Semua Bab Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati: Bab 1021 - Bab 1030

Tamparan itu membuat wajahnya memerah dan malu untuk menemui Andini!Di benaknya, tiba-tiba terlintas ucapan yang pernah dikatakan Baskoro dulu. Baskoro pernah bilang, dia belum pernah bertemu wanita seperti Andini.Dengan cambuk setebal itu menghantam tubuhnya, Andini bahkan tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Padahal rasa sakitnya sudah membuat seluruh tubuhnya gemetar hebat, tetapi di wajahnya tidak tampak sedikit pun ekspresi kesakitan!Abimana sudah tidak sanggup melangkah lagi. Dengan lemah, dia bersandar pada dinding dan berjongkok perlahan dengan napas terengah-engah.Ternyata, kebiasaan Andini itu sudah terlihat jelas sejak lama. Namun sebagai kakak, dia sama sekali tidak pernah menyadarinya. Padahal, saat itu Baskoro mengatakannya tepat di hadapannya! Akan tetapi, dia sama sekali tidak menangkap keganjilan dalam ucapan tersebut!Abimana tidak pernah peduli bagaimana kehidupan Andini selama berada di penatu istana. Yang dia lakukan hanyalah menyalahkannya terus-menerus, bers

Semua kejadian di masa lalu seolah kembali terlintas begitu jelas di benak Kresna. Napasnya terasa sesak, tetapi dia tetap bersikeras membela diri. "Itu semua hanya karena dibohongi orang. Aku salah mengenali dia!"Mendengar hal itu, Abimana tak kuasa menahan tawa sinis.Tawanya pahit, penuh rasa putus asa.Dia perlahan menggeleng. "Sejak awal, memang kita yang bersalah padanya. Tapi kenapa, dari mulut Ayah, semua itu terdengar seperti hal sepele? Namanya bahkan sudah dihapus dari silsilah keluarga. Lalu, untuk apa Ayah masih berharap dia mau makan di rumah ini?""Kamu!" Adipati Kresna tersentak. "Kamu menyalahkan ayahmu?""Aku nggak menyalahkan Ayah," Abimana menarik napas panjang sebelum kembali bicara, "Aku nggak punya hak menyalahkan siapa pun. Yang paling bodoh dan paling jahat, itu aku ...."Saat mengucapkan hal itu, Abimana sempat melirik ke arah Kirana yang masih tenggelam dalam dunia imajinasinya. Lalu, dia melanjutkan, "Tapi Ayah, sekarang dia sudah menemukan tempat yang memb

Entah berapa lama kemudian, tiba-tiba terdengar dentuman keras di langit malam."Itu pesta kembang api dari Kedai Arum!" seru Laras dengan nada penuh antusias. Namun seolah teringat sesuatu, dia segera menoleh ke arah Andini. Dia masih ingat jelas saat Andini pertama kali kembali ke kediaman, bagaimana ekspresinya waktu melihat kembang api meledak di langit.Laras khawatir, Andini akan kembali mengingat kenangan-kenangan pahit dari masa lalu. Namun tanpa disangkanya, wajah Andini saat ini malah dihiasi dengan senyuman cerah.Kembang api di langit menyala dengan indah, memancarkan cahaya gemerlap. Sinar yang berkilauan itu terpantul di wajah Andini, membuat senyumnya terlihat begitu menawan.Laras pun langsung merasa lega.Indah sekali!Kembang apinya memang indah .... Namun, nona mereka jauh lebih indah!Tanpa sadar, Surya juga menoleh memandang Andini. Dadanya seakan dipenuhi oleh perasaan puas. Selama delapan tahun terakhir, dia tidak pernah merasa hidupnya sepi.Meski para saudara d

Melihat Jarwo mulai marah, Hana buru-buru menenangkannya, "Sudah, sudah. Aku baru bicara sedikit, kamu sudah tersinggung begitu!"Usai berbicara, Hana melirik ke arah pelayan dan mendesak, "Sudah selesai belum? Kalau sudah, cepat keluar!""Baik!" Pelayan itu langsung menjawab dan buru-buru keluar.Begitu pelayan itu pergi, barulah Hana maju dan menutup pintu kamar, lalu berbalik menatap Jarwo. "Sebenarnya, semua ini juga salahmu! Kalau bukan karena kamu memperlakukan Yinara seperti itu ... mana mungkin kita sampai menyinggung orang sekejam Surya?"Pertama, dia membantai banyak orang di dalam kediaman, darah mengalir sampai halaman depan. Hana sampai harus menyuruh orang mencuci noda darah selama seharian penuh dan itu pun tetap tak bersih!Sekarang, kiriman tubuh yang dimutilasi pun datang. Parahnya, sekarang sedang suasana tahun baru! Sungguh pertanda sial!Jarwo melotot ke arah Hana. "Salahku? Bukankah ini salahmu juga? Kamu bahkan nggak bisa menjaga anak perempuanmu dengan baik, sam

Sorot mata Surya tampak sedikit gelap. "Suku Tru kalah, lalu mereka mengirim Aiyla untuk pernikahan perdamaian. Di permukaan tampak seperti merendah, tapi sebenarnya hanya untuk membuatku jijik."Dendam antara dirinya dan suku Tru mungkin tidak akan pernah selesai, meskipun sampai ke alam baka. Sekarang malah ingin dia menikahi seorang wanita suku Tru?Kalaupun dia belum memiliki Andini, dia tetap tidak mungkin menyetujui pernikahan ini.Kaisar pun memahaminya. "Aku mengerti. Tapi putri suku Tru itu tak bisa terus-menerus tinggal di kediamanmu tanpa status apa pun. Andini masih bisa disebut adik angkatmu. Masa kamu mau angkat adik lagi?"Surya tentu saja menggeleng. Entah itu adik angkat maupun kekasih, cukup Andini seorang. Dia sudah merasa cukup. Seumur hidupnya, tak akan ada perempuan lain yang bisa sedekat itu dengannya."Hais ...." Kaisar menghela napas, lalu berkata, "Kalau begitu, pikirkan baik-baik. Bagaimanapun, kamu harus membuat keputusan.""Baik." jawab Surya, lalu bangkit,