All Chapters of Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai: Chapter 231 - Chapter 240

“Tuan, Tristan Adams menuntut Philip atas percobaan pembunuhan terhadap Laura Adams. Mereka menjebloskan Philip Wilson ke penjara, tanpa pengadilan atau pembebasan bersyarat.” Ferdi memberitahu Lucian berita yang ia dapat. Dia terdiam sejenak, ragu-ragu sambil melirik tablet di tangannya.“Lanjutkan…,” Lucian mengusap pelipisnya muram.Ferdi berdeham dan melanjutkan kalimatnya. “Menurut berita yang saya dapatkan, di penjara, Tuan Philip menyinggung seorang anggota geng gangster hingga mereka menghajarnya. Ia menderita patah kaki. Keterlambatan penanganan medis menyebabkan ia pincang permanen. Kaki kiri Tuan Philip didiagnosis cacat dan tidak bisa kembali normal seperti semula.”Raut wajah Lucian tak berubah mendengar berita tentang ayahnya dihajar oleh anggota geng di penjara hingga menjadi cacat.“Hmm, aku tak perlu mencari tahu siapa dalang di balik ini,” ujarnya tanpa ekspresi.“Tuan Philip meminta untuk bertemu denganmu.”“Aku tidak akan menemuinya. Kirimkan pengacara untuk membua

“I-itu benar… Pengadilan yang memenuhi permintaan keluarga Adams. Anda… selamanya tidak bisa dibebaskan dari penjara.” Pengacara itu merasa tercekik, mencoba melepaskan cengkeraman Philip pada kerah bajunya.“Bagaimana dengan keluarga Wilson? Mereka tidak akan melakukan apa pun!”“Tidak.” Ferdi yang menjawab. “Perbuatanmu tak bisa dimaafkan, juga keluarga Adams menekan bisnis Wilson Group, Tuan Billy menginstruksi Tuan Lucian agar tak mengeluarkanmu dari penjara untuk menenangkan keluarga Adams.”Philip tak bisa berkata-kata dan terlihat terpuruk.“Jadi, tidak ada gunanya kamu menyimpan sahammu. Tanda tangani penyerahan sahammu karena kamu tidak bisa menikmati sahammu.”Philip mendongak dengan tatapan tajam.“Aku tidak akan pernah menyerahkan sahamku pada pecundang Lucian itu yang sudah memenjarakan ayah kandungnya sendiri. Aku lebih suka menyerahkan sahamku pada cucuku, Jayden, atau anak-anakku yang lain!”Philip lebih suka menyerahkan sahamnya pada Jayden. Ketika Jayden dewasa dan m

“Jadi bagaimana keadaan ibumu?” Willy bertanya sambil memotong bistik di piring.“Sudah lebih baik setelah operasi. Ibu baru boleh pulang setelah satu bulan.”“Allina terlalu bekerja keras sepanjang hidupnya untuk keluarga Hastings. Kamu harus berbakti dan menjaganya.”“Aku tahu. Saat ini aku masih perlahan mengambil alih Crown Hastings Corporation, menggantikan ibuku. Ibuku harus beristirahat dari pekerjaannya.”“Aku sudah bilang pada Allina untuk beristirahat dan menyerahkan pekerjaannya padamu agar dia bisa beristirahat. Tapi dia selalu keras kepala dan menganggap kamu masih kecil.”“Ibu memang selalu seperti itu. Dia hanya ingin memanjakan aku dan menikmati semua hasil kerja kerasnya .” Glen tersenyum lembut.Willy menghela napas, menatap Glen lembut. “Aku mengerti mengapa dia seperti itu. Dia tidak mau kamu menjadi seperti dirinya yang dituntut bekerja keras untuk keluarga sebagai anak tunggal di keluarga Hastings. Tapi menurutku kamu sudah sangat mapan membantu bisnis keluarga

"Anak kurang ajar itu mengambil semua uangku! Lalu meninggalkan orang tuanya dan bersembunyi!" George berseru marah. Laura mengangkat sebelah alis. "Viola melarikan diri?” "Ya!" George menatap Laura memohon. "Laura, Laura, Laura... kau menganggapku sebagai ayahmu, kan? Tolong bantu ayahmu ini! Ayah akan mati jika tidak segera membayar utang pada rentenir. Mereka akan membunuh ayah dan ibumu!"Dia mencengkram pundak Laura erat tanpa menyadari ekspresi Laura yang meringis dan mencoba melepaskan cengkraman George dari pundaknya.“Tuan Samson, kamu menyakitiku ….” "Lepaskan dia!" Glen bergegas mendorong George menjauh dari Laura. Laura merasa lega setelah George didorong menjauh darinya.“Ah maaf Laura, ayah nggak bermaksud menyakitimu ….” George berkata cemas.Glen memelototinya dan mendorongnya menjauh. "Laura, jangan pedulikan mereka. Mereka menjadi seperti ini karena perbuatan mereka sendiri," ujar Glen berdiri di depan Laura sebagai temeng dan menghalangi George. "Ingat apa

"Hm, ini hanya uang kecil. Tidak perlu merasa terbebani.""Tetap saja aku ....""Tidak mau berutang budi?"Laura terdiam, menatap Glen serius.Glen mengusap kepala Laura. "Bagaimana jika besok Minggu kita bersama-sama membawa Amel ke taman hiburan?"Sebelum Laura menjawab, Glen sudah berkata, "Baiklah, besok jam 10 aku akan menjemputmu dan Amel."Dia melambai lalu menaikkan kaca jendela mobil dan mengemudi meninggalkan tempat itu.Laura menghela napas, memandang mobil Glen yang menjauh.Ponselnya kembali berdering. Laura menggigit kuku jarinya melihat Lucian sekali lagi meneleponnya.Dia memutuskan untuk tidak mengangkat dan berjalan masuk ke dalam rumahnya...."Glen, ini masih pagi dan kamu sudah di sini."Ketika Laura turun ke lantai bawah, dia melihat Glen di ruang keluarga, mengobrol dengan keluarganya."Bibi sudah dengar dari Laura, kalian akan bersama Amel ke taman bermain. Kalian harus sering-sering melakukannya….""Ya, Bibi." Glen mengusap belakang kepalanya dan mengobrol a