Share

Ternyata Wanita itu?

last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-29 08:28:02

‘’Sayang, aku berangkat dulu ke kantor ya.’’ Mas Deno mengambil tas hitamnya, lalu melangkah ke pintu depan dengan langkah terburu-buru.

Seperti biasa, aku mengantarnya hingga ke teras. Aku meraih tangannya, lalu mengecup lembut punggung tangannya— sebuah tanda hormat yang sering aku lakukan. Senyum simpul menghiasi wajahku, meski di dalam hatiku hancur berkeping-keping.

Aku harus tetap bersikap biasa. Ini semua demi rencana besar yang sudah kususun. Aku mencoba menenangkan pikiran yang bergolak.

‘’Hati-hati, Mas,’’ ucapku kemudian menatapnya yang kini telah memasuki mobil. 

Dia membalas dengan senyuman, senyuman yang dulu begitu aku rindukan. Kini, senyuman itu hanya menambah luka di hatiku. Sejak aku tahu tentang perselingkuhannya, semua yang kulihat dari dirinya hanyalah palsu semata.

‘’Begitu pandainya kamu menutupi kebusukanmu selama ini, Mas. Berpura-pura setia ternyata kamu selama ini!’’ gumamku getir, sambil memandang mobil yang semakin jauh.

Mas Deno membunyikan klakson, seperti biasa. Kaca mobilnya sedikit terbuka, memperlihatkan senyum terakhirnya sebelum mobil itu lenyap dari pandanganku. Cuih! Sandiwaramu sungguh luar biasa patut kuacungi jempol kaki.

Aku terpaksa tersenyum dan melambaikan tangan, seolah tak ada yang berubah. Setelah mobilnya benar-benar hilang dari pandangan, aku menghela napas panjang. Akhirnya, aku bisa mengembalikan perasaan asliku—Perasaan yang penuh dengan rasa sakit dan kecewa.

Setelah mengunci pagar, aku kembali memasuki rumah. Putriku Naisya, masih terlelap di kamar. Tapi, saat aku masuk, kudapati dia sudah terbangun, mengusap matanya yang masih mengantuk.

‘’Duhh! Anak Mama ternyata udah bangun ya, Sayang?’’ Aku tersenyum, duduk di sampingnya dan mengusap rambutnya yang lembut.

‘’Mama.’’

‘’Iya, Sayang. Adik mandi dulu ya? Setelah itu baru kita sarapan.’’

‘’Papa, Ma?’’ tanya Naisya dengan suara manja, matanya menatapku penuh harap.

‘’Papa Adik kerja untuk kita,’’ jawabku, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh. Bagaimana jika Mas Deno benar-benar pergi meninggalkan kami untuk selingkuhannya? Bagaimana nasip putriku yang begitu dekat dengan papanya?

‘’Kok nggak pamit dulu sama Adik?’’ tanya Naisya dengan logat lucu khas anak kecil, membuat hatiku semakin tersayat.

‘’Adik tidur, Nak. Jadi Papa kasihan membangunkan  Adik,’’ sahutku, berusaha terdengar tenang. Kupandangi wajah mungilnya seperti ada kekecewaan di sana.  Apa memang benar Mas Deno sebelum pergi kerja tak mengecup kening Naisya seperti biasa.

Apa dia terlalu tergesa-gesa untuk bertemu dengan wanita murahan itu? 

‘’Aku harus melakukan sesuatu,’’ gumamku. 

***

‘’Bibi!’’ panggilku saat aku ingin melangkah ke dapur.

‘’Ada apa, Bu?’’ Bibi Sum, asisten rumah tanggaku, tergopoh-gopoh menghampiriku.

Aku menatapnya sejenak, menimbang-nimbang pertanyaan yang hendak aku ajukan.‘’Bi, Bibi pernah liat sesuatu yang mencurigakan ngga dari Bapak? Atau menelpon tengah malam gitu?’’ tanyaku to the point. Bibi Sum seperti sedang berpikir.

‘’Pernah, sih Bu. Tengah malam terdengar Bapak menelpon di dapur, Bibi kaget karena udah larut malam. Bibi kira siapa, eh tau-taunya Bapak.’’

Hatiku mencelocos mendengar jawaban itu. Apa wanita murahan itu yang dia hubungi tengah malam?

‘’Emang kenapa, Bu?’’  tanya Bibi Sum, bingung melihat raut wajahku.

‘’Oh, Enggak kok, Bi. Aku penasaran aja. Soalnya Bapak pernah nggak ada di kamar waktu itu,  padahal udah malam banget. Aku pikir Bapak ke mana.’’

