Langkah kaki Maxy terseok saat memasuki gang sempit menuju rumah kumuh yang sudah bertahun-tahun ia tinggali bersama Belinda. Angin sore membawa aroma tanah basah dan debu jalanan, menyapu wajah Maxy yang penuh keringat dan bercak debu. Di tangannya tergenggam kantong plastik berisi beberapa makanan—sebungkus nasi dengan lauk telur, dua potong roti, 1 susu kotak, dan dua botol air mineral.Wajahnya meringis setiap kali kaki kanannya yang terluka menjejak tanah. Luka lecet di betisnya masih basah, sesekali darah mengalir pelan, membuat perih menyengat. Tapi Maxy tidak peduli. Yang penting dia bisa membawa pulang makanan untuk ibunya. Hatinya dipenuhi rasa bangga dan lega. Setidaknya malam ini mereka tidak akan kelaparan.Begitu tiba di depan pintu rumah, Maxy menghela napas, lalu membuka pintu kayu tua itu perlahan. Derit pelan mengiringi langkahnya masuk.“Dari mana kau?”Suara itu langsung menyambutnya tajam. Belinda berdiri di depan meja kayu, tangan di pinggang, mata tajam menatap
Terakhir Diperbarui : 2025-06-24 Baca selengkapnya