All Chapters of Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!: Chapter 521 - Chapter 530

Tilly tahu apa yang dilihatnya. Sebuah Cadillac Escalade Sport berwarna hitam mengkilat yang berhenti di halaman rumah mereka.Pintu mobil terbuka dan Sergio turun dari sana.“Kau!” Tilly berseru seraya menghambur ke arah Sergio.Pria itu langsung memeluknya dan berputar-putar dengan Tilly di pelukannya.“Bagaimana mobil kita yang baru? Kau suka?” tanya Sergio dengan mata yang berbinar-binar, seperti bocah kecil menunjukkan hasil tangkapan ikannya yang pertama kali.Tilly semakin membelalak lebar karena perkiraannya ternyata benar.“Tentu saja aku suka!” jawab Tilly dengan pekikan tertahan.Meskipun bukan brand mobil paling top ataupun termahal, tapi Tilly menyukainya.Sekalipun misalnya siang ini Sergio bukan membawa Cadillac Escalade ini, sekalipun misalnya Sergio hanya membeli mobil bekas, Tilly tetap akan menyukainya karena dalam mobil itu, terkandung setiap tetes keringat yang dikeluarka

Hati Romeo seketika itu juga bertalu-talu resah. Feelingsnya tiba-tiba tidak enak. Dia pun membaca cepat sebaris demi sebaris hingga tiba di poin yang dimaksud oleh Steve. Bahkan di sana tertulis secara sangat gamblang. Belum pernah Romeo menemukan surat kontrak seperti ini.>> Pihak ke-dua bersedia menjadi partner asmara pihak pertama selama kontrak bisnis ini berlangsung. Jika hubungan personal dan asmara pihak pertama dan ke-dua terputus, kontrak bisnis ini juga akan terputus dan pihak ke-dua tidak berhak meminta pertanggung jawaban dalam bentuk apapun pada pihak pertama jika ada transaksi yang belum diselesaikan.Membaca itu, kedua mata Romeo melotot lebar.“Ap- apakah maksudmu? Jadi, aku harus menjadi partner asmara mu selama lima tahun?”Steve menyeringai lebar memamerkan deretan gigi-giginya yang putih bersih.“Tap- tapi, part- partner asmara tid- tidak termasuk urusan ranj- ranjang bukan?” tanya Romeo lagi terbata-bata.Pertanyaan bodoh sebetulnya. Tanpa Steve jelaskan pun Rom

“Aduh, lupa apa sih, Tilly? Aku mengajakmu ke sini untuk makan malam.” Pria itu masih berkilah lagi.“Ck! Entahlah, aku pun lupa!” decak Tilly lagi. Tapi dia menyondongkan tubuhnya ke arah Sergio yang sudah menghentikan mobil dan melepas seat belt.“Kenapa melihatku seperti itu?” Sergio menjepit dagu Tilly membuat Tilly tersenyum super manis. Tapi dia mendesis tajam dalam selubung senyum manisnya itu. “Awas kalau nanti kau lupa!”Sergio mengacak-acak rambutnya sembari menghela napasnya jauh-jauh.Mereka pun memasuki mall dengan Sergio yang masih tetap berlagak tidak ingat. Dia mengajak Tilly untuk makan malam terlebih dahulu.Tilly berpikir, selesai makan Sergio akan mengajaknya ke IKEA. Jadi, Tilly pun tidak mengungkitnya lagi.Dia menikmati makan malam itu dengan lahap. Sergio pun senang melihat Tilly selahap itu. Rasanya hatinya ikut mengembang bahagia meski hanya melihat kejadian kecil yang biasa seperti itu.Sementara itu ... beberapa saat sebelumnya ...Kebahagiaan benar-benar te

Sepasang mata Olivia menyusuri sekujur ruangan dan menemukan tangga melingkar di belakangnya. SEbelum Olivia menyusuri bagian ujung atas tangga melingkar itu, Dante langsung menggendongnya ala bride style.“Aargh!” pekik Olivia tertahan tapi rona bahagia jelas tercetak di wajahnya.Dante berlari kecil membawa tubuh itu ke lantai atas. Dia meletakkan Olivia di atas tempat tidur yang sangat empuk. Kamar itu pun terlihat begitu tertata dan mewah segala perabot yang ada.Olivia tak sanggup menahan matanya untuk tidak menelusuri isi kamar, sementara di hadapannya Matteo mulai membuka kancing bajunya. Tubuh kekar dan padat itu terhampar begitu saja di hadapan Olivia.Saat pria itu mulai mengukungnya, Olivia merayapkan tangannya membelai dada kokoh itu. Bulu-bulu halus tercetak di sana menambah sensasi bagi Olivia untuk membayangkan keintiman mereka.Dalam sekejap saja, Dante berhasil melucuti segala lembaran di tubuh Olivia dan mereka menyatu layaknya dua insan yang telah sah dalam pernikah

Air matanya jatuh beberapa tetes tapi Olivia masih tak bergerak.Jika mengikuti sakit hatinya, dia ingin mengembalikan saja rumah itu pada Dante. Tapi benaknya berpikir lain.Dia akan berada di pihak yang merugi. Sudah tubuhnya dinikmati percuma, dan kemungkinan dia hamil, tapi dia tak mendapatkan apa-apa.Helaan napas Olivia menjadi pengiring atas keputusannya. Olivia sudah memutuskan dia akan tetap menjadi wanita simpanan Dante. Sudah terlanjur. Sudah jatuh ke dalam kubangan lumpur, kenapa tidak sekalian saja?Lagipula, dia juga berhak bahagia. Berhak memiliki sosok pria yang bisa menjadi tempatnya bertumpu.“Kamu tak pernah bilang kalau kamu sudah punya istri, Dante. Kamu juga tidak mengenakan cincin pernikahanmu. Kamu membuatku berada di posisi sulit, Dante.”Suara Olivia tenang meskipun dia terkesan ingin menuntut Dante. Pria itu mengeringkan rambutnya sehabis mandi dan berhenti di depan meja rias, menatap ke arah Olivia yang duduk di pinggiran ranjang.“Kau tidak pernah bertanya