“Assalamu’alaikum…,” sapa Ardi sambil melangkah masuk ke ruang rawat Raka. Di tangannya, ada keranjang buah segar, buket bunga kecil berwarna cerah, dan sebuah kantong berisi mobil robot yang pastinya akan membuat mata bocah itu berbinar.“Wa’alaikumussalam… Om Ardi,” sahut Raka sambil tersenyum manis. Tubuh kecilnya kini sudah mampu duduk meski kedua kakinya masih dibalut perban tebal. Ada rona cerah yang kembali menghiasi wajah mungilnya.“Masyaa Allah, Raka sudah bisa duduk. Nggak sakit lagi, Nak?” tanya Ardi, matanya berbinar penuh haru. Ia nyaris tak percaya bocah yang kemarin pucat dan lemah itu kini sudah duduk dengan senyum yang cerah menghiasi wajahnya.“Alhamdulillah, Om. Semua ini berkat papa. Kalau nggak ada papa, mungkin Raka nggak akan selamat,” ucapnya tulus, senyumnya merekah, polos dan penuh rasa syukur.Namun, senyum itu justru menyayat hati Ardi. Ada sebersit luka yang singgah di hatinya, begitu cepat dan menyakitkan. Senyuman di wajahnya sempat pudar, meski hanya s
Terakhir Diperbarui : 2025-05-21 Baca selengkapnya