Pagi di villa tua itu kembali datang dengan irama yang damai. Dari balik jendela, cahaya mentari menembus celah tirai, memantulkan warna keemasan di dinding kayu yang hangat. Ayudia terbangun lebih dulu, seperti biasa. Rambutnya masih acak-acakan, tapi wajahnya segar. Ia sempat termenung sebentar, memperhatikan Arthayasa yang masih terlelap di sofa. Lelaki itu tidur dengan posisi miring, satu lengannya terbalut perban, tapi wajahnya tetap menenangkan.Ayudia tersenyum samar. Dalam diam, ia mendekat, menyelimuti tubuh suaminya yang semalam tertidur begitu saja setelah mereka berbincang panjang. “Kalau kamu terus begini, nanti sakitnya makin parah, tahu,” gumamnya lirih, meski ia tahu Arthayasa tak mendengar.Ia bangkit perlahan, menuju dapur. Nisa sudah ada di sana, duduk sambil menyiapkan bahan masakan. “Ayu, pagi sekali. Tidak tidur lagi?”Ayudia menggeleng. “Nggak bisa, Ma. Lagi semangat, mungkin karena udara pegunungan yang segar.”Nisa tersenyum, tangannya terus memotong sayuran.
Last Updated : 2025-08-19 Read more