Andini tentu saja merasakan aura dingin dan tajam yang mengelilingi Safira. Namun, dia berpura-pura tidak menyadarinya dan tetap berbicara dengan tenang."Putri, saya bukannya ingin membela Panglima Kalingga. Hanya saja, saya berpikir karena Panglima Kalingga baru saja mengambil alih Pasukan Pengawal Istana, seharusnya yang perlu diselidiki adalah siapa yang membentuk pasukan itu sampai berani bertindak semena-mena di dalam istana."Benar saja, ekspresi Safira berubah. "Siapa pemimpin Pasukan Pengawal Istana sebelumnya?"Di samping, Ranti yang telah kembali segera menjawab, "Putri, itu adalah adik kandung Selir Agung Haira, Tuan Sandika.""Oh, benar! Sandika!" Mata Safira tiba-tiba menjadi dingin dan tajam. "Tak heran, dengan mengandalkan kakaknya yang merupakan selir agung, Sandika sudah beberapa kali bersikap lancang padaku!"Saat mengatakan ini, seolah-olah mengingat sesuatu, wajah Safira semakin suram. "Bisa jadi, semua ini memang ulah bajingan itu!"Mendengar perkataan itu, jantun
Baca selengkapnya