Wanita itu melangkah mendekat, hak sepatunya mengetuk lantai kayu restoran dengan ritme percaya diri. Senyumnya ramah, jelas ditujukan untuk Bara, senyum seorang wanita yang terbiasa berada di ruang-ruang high class. Gaun sederhana namun berpotongan mahal membungkus tubuhnya, rambut hitamnya tergerai rapi. Aroma Dior J’adore yang khas, elegan dan menusuk, menyeruak di antara kepadatan restoran. Senyum tipisnya jatuh pada Bara, seakan hanya mereka berdua yang ada di ruangan itu.Cheryl memandangnya. Cantik, sempurna, dan tampak setara dengan sosok Bara yang tampan dan kharismatik. Seandainya wanita itu pacar Bara, Cheryl sama sekali tak akan heran. Mereka terlihat cocok. “Sepertinya Tuan Sigit pun tak akan menolaknya sebagai menantu,” pikirnya yakin.Namun, tak ada rasa iri yang menyusup di dada Cheryl. Tidak juga cemburu. Yang ia rasakan hanyalah debar singkat—sekilas saja—sebelum akal sehatnya kembali mengambil alih. Ia tahu diri, tahu batas, dan tahu bahwa rasa yang pernah ada un
Last Updated : 2025-08-20 Read more