Share

Bab 83. Masa Lalu yang Tertutup

Penulis: Qinoy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-25 14:11:58

Bab 83. Masa Lalu yang Tertutup

“Aisyah, kamu dengar kabar tentang Bella?” Rendra menurunkan ponselnya, nadanya hati-hati saat mereka duduk di kafe favorit mereka di kawasan SCBD, Jakarta. Meja kayu di depan mereka dipenuhi dokumen pernikahan dan dua cangkir kopi yang masih mengepul.

Aisyah mengangguk pelan, menatap keluar jendela. “Iya, tadi pagi Mama cerita. Dia… meninggal karena komplikasi HIV-nya.” Suaranya datar, tapi ada sedikit kesedihan di matanya. “Aku nggak benci dia, Ren. Tapi apa yang dia lakukan… itu pilihan dia sendiri.”

Rendra meraih tangan Aisyah, jari-jarinya hangat. “Kamu nggak perlu mikirin dia lagi, Sayang. Kita fokus ke hidup kita, ke pernikahan kita. Bella memang pernah dijodohkan orang tuaku dulu, karena dia karyawan PT Indomarka yang mereka pikir cocok buat aku. Tapi ternyata, dia cuma incar harta. Sekarang semua itu sudah berlalu.”

Aisyah tersenyum tipis, merasakan ketenangan dari kata-kata Rendra. Kafe itu ramai dengan suara pelanggan dan denting cangkir, tap
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 85. Kehidupan Baru Aisyah

    Bab 85. Kehidupan Baru Aisyah“Sayang, kamu yakin nggak mau istirahat dulu? Proyek Amarta ini bikin kamu lembur terus,” kata Rendra sambil meletakkan secangkir teh hangat di meja kerja Aisyah.Apartemen mereka di kawasan elit Jakarta Selatan tampak hangat, diterangi cahaya lembut dari lampu gantung modern. Di balik jendela besar, gemerlap kota malam memantul di kaca.Aisyah, dengan hijab sederhana namun elegan, mengalihkan pandangan dari layar laptop. Tatapannya yang tegas melunak saat melihat suaminya.“Mas, aku baik-baik aja. Lagi pula, Amarta Group lagi di puncak. Aku nggak mau kehilangan momentum.”Rendra duduk di sampingnya, menggenggam tangannya. “Aku tahu kamu hebat. Tapi jangan lupa istirahat, ya. Aku nggak mau kamu jatuh sakit.”Aisyah terkekeh. “Tenang, Mas. Selama ada kamu yang jagain aku, semuanya terasa ringan.”Tiga bulan pernikahan mereka terasa seperti bertahun-tahun penuh kebersamaan. Setiap pagi, mereka sarapan sambil berbagi cerita dan rencana. Aisyah yang kini memi

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 84. Hari Pernikahan Aisyah dan Rendra

    Bab 84. Hari Pernikahan Aisyah dan Rendra "Aisyah, kamu yakin nggak deg-degan? Ini kan hari besar!" tanya Mama Mirna sambil menyesuaikan posisi hijab putrinya yang terlihat sempurna dengan gaun pengantin berwarna ivory. Ruang persiapan pengantin di gedung mewah kawasan Jakarta Selatan itu dipenuhi aroma bunga melati dan mawar yang disusun rapi di setiap sudut. Cahaya lampu kristal memantulkan kilau lembut, menciptakan suasana hangat dan elegan.Aisyah tersenyum kecil. Matanya yang tegas memandang cermin di depannya. "Deg-degan sih, Ma. Tapi lebih ke bahagia. Rasanya... seperti semua yang pernah hancur, sekarang mulai utuh lagi."Mama Mirna mengangguk. Tangannya meremas lembut bahu Aisyah. "Kamu pantas bahagia, Nak. Rendra itu pria baik. Mama lihat dari matanya, dia tulus sama kamu."Di luar ruangan, suara para tamu mulai ramai. Gedung yang berkapasitas 500 orang itu hampir penuh. Keluarga besar Aisyah dan Rendra, kolega dari Amarta Group—perusahaan distribusi makanan impor milik Papa

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 83. Masa Lalu yang Tertutup

