Setelah keheningan yang mendalam dan detak jantung yang berpacu, Abie mendekat perlahan, memastikan Winda benar-benar siap. Sentuhan di antara mereka terasa penuh makna—bukan hanya fisik, tapi juga batin. Mereka saling menatap, seolah mata mereka berkata lebih dari apa pun yang bisa diucapkan. Winda menarik napas panjang, lalu melepaskannya dengan tenang, menggenggam tangan Abie erat. Sementara Abie menyentuh titik-titik sensitif Zahra. "Mas..." Desahan Winda akhirnya lolos juga. Abie menatap Winda dalam diam, seolah mencoba membaca setiap keraguan yang mungkin masih tertinggal di matanya. Tapi yang ia temukan hanyalah kelembutan—dan sedikit gemetar di ujung senyum Winda yang malu-malu. Angin malam berembus pelan, menggoyangkan tirai tipis di jendela kamar. Hening yang tercipta bukanlah canggung, melainkan damai. Perlahan, Abie mengangkat tangannya, menyentuh pipi Winda dengan jemari hangatnya. "Kalau aku terlalu cepat... bilang, ya," ucapnya nyaris berbisik. Winda menggeleng pe
Last Updated : 2025-05-01 Read more