Semua Bab Istri Kontrak Sang Presdir : Bab 251 - Bab 260

Ekspresi wajah Rania berubah saat melihat siapa yang kini sedang menatapnya.Abi langsung menggandeng tangan Rania yang berdiri di sampingnya, sampai membuat sang mama menoleh padanya.“Akhirnya aku bisa melihat kalian.” Rania melangkah mundur saat melihat pria di depannya mendekat, pria yang sudah tega meninggalkannya setelah tahu Abi sakit terkena leukimia dan melepas tanggung jawab terhadap mereka.“Mau apa lagi kamu ke sini?”Alex menoleh pada Rania, dia langsung bisa menebak kalau pria yang kini berhadapan dengan Rania adalah mantan suami wanita yang baru saja dia nikahi itu.“Rania, aku datang kemari karena ingin mendonorkan sumsum tulang belakang untuk Abi. Dia butuh itu, kan?” Bimo menatap penuh harap pada Rania.Rania tersenyum mencibir. “Pergi dari sini, kami sudah tidak membutuhkanmu lagi.Rania ingin mendorong kursi roda Abi agar menjauh dari Bimo, tapi pria itu menghalangi.Bimo berlutut di depan Abi dan ingin menggenggam telapak tangan putranya, tapi sayangnya Alex lang

Keesokan harinya. Alex sudah berangkat ke kantor begitu juga dengan Rania.Alex berada di ruangannya mengecek berkas yang bertumpuk karena kemarin dia ambil cuti. Saat masih fokus mengecek berkas, terdengar suara ketukan pintu lalu terlihat Arion yang masuk membawa berkas lainnya.“Pak, ini berkas-berkas yang harus Anda tandatangani segera,” kata Arion.Alex tidak menatap ke arah Arion, tapi dia langsung mengambil berkas itu dan melihatnya sebelum membubuhkan tandatangan.“Pak, tadi ada polisi yang datang menanyakan Anda,” kata Arion dengan hati-hati. Dia memerhatikan Alex yang diam, lalu menatap ke arahnya.“Apa yang Anda lakukan seharian kemarin? Apa Anda membuat keributan?” tanya Arion memastikan.Alex menatap datar, lalu bertanya, “Apa yang polisi katakan?”“Tadi polisi datang menanyakan, apa benar kemarin Anda menghajar orang. Karena orang itu melaporkan Anda dan mereka punya bukti rekaman Cctv di rumah sakit,” ujar Arion memberi penjelasan, “kenapa Anda di rumah sakit?” tanyanya

Rania menatap bola mata Alex bergantian. Tidak tahu kenapa, dia merasa kalau Alex sedang tertekan saat ini. Namun, mengingat bagaimana sifat Alex, pria itu takkan mungkin jujur secara langsung.“Apa ada masalah?” tanya Rania memastikan, “aku tidak akan pergi kalau kamu melarang.”Entah apa maksud Alex memintanya tetap tinggal, tapi Rania menyadari kalau bagaimanapun dia adalah istri Alex di mata hukum.Alex menyentuh pipi Rania. “Tinggalah malam ini di sini.”Belum sempat Rania membalas, Alex sudah memagut lebih dulu bibir Rania.Rania meremat tas yang tergantung di pundak saat Alex terus memagut bibirnya, bahkan tali tasnya mulai luruh dari pundak saat Alex mencium bibirnya semakin intens.Rania menjatuhkan tasnya, kedua tangannya meremat kedua sisi jas Alex sambil memejamkan mata.Alex memagut bibir Rania dalam-dalam. Dia melumat bibir Rania dengan rakus, lalu melingkarkan kedua tangan di punggung Rania.Kaki Alex melangkah, menarik Rania mengikutinya dengan bibir yang masih saling

Alex benar-benar mengantar Rania ke rumah sakit. Mereka sudah berada di rumah sakit dan siap turun dari mobil.“Pakai ini untuk belanja nanti, kamu ingat paswordnya, kan?” tanya Alex sambil mengulurkan black card yang pernah Rania pakai untuk membeli makanan.Rania menerima kartu itu lalu mengangguk dan segera menyimpan kartu itu di dompetnya.“Kamu mau ikut masuk? Aku hanya sebentar,” kata Rania.Alex mengangguk lalu melepas seatbelt. Rania langsung bisa menebak kalau pria itu akan ikut masuk.Mereka berjalan bersama menuju ruangan Abi, sesampainya di sana mereka bertemu dengan perawat jaga yang baru saja keluar dari ruang inap Abi.“Baru selesai memeriksa Abi?” tanya Rania pada perawat.“Bu Rania, Anda sudah datang,” kata perawat itu menyapa lebih dulu, “iya, saya hanya mengecek tensinya sekalian menyapanya seperti biasa.”Rania bernapas lega dengan senyum hangat di wajah.“Terima kasih sudah membantu menjaga Abi, Sus.”Perawat itu melirik Alex, lalu menatap pada Rania lagi.“Sama-s

Rania diam menatap Alex, lalu dia tersenyum.“Tentu aku paham, aku juga sadar posisiku. Kamu tenang saja, aku akan melakukan apa yang kamu katakan,” balas Rania sambil tersenyum meski terasa perih karena dia menjadi wanita kedua, bukan yang pertama.“Jangan pernah membahasnya lagi,” kata Alex memperingatkan.Rania mengangguk-angguk. Dia tetap tersenyum agar tak membuat Alex marah.Tanpa Alex duga, Shirly ada di perusahaan Alex dan mencari tahu ke mana Alex pergi. Dia juga melihat Arion sedang makan bersama salah satu karyawan wanita di kantin, jadi tidak mungkin Alex menemui klien sendirian.“Apa Alex membohongiku?” Shirly bertanya-tanya, apalagi dia mendapat informasi dari resepsionis jika Alex tidak ada jadwal bertemu klien siang ini.Shirly berjalan pelan menuju pintu keluar perusahaan, lalu dia menghubungi Abraham.“Halo, Kek.” Shirly bicara dengan nada manja dan suara lembut untuk mengambil hati kakek Alex.“Ada apa menghubungi kakek?” tanya Abraham dari seberang panggilan.“Itu,