Share

Bab 253

Author: Emilia Sebastian
“Emm!” Syakia mengangguk, lalu lanjut makan.

“Kamu datang cari aku hari ini karena hal ini?”

“Iya, karena hal ini.”

‘Dasar nggak punya hati nurani. Aku kira dia datang karena merindukanku,’ gumam Adika dalam hati. Namun, dia juga tidak berharap Syakia menyadari perasaannya sekarang. Lagi pula, jalan mereka masih panjang. Dia akan bersabar.

“Oh iya, ada sebuah kabar yang harus kuberi tahu padamu.”

“Apa?”

Syakia menghentikan gerakannya dan menatap Adika dengan penasaran. Adika mengulurkan tangannya dengan alami, lalu membersihkan serpihan kue yang menempel di sudut mulut Syakia.

Syakia merasa tindakan seperti ini kurang bagus. Baru saja dia hendak memalingkan wajah, dia mendengar Adika berkata, “Bawahanku sudah temukan seseorang dari Keluarga Kuncoro yang tinggal di ibu kota dulu.”

Syakia langsung menatap Adika dengan terkejut. “Se ... serius?”

“Tentu saja.” Adika menarik kembali tangannya, lalu mengelapnya dengan saputangan dan bertanya balik sambil tersenyum tipis, “Apa mungkin aku b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 438

    Malya yang baru hendak kabur secara diam-diam langsung mematung di tempat.Syakia menoleh dan melirik Malya dengan acuh tak acuh. Begitu bertemu pandang dengan Syakia, Malya langsung ketakutan. Dia hanya berdiri di sana sambil menunduk tanpa berani menjawab. Sayangnya, Syakia tidak berencana untuk mengampuninya.Syakia bertanya lagi dengan tenang, “Kenapa? Nona Malya tiba-tiba jadi bisu dan nggak bisa jawab?”Dalam sekejap, Malya merasa dirinya seperti kembali ke masa-masa di mana Syakia datang ke rumahnya untuk membela Laras. Syakia jelas-jelas tidak berbicara, tetapi tatapannya malah penuh dengan intimidasi dan bisa membuat Malya ketakutan setiap kalinya.Saat ini, Malya juga merasakan hal yang sama. Ekspresinya pun membeku dan dia memaksakan seulas senyum. “Benar, Yang Nona Syakia katakan benar.”Begitu berbicara, Malya secara tidak sengaja memanggil Syakia dengan panggilan seperti dulu. Seusai berbicara, dia baru tersadar dan buru-buru mengubah panggilannya, “Bukan, salah. Aku seha

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 437

    Wandi yang merasa dihina langsung memelototi Syakia dengan marah. “Biksuni kecil sepertimu juga berani bersikap sombong di sini? Kalau kamu masih nggak pergi, percaya nggak aku bisa suruh orang untuk usir kamu dari sini?”“Nggak,” jawab Syakia secara langsung.Wandi pun murka dan berseru, “Dasar bodoh! Kenapa kalian masih melongo? Kalian sudah lupa apa yang kuajarkan pada kalian? Cepat ambil senjata kalian dan pukul orangnya!”“Coba saja kalau berani!”Eira langsung menerjang ke depan Syakia dan memelototi sekelompok orang itu dengan galak.Syakia mengangkat tangan untuk mengelus kepala Eira. “Eira, nggak usah takut. Kamu mundur saja dulu.”Setelah mendengar ucapan Syakia, Eira baru menyimpan kembali tampang galaknya, berjalan ke belakang Syakia. Namun, dia tetap mengawasi sekelompok orang itu dengan penuh waspada.Wandi mengira dengan perintahnya, para pekerja mau tak mau pasti akan bertindak sesuai perintahnya seperti dulu. Tak disangka, tidak ada seorang pun pekerja di aula yang ber

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 436

    “Ada apa ini? Siapa yang buat keributan di depan Menara Phoenix?”Tepat pada saat ini, seorang pria paruh baya yang sepertinya adalah pengelola toko ini pun berjalan keluar. Begitu keluar dan melihat Malya, pengelola toko itu langsung mengangkat alisnya.“Ternyata Nona Malya yang datang. Kenapa Nona nggak langsung masuk? Apa pelayanan pekerja toko kami kurang bagus?”Semua pekerja yang berada di aula segera menunduk. Tidak ada seorang pun yang berbicara.Malya berkata dengan nada menghina, “Ya gara-gara kalian kerjanya nggak becus! Semuanya seperti orang yang sudah buta saja sampai bisa membiarkan siapa pun masuk kemari.”Saat berbicara, Malya sengaja melirik Syakia dengan tatapan mengejek.Pengelola toko yang bernama Wandi itu juga mengikuti arah pandang Malya, lalu baru melihat sosok Syakia yang nyaris terhalang oleh Malya.Wandi mengerutkan kening, lalu segera memberi perintah, “Kenapa kalian masih melongo? Cepat usir orang ini keluar! Menara Phoenix nggak layani biksuni.”Para peke

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 435

    “Biksuni zaman sekarang juga suka berdandan? Sayangnya, orangnya nggak tahu diri. Memangnya kamu layak beli barang dari tempat ini?” ejek gadis berpakaian kuning yang mendorong Syakia setelah melangkah masuk. Dia menoleh untuk melirik Syakia dan ekspresinya penuh dengan penghinaan.“Hei, apa maksudmu? Kenapa Pu ... Nona nggak layak beli barang dari tempat ini?”Eira segera melangkah maju untuk melindungi Syakia sambil memelototi gadis berpakaian kuning itu.“Aku lagi bicara. Memangnya pembantu sepertimu juga layak menyela?” Gadis berpakaian kuning itu langsung murka dan berseru, “Pengasuh, tampar mulutnya!”“Baik. Nona, lihat yang baik ya!” Seorang wanita tua di belakang gadis berpakaian kuning itu segera menyingsing lengan bajunya, lalu hendak menampar Eira.“Eira, tampar balik,” perintah Syakia dengan ekspresi dingin.Begitu mendengar perintah Syakia, Eira yang awalnya masih agak ragu langsung bersemangat. Dia menghindari tamparan wanita tua itu, lalu segera melompat dan menampar ba

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 434

    Setelah belajar sepanjang pagi, Shanti menyuruh Syakia pergi ke ibu kota.“Kalau mau belajar Tiga Belas Jarum Hantu, kamu harus lebih dulu siapkan satu set jarum khusus. Cari saja seorang pengrajin bernama Laksana di timur kota. Bilang kamu itu orang dari Kuil Bulani. Dia akan langsung tahu jarum seperti apa yang harus dia buat untukmu.”“Baik.”Setelah makan siang, Syakia pun membawa Eira turun gunung. Mereka menumpangi kereta sapi seorang penduduk desa dan tiba di ibu kota 4 jam kemudian.Setelah masuk ke kota, