BAB 21Suara pintu pagar berderit perlahan saat Alma pulang. Langkahnya pelan, tapi hatinya masih diselimuti kehangatan dari makan siang bersama Felix. Saat tangannya menyentuh gagang pintu rumah, daun pintu sudah terbuka lebih dulu dari dalam.“Loh, Ibu?” Alma menahan langkah, terkejut melihat Ferika berdiri di ambang pintu dengan senyum yang dibuat-buat hangat.“Baru pulang, Alma?” suara Ferika terdengar halus, tapi entah kenapa justru membuat bulu kuduk Alma meremang.“Iya, Bu” jawab Alma tetap sopan, menundukkan kepala sedikit memberi hormat.Ferika melangkah mundur, mempersilakan Alma masuk. Begitu pintu tertutup, wanita paruh baya itu langsung mengambil kesempatan.“Kebetulan sekali kamu pulang. Ibu dari semalam ingin bicara.”Alma menoleh. “Tentang apa, Bu?”“Duduk dulu.” Ferika menunjuk ke sofa di ruang tamu. Alma menuruti, duduk dengan postur tubuh tegak, sementara wanita yang lebih tua itu menatapnya dalam-dalam, seperti menilai setiap garis di wajah menantunya itu.“Alma,”
Terakhir Diperbarui : 2025-06-04 Baca selengkapnya