Bab 88. Kemenangan Aisyah“Jadi, Tuan Wibowo, apa lagi yang bisa Anda katakan untuk membela diri?” Aisyah berdiri tegak di tengah ruang rapat besar Amarta Group, matanya yang tegas menatap pria paruh baya di ujung meja. Ruangan itu penuh dengan wartawan, mitra bisnis, dan karyawan senior, semua menahan napas menanti jawaban. Meja kayu mahoni yang mengilap memantulkan cahaya lampu kristal di atas, menciptakan suasana tegang namun megah di kantor pusat Amarta Group, perusahaan distribusi makanan impor milik Papa Aisyah, Pak Hermawan, sang CEO.Tuan Wibowo, dengan keringat membasahi keningnya, menggenggam erat dokumen di tangannya. “Ini… ini semua tuduhan tak berdasar! Kau tidak punya bukti, Aisyah!” suaranya gemetar, tapi nada sombongnya masih tersisa.Aisyah tersenyum tipis, elegan dalam balutan hijab biru tua yang serasi dengan blazer abu-abunya. “Tidak punya bukti? Baiklah, mari kita lihat.” Ia mengangguk ke asistennya, yang segera memutar proyektor. Layar besar di belakang menampilk
Terakhir Diperbarui : 2025-06-28 Baca selengkapnya