, Nel,’’ protes Mas Deno, membuat perutku mendadak mual.

‘’Aku nggak enak badan, Mas. Masa iya kamu tega nyuruh aku masak dalam kondisi begini,’’ ucapku lirih dengan wajah memelas. Dia tampak terdiam sejenak..

‘’Kalau gitu kita pesen aja ya? Aku pilihin menu yang enak buat kita.’’

‘’Ya udah deh, tapi yang enak ya. Jangan pake lama. Perutku udah lapar banget nih, Nel,’’ sahutnya sembari memegangi perut. Aku mengangguk lantas mengacungkan jempolku. 

‘’Mas mandi dulu sana. Ntar pas pesenan datang, tinggal makan aja deh.’’

‘’Kamu bener juga ya, Nel.’’

‘’Ya udah, Mas mandi dulu.’’ Mas Deno bergegas meraih handuk  yang sedang tergantung di belakang pintu, lalu bergegas melangkah ke kamar mandi. 

Aku tersenyum puas. Begitu dia masuk ke kamar mandi, aku segera meraih HP dan kartu SIM baru yang kusembunyikan di bawah kasur. Dengan cepat, kuganti dan membuka aplikasi chat. Aku langsung mengetikkan pesan.

‘’Selamat sore, Mba Chika. Maaf nganggu. Bisa bantu aku ngga?’’ ketikku sambil menyeringai.

‘’Wah, udah diread aja tuh.’’ 

Si P sedang mengetik.

‘’Selamat sore juga, Imelda! Bantu apa ya? Kebetulan aku lagi nyantai aja nih.’’

‘’Bisa tolong masakin untuk Mas Deno ngga? Kasihan, nanti dia sakit kalau ngga makan.’’

Aku melihat sekeliling, memastikan aman atau tidak.

‘’Apa? Masakin? Aku aja nggak pernah masakin dia. Kami biasanya makan di luar. Emangnya ke mana istrinya yang sok suci itu?’’

Jleb! Hatiku sungguh teriris. Jadi, Chika tak pernah masak untuk suamiku? Membuat aku teringat dengan ucapan Mas Deno yang selalu mengatakan kalau dia hanya suka masakanku.

Ternyata dia berbohong. Tapi kenapa suamiku bisa tergoda dengan wanita manja seperti si pelakor itu? Atau dia tergoda karena pakaiannya yang mungkin kurang bahan?

‘’Yaudah, Mba. Tolong pesenin makanan favoritnya ya. Istrinya Mas Deno lagi demam soalnya,’’ tulisku.

‘’Tolong bantu aku ya, Mba. Mba kan sayang banget tuh sama Mas Deno. Ntar kalo dia nggak makan malah dia yang sakit lagi. Aku tunggu ya, Mba. Makasih sebelumnya.’’

‘’Masih aman. Kan dia memang lama banget mandinya,’’ gumamku sembari mengganti kartu SIM kembali dan menyimpannya ke tempat semula.

‘’Kamu nggak tahu siapa aku sebenarnya, Mas!’’ bisik hatiku.

Tak lama kemudian, Mas Deno keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya. Aku mengalihkan pandangan.

‘’Gimana, Nel? Udah kamu pesen?’’ tanyanya sambil membuka lemari pakaian dan menoleh sejenak. 

Kali ini memang aku sengaja tak menyiapkan pakaiannya. Biasanya aku selalu menyiapkan pakaiannya di tempat tidur. Kini? Aku merasa enggan. Karena rasa sakit hatiku yang terlalu besar setelah mengetahui perselingkuhannya.

’’Udah dong, Mas,’’ jawabku santai dan mengacungi jempol lantas tersenyum.

‘’Ntar Mas yang bayarin ya.’’

‘’Hem, nggak usah, Mas. Aku aja yang bayar.’’

‘’Bu, Ibu ada mesan makanan? Ini udah datang loh,’’ teriak Bibi Sum dari luar yang membuat aku menyunggingkan bibir.

‘’Ya udah, Bi. Siapkan di meja makan ya? Kayak biasanya,’’ kataku sambil melirik Mas Deno yang asyik memasang kancing bajunya. 