‘’Eh, ternyata kata si Bapak malah menelpon di luar. Takut akunya keganggu kali ya, Bi?’’ kilahku, berpura-pura tenang, meski hati bergejolak saat ini. Bibi Sum menatapku, aku memalingkan muka dan berpura-pura sibuk merapikan baju Naisya.

‘’Syukurlah, Bu. Kalo ada apa-apa cerita aja sama Bibi ya? Jangan sungkan, Bu.’’ Bibi Sum tersenyum hangat. Aku mengangguk sambil tersenyum tipis.

‘’Ya udah Bibi lanjut kerja dulu ya, Bu?’’ Bibi Sum menunduk.

Setelah Bibi Sum pergi, aku beralih menatap Naisya yang masih asyik dengan boneka kesayangannya.

‘’Sayang, Adik laper kan?’’ Dia membalas dengan anggukan. 

Aku bergegas menggendong Naisya menuju ruang makan. Aku segera membuatkan susu botol untuknya. Sambil menyiapkan susu, pikiranku kembali melayang pada isi pesan wanita itu.

Kata-katanya yang begitu menusuk, membuat air mataku tak mampu untuk ditahan lagi. Aku menghapusnya kasar dengan punggung tangan.

‘’Aku bodoh! Menangisi lelaki brengsek kayak dia! Air mataku terlalu berharga menangisi lelaki itu!’’ gumamku dengan getir.

‘’Ma,’’ panggil Naisya dengan suara lirih, membuatku tersentak dari lamunan.

‘’Eh, iya , Sayang. Nih susunya udah jadi,’’ jawabku cepat, memberikan botol susu padanya. Naisya segera meraihnya dengan tangan mungil dan mulai meneguknya.

‘’Mama harus kuat demi kamu, Nak,’’ bisikku pelan sambil menatap Naisya.

**

Setelah meneguk susu botol, aku membawa Naisya ke kamar dan memberinya mainan. Sementara itu, aku mengambil ponselku dan menghubungi seseorang.

Berdering.

‘’Wa’alaikumussalam, Fan. Kamu lagi sibuk nggak?’’

‘’Eh, enggak kok, Nel. Tumben kamu nelpon aku.’’ Suara Fani di seberang sana terdengar ceria.

‘’Aku cuma takut ganggu kamu kerja.’’

‘’Kamu mah, Nel. Aku nggak sesibuk itu juga kali. By the way, ada yang mau aku bantu?’’

‘’Siapa tahu kan, Fan. Kamu kan kerja kantoran pasti sibuklah ya. Beda dengan aku, ya kan?’’ Aku tertawa kecil. Aku merasa ragu hendak bertanya, tapi akhirnya aku memberanikan diri.

‘’Fan, di kantor ada perempuan bernama Chika, nggak?’’ 

Mas Deno dan Fani  bekerja di kantor yang sama. Siapa tahu Fani tahu dan kenal sama si pelakor itu.

‘’Chika? Oh, ada. Dia sekretarisnya Deno, suami kamu.’’ Jleb! Sekretarisnya? Aku sungguh terperanjat mendengar ucapan sahabatku. Terdengar lirih tetapi menusuk di hati.

‘’Emang kenapa, Nel?’’ 

‘’Engga, aku cuma pengen kenalan aja sama dia. Kamu punya nomernya, kan?’’ Aku tetap berusaha tenang dan santai.

‘’Buat apa, Nel? Kamu cemburu sama dia? Dia cuma sekretaris Deno kok, nggak lebih.’’ Fani berusaha meyakinkanku, akan tetapi justru membuat hatiku makin panas.

‘’Kamu nggak akan tahu, Fan. Kalo nggak ada bukti perselingkuhannya, aku nggak akan kayak gini!’’ bisik hatiku.

‘’Sudahlah, Fan. Kasih aja nomornya sama aku. Aku Cuma pengen lebih dekat aja sama dia, apa salahnya?’’ ketusku kemudian.

‘’Jangan ngambek dong, Nel. Maksud aku tuh nanti kamu malah nuduh yang enggak-enggak ke Chika lagi.’’

‘’Suamimu itu nyari nafkah untuk kamu dan anakmu loh. Jadi saranku jangan su’uzon ya sama Deno,’’ tambah Fani yang membuat dadaku semakin panas. Dia tak tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi di rumah tanggaku.

‘’Kamu tahu kan gimana aku?’’ tanyaku ketus. Tanpa menanggapi ucapannya.

‘’Oke deh, aku kirimkan nanti ya? Ya udah, aku mau lanjut kerja dulu.’’