    Bab 83. Masa Lalu yang Tertutup“Aisyah, kamu dengar kabar tentang Bella?” Rendra menurunkan ponselnya, nadanya hati-hati saat mereka duduk di kafe favorit mereka di kawasan SCBD, Jakarta. Meja kayu di depan mereka dipenuhi dokumen pernikahan dan dua cangkir kopi yang masih mengepul.Aisyah mengangguk pelan, menatap keluar jendela. “Iya, tadi pagi Mama cerita. Dia… meninggal karena komplikasi HIV-nya.” Suaranya datar, tapi ada sedikit kesedihan di matanya. “Aku nggak benci dia, Ren. Tapi apa yang dia lakukan… itu pilihan dia sendiri.”Rendra meraih tangan Aisyah, jari-jarinya hangat. “Kamu nggak perlu mikirin dia lagi, Sayang. Kita fokus ke hidup kita, ke pernikahan kita. Bella memang pernah dijodohkan orang tuaku dulu, karena dia karyawan PT Indomarka yang mereka pikir cocok buat aku. Tapi ternyata, dia cuma incar harta. Sekarang semua itu sudah berlalu.”Aisyah tersenyum tipis, merasakan ketenangan dari kata-kata Rendra. Kafe itu ramai dengan suara pelanggan dan denting cangkir, tap

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 82. Persiapan Pernikahan Aisyah dan Rendar

    Bab 82. Persiapan Pernikahan Aisyah dan Rendar“Aisyah, coba lihat ini! Warna peach atau ivory untuk dekorasi pelaminan, mana yang lebih cocok?” Mama Mirna mengangkat dua sampel kain dengan semangat. Matanya berbinar di bawah cahaya hangat ruang tamu.Aisyah, yang sedang duduk di sofa sambil menggulir tablet berisi daftar vendor, tersenyum kecil. “Mama, kalau peach kayaknya terlalu lembut buat tema kita. Ivory lebih elegan, cocok sama gaunku nanti.”Di sampingnya, Rendra menyesap kopi dan menyela dengan senyum menggoda. “Aku setuju sama Aisyah. Ivory itu timeless. Tapi, Sayang, yakin gaunmu nggak bakal bikin aku pingsan pas ngeliat?”Aisyah memutar mata sambil menahan tawa. Kehangatan di antara mereka seolah memenuhi seluruh ruangan.Ruang tamu keluarga Aisyah di kawasan elit Jakarta Selatan dipenuhi semangat persiapan. Meja makan ditutupi katalog dekorasi, undangan, dan mood board dari wedding planner. Di sudut ruangan, Papa Hermawan—CEO Amarta Group yang bergerak di bidang distribus

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 81. Kejatuhan Hamdan dan Farah

    Bab 81. Kejatuhan Hamdan dan Farah“Farah, berhenti gemetar dan bicara! Apa yang kau laporkan ke polisi?!” Hamdan berdiri di depan Farah, wajahnya merah padam, tangannya terkepal. Di ruang tamu yang pengap, bau alkohol dan rokok memenuhi udara. Meja kecil di sudut ruangan penuh botol kosong, dan gorden lusuh masih menutup rapat jendela.Farah, duduk di sofa dengan wajah pucat dan tangan memegang erat lututnya, menatap Hamdan dengan mata penuh ketakutan bercampur tekad. “Aku… aku nggak tahan lagi, Hamdan. Ancamanmu, kekerasanmu… aku laporin semuanya. Polisi sudah tahu!” Suaranya gemetar, tapi ada kekuatan baru di dalamnya.Hamdan, om-om berusia lima puluhan, Ayah dari sahabat farah kini mendengus penuh amarah. Matanya penuh obsesi, cinta mati pada Farah, ingin menikahinya meski Farah menolak—ia terlalu tua dan orang tua sahabatnya. Ia hanya membayar Farah sebagai simpanan untuk memuaskan hasratnya, tak peduli hubungan Farah dan Arman. “Kau pikir polisi akan percaya sama perempuan kotor

  • Istri Yang Kau Campakkan Bukan Wanita Biasa   Bab 80. Penderitaan Farah

    Bab 80. Penderitaan Farah“Farah, kau dengar aku? Jangan coba-coba buka mulut soal apa yang terjadi di rumah ini!” Suara Hamdan menggelegar di ruang tamu yang sempit, penuh perabotan tua dan bau apek. Tangannya menggenggam lengan Farah erat, membuat wanita itu meringis.Farah, dengan wajah pucat dan rambut kusut, hanya bisa mengangguk lemas. “Aku… aku nggak akan bilang apa-apa, Hamdan. Aku janji,” katanya lirih, suaranya hampir tak terdengar. Matanya yang dulu penuh percaya diri kini redup, dihantui ketakutan.Hamdan, om-om berusia lima puluhan, sahabat ayah Farah yang dulu menolong Farah dan Arman saat mereka susah, kini menatapnya dengan obsesi. Wajahnya keras, matanya penuh hasrat. Ia melepaskan genggamannya dengan kasar. “Bagus. Ingat, Farah, aku cinta mati sama kau. Aku ingin nikahi kau, tapi kalau kau tolak, kau tahu akibatnya. Kau milikku, dan aku bayar mahal untuk ini.” Ia berbalik, meninggalkan Farah yang terduduk di sofa, menahan isak.Ruangan gelap, hanya diterangi lampu ne

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status