Aku penasaran, bagaimana reaksi Mas Deno saat dia tahu bahwa makanan yang aku pesan adalah menu yang biasa dia makan bersama selingkuhannya?

Bersambung.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
laki-laki DAJJAL
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
istri tolol kebanyakan drama
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Ending

    Setelah bersalaman dengan mertua, sahabat, dan juga anakku. Saatnya kami berdua menaiki pelaminan. Lelakiku itu mengenggam erat tanganku untuk melangkah menuju pelaminan. Para tamu undangan pun langsung mengucapkan selamat dan bersalaman dengan kami berdua.‘’MaasyaaAllah. Mba Nelda? Akhirnya bertemu dengan Penulis favoritku.’’ Wanita yang kuperkirakan umurnya dua puluhan itu bergegas memelukku.‘’Alhamdulillah. Senang banget bertemu, Kakak.’’ Kami melepaskan pelukan. Matanya berbinar menatapku.‘’Semoga langgeng sampe Kakek Nenek yah, Mba.’’‘’Aamiin Ya Allah. Makasih banyak loh.’’Ternyata ada banyak pembaca yang kuundang hingga membuat kami tak bisa duduk beristirahat di kursi pelaminan karena menjabat tangan mereka satu-persatu.‘’Tapi kok Naisya belum ketemu sama aku sejak tadi?’’ Mataku sibuk mencari keberadaan si kecil.‘’Mama! Papa!’’ teriaknya yang membuat aku tertawa, anakku bergegas memelukku. Ternyata dia bersama Fani.‘’Duuh sayangnya Mama nih.’’ Aku memeluknya dengan era

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Hari yang Kutunggu

    Seminggu kemudian, hari yang kutunggu-tunggu pun tiba. Semua persiapan pernikahanku Fani dan teman-temannya yang mengurus. Aku tengah duduk di depan cermin. MaasyaaAllah, aku terlihat begitu cantik dan anggun dengan polesan make up tipis dari Sang Perias.‘’Akhirnya aku melepas masa jandaku. Semoga ini adalah pernikahan terakhirku seumur hidup dan semoga Reno imam terbaik untuk aku, juga jadi Papa sambung buat anakku.’’ Aku tersenyum memandangi bayangan wajahku di pantulan cermin.Ini adalah pernikahanku yang kedua kalinya. Sebelumnya tak pernah terniat di hatiku untuk menikah lagi, aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Namun, apalah daya. Allah berkehendak lain. Lelaki itu selingkuh selama empat tahun lamanya. Menyisakan trauma dan luka yang mendalam. Hingga akhirnya datang seseorang yang dengan pelan-pelan bisa mengobati rasa luka dan traumaku. Dialah yang akan jadi calon imamku. Harapanku semoga ini adalah pernikahan terakhir dalam hidupku.‘’Cie-cie ada yang senyam-senyum

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Dilamar?

    ‘’Happy birth day, Om Reno.’’ Kali ini Naisya yang mengucapkan.‘’Makasih, Dik. Sayangnya Om Reno nih.’’ Tangannya mengelus kepala Naisya.‘’Ini kadonya dari aku, Om.’’ Anakku bergegas menyodorkan kado yang membuat para tamu undangan tersenyum.‘’Wah, ini Adik yang membungkus kadonya? Bagus banget. Makasih ya.’’ Lelaki itu langsung mengambil kado dari tangan Naisya lalu memandangi kado yang bersampul panda itu.‘’Bibi yang menyiapkan, Om. Dan uang untuk membeli kadonya minta ke Mama,’’ katanya dengan polos, berhasil membuat para tamu tertawa.Begitu juga dengan Reno dan orangtuanya. Aku memberi kode agar si Bibi memberikan kado yang tengah dipegangnya sedari tadi. Bibi langsung memberikannya padaku.‘’Dan ini dari aku ya, Ren. Jangan dilihat dari harganya. Tapi lihatlah siapa yang memberikannya.’’ Senyumannya mengembang lalu bergegas mengambil kado yang kusodorkan.‘’Makasi ya,’’ kata lelaki itu dengan suara lembut. Entah kenapa hatiku jadi tersentuh.***Tak ada acara hembus lilin. H

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Dia Ternyata...

