Setelah kami tiba di rumah, aku membuka pintu mobil dengan perlahan. Raya sudah tidak sabar untuk turun, kakinya melompat keluar, dan wajahnya penuh kegembiraan. Ia segera melambaikan tangannya ke arah Jagad yang masih duduk di balik kemudi.“Ayah, nanti jalan-jalan lagi, ya! Raya suka banget,” serunya dengan riang.Jagad tersenyum dari dalam mobil, melambaikan tangan kembali. “Pasti, sayang. Kapan aja kamu mau.”Aku hanya menatap percakapan mereka dari sudut mataku, tidak berkomentar. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal di dalam hati, melihat bagaimana hubungan mereka kini terlihat begitu baik.Jagad telah berusaha keras, tidak bisa dipungkiri. Dia selalu ada ketika Raya butuh, selalu mencoba menunjukkan bahwa dia peduli—bukan hanya pada Raya, tapi juga padaku.Setelah mobil Jagad menjauh, aku meraih tangan Raya, mengajaknya masuk ke rumah. Namun, Raya berhenti di depan pintu, wajahnya tampak serius—wajah yang biasanya ia pakai saat hend
Terakhir Diperbarui : 2025-09-06 Baca selengkapnya