“Ka … kamu,” bisiknya pelan, masih tercengang. “Sepertinya, aku pernah melihatmu ….” Gawat!“Sepertinya kamu salah orang,” ucap Sahira pelan, suaranya nyaris bergetar, tapi matanya tetap tajam menatap si pria.Tanpa menunggu reaksi lebih lanjut, Sahira membungkuk cepat, meraih topinya yang terlempar di sisi lorong. Tangannya sempat gemetar saat menarik kembali topi itu ke kepalanya. Detak jantungnya menggila di dalam dada, keras, cepat, dan menyakitkan. Wajahnya tertunduk dalam, tak memberi kesempatan sedikit pun bagi siapa pun untuk mengenalinya lebih jauh.Langkahnya bergegas. Mantelnya berkibar, hasil USG dan vitamin di tangannya hampir terlepas lagi. Ia hampir berlari melewati lorong rumah sakit yang lengang, hanya diiringi gema sepatu hak rendahnya yang berdetak panik di lantai marmer.Saat dia mendekati pintu keluar, seorang suster sempat menoleh padanya, tetapi Sahira menghindari kontak mata. Topi diturunkan makin dalam, masker ditekan makin rapat ke wajahnya. Ia sudah tak ped
Terakhir Diperbarui : 2025-06-06 Baca selengkapnya