Michael tidur di pangkuan Sahira, kepalanya terasa berat, seakan seluruh dunia bertumpu di bahunya. Tangannya menggenggam ujung gaun Sahira, erat, seperti anak kecil yang ketakutan kehilangan rumahnya. Sementara itu, jari-jemari Sahira membelai lembut rambutnya, berusaha menenangkan badai yang jelas terlihat di mata pria itu.“Kenapa aku?” gumam Michael lirih, matanya menatap kosong ke arah langit-langit kamar yang temaram. “Kenapa hidupku dipenuhi musuh? Kenapa aku tidak pernah boleh merasa bahagia … walau hanya sejenak?”Sahira menghentikan usapan sejenak, lalu menatap wajah suaminya yang terlihat begitu rapuh malam ini. “Sabar, Michael,” katanya pelan. “Kau kuat. Kau sudah melewati begitu banyak hal.”“Tapi kadang aku lelah,” lanjut Michael, suaranya retak. “Aku ingin hidup biasa saja, Sahira. Bukan sebagai pewaris keluarga Nathaniel. Bukan sebagai pria yang harus terus curiga pada semua orang. Aku ingin bangun pagi tanpa takut ditembak. Aku ingin tertawa tanpa dihantui ketakutan b
Terakhir Diperbarui : 2025-05-21 Baca selengkapnya