    Setahun kemudian..Hari ini adalah ulang tahun Reno, lelaki yang selama ini kukira tidak baik. Lelaki yang selama ini aku ragukan ketulusan hatinya. Ternyata dia memang lelaki yang baik dan peduli padaku, terutama pada Naisya. Dia banyak sekali berkorban untukku dan juga anakku. Akibat kepeduliannya itu membuat sikap dinginku lenyap, apalagi Naisya sangat senang bermain dengan lelaki itu. Hingga sosok almarhum Papanya bisa digantikan oleh Reno. ‘’Udah setahun lebih tanpa kehadiran Mas Deno di sisiku dan juga Naisya. Semoga kamu tenang di alam sana ya, Mas. Dan diampuni segala dosa-dosamu,’’ lirihku sambil mematut diri di cermin.Ya, sudah setahun lebih lamanya aku menjanda. Sedangkan sahabatku Fani sudah menikah duluan dengan Fahmi, lelaki pilihan Mamanya. Yang ternyata dia adalah lelaki baik.Seiring berjalannya waktu rasa luka masa lalu itu dengan pelan mulai sembuh, disembuhkan oleh lelaki baik yang bernama Reno. Malaikat yang dititipkan Allah untukku.‘’Ma, yuk kita jalan sekaran

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Video Siapa?

    Dua hari kemudian..Anak semata wayangku sudah bisa dibawa pulang, Alhamdulillah panasnya sudah turun. Ya, walaupun dia sering memanggil nama Papanya. Terutama di saat tengah tertidur pulas. Sesuai prediksi Dokter Nira, anakku itu kemungkinan tengah merindu berat pada Papanya. Ditambah dia kekurangan istirahat, dia sering begadang karena tak bisa tidur beberapa hari kemarin.Aku pun sudah mencoba menghubungi nomor kontak Mas Deno, tapi nihil. Lelaki itu malah mereject telepon dariku, bahkan sudah berulangkali aku hubungi namun sekali pun tak diangkatnya. Apa dia tak kepikiran Naisya di sana? Apa dia tak mengalami hal yang sama seperti Naisya yang tengah rindu berat padanya? Atau karena dia sedang asyik bersama si pelakor itu? Jadi lupa sama anaknya? Aku menghela napas lega. Biarkan saja lelaki itu, toh dia tak kan mau peduli pada anakku. Biarkan saja aku yang membesarkan dan mendidik Naisya.****Hari ini aku bersyukur sekali, karena anakku bisa dibawa pulang. Aku mengusap kepala putr

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Kenapa Harus Dia?

    Tanpa berkata apapun aku bergegas berpindah posisi duduk. Aku memeluk putriku di kursi belakang. Sedangkan lelaki yang bernama Reno itu langsung melajukan si roda empat. Ya, kali ini aku tak boleh egois. Yang paling penting sekarang Naisya tiba di rumah sakit dan mendapatkan perawatan dari dokter. Aku terus saja mengecup kening putriku yang tengah dalam pangkuan. Kubelai rambutnya.‘’Sayang, Adik pasti kuat. Yang sabar ya, Nak. Sebentar lagi kita pasti akan sampe di rumah sakit,’’ kataku lirih.Kuraba kepalanya, membuat aku semakin cemas. Panas anakku malah semakin naik.‘’Ya Allah! Kuatkan anakku. Sembuhkan dia.’’‘’Nel, kamu yang tenang ya. Banyakin berdo’a,’’ kata lelaki yang tengah fokus menyetir itu sesekali melirik ke belakang lewat kaca spion.Entah kenapa kali ini membuat hatiku lebih tenang. Ada apa denganku?Tak berselang lama mobilku sudah tiba di depan rumah sakit. Lelaki itu bergegas turun. Aku yang akan membuka pintu mobil membuat tanganku terhenti. Karena lelaki itu sud

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status