‘’Sip! Jangan lupa ya? Lanjutkan kerja kamu, maaf aku menganggu, Fan. Assalamualaikum.’’ Aku langsung memutuskan sambungan sepihak.

Aku tak habis pikir dengan perubahan sikap Fani padaku. Ponselku berdering. Ternyata pesan dari Fani. Aku tersenyum sinis memandangi layar ponsel. Nomor wanita itu sudah ada di tanganku. Aku langsung menyimpan nomor wanita itu dengan nama kontak P saja.

Oke, aku akan menjalankan semua rencanaku dengan pelan-pelan. Kupandangi Naisya masih asyik bermain sambil mengemil kuenya yang masih tersisa.

Aku meminta bantuan Bibi Sum untuk membeli kartu SIM demi menjalankan sebuah rencana besarku. Tak butuh waktu lama, Bibi sudah kembali.

‘’Ini, Bu. Oh ya, Bibi lupa nanyain berapa pulsanya. Bibi belikan aja deh semuanya,’’ ucapnya tersenyum yang tengah menyodorkan kartu. Aku tertawa kecil.

’’Nggak apa-apa kok, Bi. Makasih banyak ya,’’

‘’Sama-sama, Bu. Kalo gitu Bibi lanjut kerja dulu.’’ Bibi Sum kembali melangkah.

‘’Tunggu, Bi!’’ 

Membuat dia menoleh,‘’Iya, Bu?’’

‘’By the way, kartunya udah diaktifkan langsung kan?’’ 

‘’Udah kok, Bu.’’

‘’Ya udah, makasih sekali lagi ya, Bi.’’  Aku tersenyum lebar. Bibi Sum mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya.

‘’Rencanaku harus berjalan dengan mulus!’’ gumamku tersenyum sinis memandangi kedua kartu SIM di tanganku. 

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Saizah Ida
tukang seliku bikin hati panas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Ending

    Setelah bersalaman dengan mertua, sahabat, dan juga anakku. Saatnya kami berdua menaiki pelaminan. Lelakiku itu mengenggam erat tanganku untuk melangkah menuju pelaminan. Para tamu undangan pun langsung mengucapkan selamat dan bersalaman dengan kami berdua.‘’MaasyaaAllah. Mba Nelda? Akhirnya bertemu dengan Penulis favoritku.’’ Wanita yang kuperkirakan umurnya dua puluhan itu bergegas memelukku.‘’Alhamdulillah. Senang banget bertemu, Kakak.’’ Kami melepaskan pelukan. Matanya berbinar menatapku.‘’Semoga langgeng sampe Kakek Nenek yah, Mba.’’‘’Aamiin Ya Allah. Makasih banyak loh.’’Ternyata ada banyak pembaca yang kuundang hingga membuat kami tak bisa duduk beristirahat di kursi pelaminan karena menjabat tangan mereka satu-persatu.‘’Tapi kok Naisya belum ketemu sama aku sejak tadi?’’ Mataku sibuk mencari keberadaan si kecil.‘’Mama! Papa!’’ teriaknya yang membuat aku tertawa, anakku bergegas memelukku. Ternyata dia bersama Fani.‘’Duuh sayangnya Mama nih.’’ Aku memeluknya dengan era

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Hari yang Kutunggu

    Seminggu kemudian, hari yang kutunggu-tunggu pun tiba. Semua persiapan pernikahanku Fani dan teman-temannya yang mengurus. Aku tengah duduk di depan cermin. MaasyaaAllah, aku terlihat begitu cantik dan anggun dengan polesan make up tipis dari Sang Perias.‘’Akhirnya aku melepas masa jandaku. Semoga ini adalah pernikahan terakhirku seumur hidup dan semoga Reno imam terbaik untuk aku, juga jadi Papa sambung buat anakku.’’ Aku tersenyum memandangi bayangan wajahku di pantulan cermin.Ini adalah pernikahanku yang kedua kalinya. Sebelumnya tak pernah terniat di hatiku untuk menikah lagi, aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Namun, apalah daya. Allah berkehendak lain. Lelaki itu selingkuh selama empat tahun lamanya. Menyisakan trauma dan luka yang mendalam. Hingga akhirnya datang seseorang yang dengan pelan-pelan bisa mengobati rasa luka dan traumaku. Dialah yang akan jadi calon imamku. Harapanku semoga ini adalah pernikahan terakhir dalam hidupku.‘’Cie-cie ada yang senyam-senyum

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Dilamar?

