Pukul delapan malam, kediaman Sekar.Wira menatap jam tangan sambil berdiri di depan pintu, tas ransel hitamnya sudah siap di punggung. Sekar mengantarnya sampai ke ambang pintu, sementara Raka menggantung erat di kakinya.“Mas, hati-hati di jalan. Titip salam nanti untuk bapak dan ibu,” ucap Sekar seraya berdiri di ambang pintu.Wira tersenyum tipis. “Iya, pasti aku sampaikan. Bapak dan ibu juga pasti sudah kangen sama kamu dan Raka. Tadi katanya mau ke sini, sayangnya bapak masih ada urusan di Jakarta yang tidak bisa beliau tinggalkan.”Sekar tersenyum. “Iya, Mas. Aku juga kangen sama bapak dan ibu. Semoga bapak dan ibu sehat selalu dan segala urusannya dilancarkan oleh Allah.Sementara Raka sudah mulai merengek pelan.“Papa, jangan pulang, dong….” Raka menengadah, matanya berkaca-kaca. Ia memeluk paha Wira erat-erat, enggan dilepas.Wira berjongkok, menatap mata anak itu dengan senyum penuh kasih. “Raka, papa cuma sebentar, kok. Nanti balik lagi. Kita main bareng lagi kalau papa ba
Last Updated : 2025-05-23 Read more