All Chapters of Sang Menantu Perkasa: Chapter 681 - Chapter 690

Galang sudah lama terbiasa dengan hal itu. Dia mengusap rambut Sinta sambil berkata, "Pergilah bermain."Sinta berlari cepat seolah-olah dia telah diampuni.Halaman depan bersih, tetapi halaman belakang berantakan.Galang membungkuk untuk menyingkirkan puing-puing di tanah, membersihkan jalan bagi Arjuna."Sejak dia diturunkan jabatannya menjadi administrator, Gading tinggal di halaman belakang ini. Dia tidak membiarkan istri dan putrinya masuk."Arjuna mengikuti Galang pergi ke satu-satunya gubuk yang ada di halaman belakang.Berdiri di depan gubuk, Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menutupi hidungnya.Gubuk itu berbau sangat apek."Brak!"Sebuah botol anggur terbang keluar dari gubuk."Bukankah aku sudah bilang ....""Gading, ini aku, Galang."Gading yang ada di dalam kamar tiba-tiba terdiam.Namun, dia juga tidak keluar.Arjuna dan Galang berdiri di depan cukup lama, masih belum ada tanda-tanda Gading akan keluar."Aku akan memanggilnya.""Tidak perlu."Arjuna menghentikan

"Yang Mulia, si ... siapa istri Anda?" Pemilik kedai teh yang panik itu tergagap."Yang bersama dua putri Pangeran Maruta.""Oh, dia. Dia sudah pergi bersama para putri.""Sudah pergi? Ke mana mereka pergi?"Arjuna mencengkeram kerah bajunya lebih kuat. Pemilik kedai teh itu kesulitan bernapas sehingga wajahnya memerah. Dia berkata dengan susah payah. "Aku benar-benar tidak tahu. Bagaimana aku berani bertanya kepada para putri ke mana mereka pergi?""Yang Mulia, mereka tampaknya pergi bersama si pendongeng. Katanya akan pergi ke tempat yang indah. Hari ini, si pendongeng hanya menceritakan setengah dari Legenda Ular Putih," sela pelayan di kedai teh itu."Pergi bersama si pendongeng?""Yang Mulia, si pendongeng baru datang beberapa hari yang lalu. Dia tinggal di ...." Kali ini, pemilik kedai teh itu pintar. Dia segera memberi tahu Arjuna alamat si pendongeng.Arjuna dan Disa bergegas ke rumah si pendongeng, tetapi ....Rumah si pendongeng kosong, tidak ada apa-apa di dalam."Kalau sese

"Apakah Yang Mulia Pangeran bosan berburu di tempat perburuan sendiri, kemudian tertarik dengan tempat perburuan kami? Hm, para pelayan memang melepaskan banyak mangsa yang menarik beberapa waktu lalu, tapi ...."Kemal memiringkan kepalanya ke kiri, memperlihatkan sisi kanan lehernya.Ada beberapa luka baru di lehernya.Kemal dengan pelan membelai luka tersebut. "Yang Mulia Pangeran, Anda harus berhati-hati. Ada kucing liar di tempat perburuan keluargaku, cakar mereka tajam.""Entah karena sedang birahi atau bukan, mereka suka mencakar dan menggigit sembarangan. Aish ...." Kemal menggelengkan kepalanya. "Kucing betina yang baru tumbuh besar memang seperti ini ketika birahi.""Tapi ...." Saat berbicara, Kemal menjilat bibirnya. "Aku paling suka kucing betina yang galak, mereka sangat menarik saat dijinakkan.""Kemal!" Mata Pangeran Maruta merah karena marah. Dia berteriak dengan marah. "Cepat serahkan anak perempuanku!""Putri?" Kemal tercengang. Ekspresi tercengangnya begitu berlebihan

"Baik." Aswin segera meningkatkan volume suaranya. "Aku agak khawatir. Bagaimanapun juga, mereka adalah putri."Kemal mengangkat sebelah alisnya, nadanya sangat arogan. "Memangnya kenapa kalau putri? Seperti aku tidak pernah melakukannya saja.""Tapi ayah mereka adalah Pangeran Maruta." Aswin tidak ingin memprovokasi Pangeran Maruta. Meskipun Pangeran Maruta tidak memiliki kekuatan nyata, dia cukup gila untuk membunuh orang. Maruta adalah seorang pangeran. Jika dia benar-benar membunuh orang, Yudha juga tidak dapat berbuat apa-apa terhadapnya."Lebih baik lagi kalau ayah mereka adalah Pangeran Maruta. Seperti kata pepatah, kekayaan dan kehormatan datang dengan risiko. Jika Pangeran Maruta mau menyalahkan, dia hanya bisa menyalahkan diri sendiri karena membiarkan anak perempuannya bergaul dengan jalangnya Arjuna sehingga mencelakai mereka." Kemal sudah mulai menghitung dalam benaknya berapa banyak yang akan dia dapatkan dari Pangeran Maruta saat dia benar-benar mendapatkan Euis dan Esih

Gading masih sangat khawatir dan ingin berbicara lagi, tetapi Galang menggelengkan kepala padanya. "Kak Gading, Yang Mulia bisa melakukannya."Galang belum pernah melihat keterampilan Arjuna dengan matanya sendiri, tetapi Tamael pernah menceritakannya kepadanya.Ketika Arjuna membawa busur Disa ke depan kediaman Yudha dan menghalangi jalan Kemal, Kemal tertawa.Karena tangan Arjuna sedikit gemetar saat menarik busur, dia sama sekali tidak memiliki kekuatan.Kemal, yang berada di atas kuda, membungkukkan tubuhnya. Dia menatap Arjuna dengan penuh perhatian untuk beberapa saat, lalu menggelengkan kepalanya. "Arjuna, busurmu terlalu berat, tidak cocok untukmu."Makin lama waktu berlalu, makin parah goyangan pada gerakan Arjuna yang menarik busur.Kemal lanjut bertanya, "Bagaimana kalau aku menggantinya dengan yang lebih ringan untukmu?"Sebelum dia selesai berbicara, busur di tangan Arjuna mulai terkulai ke bawah. Kemal mengulurkan kakinya untuk membantu Arjuna menahannya.Meskipun begitu,