All Chapters of Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai: Chapter 261 - Chapter 270

"Begitu, kah?" Glen menyeringai sinis. "Itu tidak ada hubungannya. Penusukan Lucian adalah harga yang dia bayar karena Philip mencoba membunuhmu. Jangan merasa bersalah atau berutang padanya hingga kamu ingin membatalkan pertunangan.""Aku tidak merasa berutang pada Lucian. Aku ingin membatalkan pertunangan karena aku sungguh tidak ingin melanjutkannya. Aku tidak memiliki perasaan apa pun padamu." Laura terdiam menyadari suaranya terlalu keras sampai membuat beberapa pelanggan di restoran itu menoleh memandang mereka."Maaf, Glen. Kamu adalah pria yang baik dan seorang teman yang aku hargai. Tapi kita tidak bisa bertunangan atau menikah."Glen tidak menjawab. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Maaf, aku tidak ingin membatalkan pertunangan ini.""Glen…," Laura memandangnya memohon. "Bukankah kamu bilang akan membatalkannya jika aku menginginkannya?""Ya. Tapi aku tidak ingin kamu memutuskan pertunangan dengan sia-sia demi seseorang seperti Lucian Wilson yang tidak akan berjuang untuk

Setelah mengatakan itu, dia hendak pergi, tetapi Lucian menahan tangannya.Pria itu tetap berlutut, lengannya menahan Laura. Kepalanya tertunduk ke lantai."Apa? Lepaskan aku, brengsek! Bukankah kamu sangat ingin aku pergi?" Laura sangat jengkel dan marah.Namun, ucapan Lucian membuatnya terdiam."Lukamu kembali berdarah—"Laura kembali duduk. Ia meraih bantal sofa dan memukul Lucian."Persetan denganmu!" Laura berteriak sambil terus memukul dada Lucian."Katakan kamu tidak mencintaiku dan kita mengakhiri hubungan ini untuk selamanya, sialan! Kenapa kamu bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja?!"Lucian membiarkan Laura terus memukulnya hingga wanita itu berhenti kelelahan. Namun dia tidak mengatakan apapun."Kenapa kamu terus menutup mulutmu, sialan?! Kenapa? Apa kamu tidak ingin menjatuhkan harga dirimu memohon pada keluargaku, hingga kamu menyerah begitu saja?"Lucian tetap membisu.Laura tak dapat menahan diri, dan akhirnya menangis."Dasar brengsek, sia-sia aku mencintaimu! P

Lucian berhenti mendengar kata-kata Laura dan menoleh sedikit.Matanya sedikit melebar melihat Laura menunjukkan kotak cincin di tangannya. “Ini yang kamu cari? Aku menemukannya di pakaianmu yang berserakan di luar.”Lucian tak bisa berkata-kata saat melihat kotak cincin di tangan Laura.Ia mengusap belakang kepalanya, entah mengapa merasa malu pada dirinya sendiri.Semua rencana yang terlintas di kepalanya gagal. Ia gagal bertanggung jawab, dan gagal melamar Laura.Laura memasang cincin itu di jari manisnya.“Ternyata sangat pas,” Ia melirik Lucian. “Jadi katakan, apakah kamu akan menikahiku?”Lucian mengusap belakang kepalanya.“Jika kamu… kamu bersedia….” Entah mengapa ia tergagap. Lucian merasa kepercayaan dirinya anjlok.Namun, ia berlutut di depan Laura.“Laura… aku bersedia melakukan apa pun yang kamu inginkan. Tolong… katakan kamu bersedia menikah denganku,” Ia meraih telapak tangan Laura, memandang cincin berlian di jari manisnya dan mencium buku-buku jarinya.“Aku sangat ego

Lucian berhenti di halaman mansion keluarga Adams yang luas dan mewah. Untuk pertama kalinya dia diizinkan masuk ke mansion ini setelah seminggu tak pernah diizinkan masuk.Saat Lucian berjalan masuk, tiba-tiba terdengar suara tembakan dan peluru di tembak di tanah di bawah kaki Lucian.Dia berhenti dan membeku. Kepalanya mendongak memandang ke atas.“Bajingan! Tetaplah di situ! Jika kamu berani melangkah aku akan menembakmu!”Di balkon lantai dua, sosok Allen Adams menodong senapan berburu ke arahnya.“Ayah! Aku mohon tolong hentikan!” Laura mencoba menghentikan Allen menembak Lucian.Allen menepis tangan putrinya dan mengarahkan senapannya ke arah Lucian.Lucian tetap terlihat tenang dan tak gentar meski telah ditembaki dan ditodongkan senapan.Allen berdecak dalam hati dan kecewa berharap Lucian akan gentar ketakutan hingga memperlihat sosok dirinya yang tak layak untuk putrinya.“Cih, dasar bajingan licik. Beraninya kamu membuat putriku hamil untuk mendapat restu kami!”Dia berser

Glen terlihat baik-baik saja setelah pertunangannya dibatalkan dan Laura tetap memilih berlari ke pelukan Lucian.Yah, karena sudah ada anak di perut Laura, mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk memisahkan mereka apalagi memaksanya menikah dengan pria lain.Lucian pingsan di halaman mansion yang diguyur hujan deras dan sedang ditopang oleh salah satu pelayan pria agar berdiri dan membawanya masuk. Laura dapat melihat tubuhnya yang basah kuyup dan meraih sisi kiri Lucian untuk menopang tubuhnya. “Bawa dia ke kamarku dan tolong panggilkan dokter.” Laura memerintahkan pelayan itu dan membantu menopang tubuh Lucian di sisi kana.“Baik Nona.”Keluarga Adams hanya menyaksikan dan membiarkan Laura melakukan apa yang inginkan memasukkan Lucian ke dalam rumah, bahkan dibawa kamarnya. Ekspresi Allen yang terlihat paling tidak senang. “Kita tidak bisa berbuat apa-apa.” Willy mengusap punggung suaminya, bersimpati seolah mengerti apa yang dirasakan Allen.Siapa yang tidak kesal ketika