Nadine duduk di bangku besi, wajahnya kusut, rambut acak-acakan, dan matanya sembab. Baru beberapa hari ditahan, tapi sudah terasa seperti sebulan bagi dirinya. Ia terkejut saat pria itu membalikkan tubuhnya. “Nadine,” sapanya dengan nada heran, juga kasihan. Begitu melihatnya, Nadine langsung bangkit, matanya berbinar penuh harap. “Ernest!” serunya. Ia buru-buru mendekat ke kaca, jemarinya menyentuh kaca itu. “Tolong aku, Nes. Tolong aku keluar dari sini. Aku nggak kuat!” Ernest, atau Ernesto, sahabat lama Arhan yang juga cukup dekat dengan Nadine, menarik napas panjang. Ia mendudukan tubuhnya di kursi pengunjung, menyilangkan tangan di dada, lalu menggeleng. “Hey, Nadine … kamu pikir aku ini siapa? Malaikat pelindung? Dari awal aku sudah bilang sama kamu, sama Arhan juga, jangan main api. Jangan bikin masalah sama rumah tangganya mereka. Tapi apa? Kalian berdua malah keasyikan sendiri. Sekarang kalau kebakar, jangan nyalahin siapa-siapa.” Nada bicaranya ceplas-ceplos, khas Ernes
Terakhir Diperbarui : 2025-08-27 Baca selengkapnya