Di tengah wajah yang kotor dan penuh isak, sinar kecil muncul. Bibir mungilnya bergetar, suaranya lirih, antara takut dan penuh kerinduan. “Menghidupkan, Ayah dan Ibu?” Lelaki tua itu mengangguk tegas. Sorot matanya memancarkan keyakinan mutlak, membuat janji itu terasa bukan sekadar kata-kata, melainkan hukum yang tak bisa ditawar. Ia kembali mengulurkan tangannya. Tangan itu besar, kokoh, namun terasa hangat, seolah mampu menahan seluruh beban yang dipikul bocah kecil itu. Zanfang kecil menatap tangan itu lama. Hatinya diliputi ragu, takut, dan kerinduan yang tak terkira. Akhirnya, dengan gemetar, ia mengulurkan tangannya sendiri. Genggaman itu kecil, lemah, tetapi di dalamnya tersimpan sisa harapan yang belum sepenuhnya padam. Sejak hari itu, hidupnya berubah. Ia dibawa ke Puncak Surgawi. Di sana, hari-harinya bukan disambut dengan kelembutan, melainkan ujian tanpa belas kasihan. Dari pagi hingga malam, ia didera latihan keras. Tubuh mungilnya dipaksa menghadapi ujian yang tak
 Last Updated : 2025-09-17
Last Updated : 2025-09-17