Dentum musik pesta masih terdengar samar dari aula utama, namun di sebuah ruangan kecil berpanel kayu elegan, suasana jauh lebih hening. Lampu kristal menggantung teduh, memantulkan cahaya hangat ke meja panjang di tengah. Felix menarik tangan ibunya dengan sopan namun tegas, menuntunnya masuk. Clara, Ny. Mahesa, berjalan mengikuti, meski langkahnya tampak berat, penuh gengsi. Begitu pintu tertutup rapat, Felix menoleh, menatap ibunya dengan sorot mata yang nyaris tak pernah ia tunjukkan—tajam, penuh ketegasan. “Ma,” suara Felix rendah tapi bergetar, menahan emosi, “apa maksud Mama barusan? Kenapa Mama bisa mengatakan hal seburuk itu tentang Alma?” Clara tetap tenang. Ekspresinya datar, bibirnya terkatup rapat sebelum akhirnya terbuka dengan nada dingin. “Mama hanya mengatakan kebenaran, Felix. Kalau perempuan itu memang wanita baik-baik, rumah tangganya dulu tidak akan gagal. Fakta jelas menunjukkan, dia tidak mampu menjadi istri yang baik.” Felix tertegun. Sejenak ia merasa napa
Terakhir Diperbarui : 2025-08-30 Baca selengkapnya