    ‘’Happy birth day, Om Reno.’’ Kali ini Naisya yang mengucapkan.‘’Makasih, Dik. Sayangnya Om Reno nih.’’ Tangannya mengelus kepala Naisya.‘’Ini kadonya dari aku, Om.’’ Anakku bergegas menyodorkan kado yang membuat para tamu undangan tersenyum.‘’Wah, ini Adik yang membungkus kadonya? Bagus banget. Makasih ya.’’ Lelaki itu langsung mengambil kado dari tangan Naisya lalu memandangi kado yang bersampul panda itu.‘’Bibi yang menyiapkan, Om. Dan uang untuk membeli kadonya minta ke Mama,’’ katanya dengan polos, berhasil membuat para tamu tertawa.Begitu juga dengan Reno dan orangtuanya. Aku memberi kode agar si Bibi memberikan kado yang tengah dipegangnya sedari tadi. Bibi langsung memberikannya padaku.‘’Dan ini dari aku ya, Ren. Jangan dilihat dari harganya. Tapi lihatlah siapa yang memberikannya.’’ Senyumannya mengembang lalu bergegas mengambil kado yang kusodorkan.‘’Makasi ya,’’ kata lelaki itu dengan suara lembut. Entah kenapa hatiku jadi tersentuh.***Tak ada acara hembus lilin. H

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Dia Ternyata...

    Setahun kemudian..Hari ini adalah ulang tahun Reno, lelaki yang selama ini kukira tidak baik. Lelaki yang selama ini aku ragukan ketulusan hatinya. Ternyata dia memang lelaki yang baik dan peduli padaku, terutama pada Naisya. Dia banyak sekali berkorban untukku dan juga anakku. Akibat kepeduliannya itu membuat sikap dinginku lenyap, apalagi Naisya sangat senang bermain dengan lelaki itu. Hingga sosok almarhum Papanya bisa digantikan oleh Reno. ‘’Udah setahun lebih tanpa kehadiran Mas Deno di sisiku dan juga Naisya. Semoga kamu tenang di alam sana ya, Mas. Dan diampuni segala dosa-dosamu,’’ lirihku sambil mematut diri di cermin.Ya, sudah setahun lebih lamanya aku menjanda. Sedangkan sahabatku Fani sudah menikah duluan dengan Fahmi, lelaki pilihan Mamanya. Yang ternyata dia adalah lelaki baik.Seiring berjalannya waktu rasa luka masa lalu itu dengan pelan mulai sembuh, disembuhkan oleh lelaki baik yang bernama Reno. Malaikat yang dititipkan Allah untukku.‘’Ma, yuk kita jalan sekaran

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Video Siapa?

    Dua hari kemudian..Anak semata wayangku sudah bisa dibawa pulang, Alhamdulillah panasnya sudah turun. Ya, walaupun dia sering memanggil nama Papanya. Terutama di saat tengah tertidur pulas. Sesuai prediksi Dokter Nira, anakku itu kemungkinan tengah merindu berat pada Papanya. Ditambah dia kekurangan istirahat, dia sering begadang karena tak bisa tidur beberapa hari kemarin.Aku pun sudah mencoba menghubungi nomor kontak Mas Deno, tapi nihil. Lelaki itu malah mereject telepon dariku, bahkan sudah berulangkali aku hubungi namun sekali pun tak diangkatnya. Apa dia tak kepikiran Naisya di sana? Apa dia tak mengalami hal yang sama seperti Naisya yang tengah rindu berat padanya? Atau karena dia sedang asyik bersama si pelakor itu? Jadi lupa sama anaknya? Aku menghela napas lega. Biarkan saja lelaki itu, toh dia tak kan mau peduli pada anakku. Biarkan saja aku yang membesarkan dan mendidik Naisya.****Hari ini aku bersyukur sekali, karena anakku bisa dibawa pulang. Aku mengusap kepala putr

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Kenapa Harus Dia?

    Tanpa berkata apapun aku bergegas berpindah posisi duduk. Aku memeluk putriku di kursi belakang. Sedangkan lelaki yang bernama Reno itu langsung melajukan si roda empat. Ya, kali ini aku tak boleh egois. Yang paling penting sekarang Naisya tiba di rumah sakit dan mendapatkan perawatan dari dokter. Aku terus saja mengecup kening putriku yang tengah dalam pangkuan. Kubelai rambutnya.‘’Sayang, Adik pasti kuat. Yang sabar ya, Nak. Sebentar lagi kita pasti akan sampe di rumah sakit,’’ kataku lirih.Kuraba kepalanya, membuat aku semakin cemas. Panas anakku malah semakin naik.‘’Ya Allah! Kuatkan anakku. Sembuhkan dia.’’‘’Nel, kamu yang tenang ya. Banyakin berdo’a,’’ kata lelaki yang tengah fokus menyetir itu sesekali melirik ke belakang lewat kaca spion.Entah kenapa kali ini membuat hatiku lebih tenang. Ada apa denganku?Tak berselang lama mobilku sudah tiba di depan rumah sakit. Lelaki itu bergegas turun. Aku yang akan membuka pintu mobil membuat tanganku terhenti. Karena lelaki itu sud

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Anakku Kenapa?

