Tanpa berkata panjang, pemuda itu mengangkat tangannya. Dalam genggamannya, sebuah pil bersinar lembut, sinarnya berdenyut bagai cahaya bulan yang menenangkan malam. Sinar itu menyebar ke sekeliling, menembus kegelapan angkasa dan membawa rasa tenteram. Dalam sekali gerakan yang tenang, ia memasukkannya langsung ke mulut Xiao Tian. “Adik, maafkan aku datang terlambat. Kamu sudah melakukan yang terbaik, sekarang istirahatlah.” Suaranya tenang, jernih, namun sarat dengan kehangatan yang jarang terdengar di medan pertempuran. Kata-kata itu menembus pertahanan hati Xiao Tian, berbeda dari semua teriakan, ancaman, dan kebengisan yang barusan memenuhi angkasa. Xiao Tian terdiam. Tubuhnya masih penuh luka, darah masih mengalir dari sudut bibir, namun matanya bergetar hebat. Ia merasakan energi pil itu masuk, meresap ke dalam tubuhnya, menembus organ yang retak dan remuk. Rasa sakit yang membakar dari dalam perlahan mulai mereda, seakan diselimuti kelembutan yang asing baginya. Namun kebing
Last Updated : 2025-09-06 Read more