Namun, si kakek tidak langsung menjawab. Dia malah balik bertanya, "Dari ekspresimu, sepertinya kamu bukan sedang mencari Racun Es, melainkan penawarnya, bukan?"Jantung Andini seketika berdegup lebih kencang. Dia tidak menyangka bahwa si kakek bisa menebaknya begitu tepat. Ekspresinya pun langsung berubah tanpa bisa dikendalikan.Melihat reaksi itu, si kakek pun tahu bahwa dugaannya benar. Namun, wajahnya justru dipenuhi tanda tanya."Aneh, Racun Es itu sebenarnya nggak bertahan lama di tubuh manusia. Mungkin cukup tidur semalam saja, racunnya sudah hilang. Jadi, untuk apa repot-repot mencari penawarnya?"Dia terlihat berpikir sejenak, lalu seperti baru menyadari sesuatu. "Ah ... jangan-jangan racunnya bereaksi dengan Racun Pelebur Tulang, ya? Kalau dua racun itu bertemu dalam tubuh, baru bisa menetap lama?"Wajah si kakek berubah penuh pencerahan, seolah teka-teki yang lama tak terpecahkan kini telah dia pahami.Melihat sikap santainya itu, Andini justru semakin kesal. Akan tetapi, d
Baca selengkapnya