    ‘’Astaghfirullah! Dik, kok kamu panas banget, Nak.’’ Aku mengusap kepala Naisya. Membuat aku terkesiap dan panik dibuatnya. ‘’Bibi!’’ ‘’Bi! Cepat ke sini!’’ ‘’Iya, Bu?’’ Wanita separuh baya itu terperanjat memandangi aku. ‘’Naisya, Bi. Kepalanya panas banget.’’ ‘’Tenang ya, Bu. Biar Bibi coba kompres dulu.’’ Aku sungguh tak tenang dibuatnya. Bagaimana tidak, tubuhnya begitu panas. ‘’Pa—Pa.’’ Membuat mataku membulat. Papa? Matanya masih terpejam namun dia memanggil mas Deno. Anakku ketika demam tak pernah memanggil papanya. Apa dia begitu rindu pada mas Deno? Ya Allah. Aku harus bagaimana? ‘’Bu, biar Bibi yang mengompres,’’ kata wanita separuh baya itu yang tengah melangkah memasuki kamar dengan tergopoh-gopoh sambil membawa baskom dan handuk kecil. Di saat anakku demam panas seperti ini bayangan wajah Mas Deno pun hadir di benakku. Ada apa ini? Bisa-bisanya aku teringat sama lelaki itu di saat genting seperti ini. ‘’Nggak, Nel. Kamu harus fokus ke anakmu. Nggak usa

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Jurang? (POV Deno)

    ‘’Hei, loh bisa diem nggak?’’ Tangan lelaki itu menamparku dengan spontan. Membuat aku meringis kesakitan. Andaikan saja aku punya tenaga dan tanganku tak diikat, mungkin aku akan membalas semuanya. ‘’Jangan dihabisin tenaga kalian. Tutup saja mulutnya,’’ titah wanita licik itu yang membuat mataku melotot.‘’Baik, Bu.’’ Dia bergegas melakban mulutku membuat aku sulit untuk bicara.‘’Dasar brengsek! Awas aja kalian semua. Aku bakal balas lebih kejam dari ini,’’ ancamku dalam hati. Lelaki yang tengah menyetir itu tersenyum puas menatapku, begitupun dengan lelaki yang duduk di sebelahku. Awas saja kalian! Akan kubalas semua perlakuan kejam ini.‘Aku mau dibawa ke mana sebenarnya?Tiada putusnya mataku memandangi di sekeliling jalan ini lewat kaca jendela. Begitu sepi, hanya satu atau dua saja kendaraan yang lewat. Aku semakin cemas dibuatnya. Mau apa mereka? Apa mereka punya rencana lebih jahat lagi padaku? Chika, kamu di mana Sayang. Andaikan saja kamu tahu apa yang dilakukan oleh Mam

  • Kuserahkan Suamiku Kepada Pelak0r   Bunuh Saja Aku

    POV Deno‘’Untuk apa kalian memberiku makan? Lebih baik bunuh saja akuu!’’ teriakku lantang.Sudah seminggu aku disekap di sini. Tendangan dan pukulan bertubi-tubi kuhadapi, hingga membuat wajahku babak belur seperti ini. Mukaku begitu terasa sakit. Kukira mertuaku itu akan membawaku pergi ke luar kota, namun tak sesuai ekspektasi. Sungguh dia pandai sekali bersandiwara membuat aku percaya.Ternyata aku dibawa ke rumah kosong yang sudah tua. Masih teringat olehku ketika aku berada di mobil, asistennya membekap mulutku hingga membuat aku pingsan. Aku yakin ada resep yang ditaburkannya pada sapu tangan itu. Tak berselang lama tiba-tiba aku sudah sadar dengan keadaan air yang membasahi muka dan seluruh tubuhku. Aku yakin wanita licik itu yang menyiramkannya. Kenapa aku jadi bodoh seperti ini. Sialan!‘’Awas aja kalo aku bisa keluar dari sini. Aku akan balas semuanya,’’ geramku dalam hati yang memandangi kedua lelaki bertubuh kekar itu.‘’Ngapain loh melototin kita kayak gitu? Mau kabur,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status