Ayudia menjerit pelan saat mendengar teriakan dari atas. Suara itu seperti palu yang menghantam langsung ke jantungnya. Lututnya lemas, membuat langkahnya terseret. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya tumpah begitu saja, membasahi pipinya. “Aku nggak sanggup, Tha… aku nggak sanggup…” suaranya pecah, nyaris tak terdengar karena ia menunduk. Arthayasa langsung menghentikan langkah, membalikkan badan, dan menatapnya tajam—tapi tatapan itu bukan marah, melainkan berusaha menyalurkan kekuatan. “Dengar aku, Yu.” Ayudia masih menunduk, bahunya bergetar. Arthayasa mendekat, kedua tangannya memegang sisi wajah istrinya, memaksa Ayudia menatap mata hitamnya yang penuh keyakinan. “Kalau kamu jatuh sekarang, kalau kamu nyerah… mereka akan menang. Dan itu artinya Mama, Nenek, papa… semuanya akan habis. Paham?” “Aku takut… aku takut banget…” suara Ayudia makin lirih, napasnya tersengal. Ia melirik ke belakang, ke arah terowongan gelap yang kini dipenuhi bayangan bergerak dari ujung. “
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-08-11 อ่านเพิ่มเติม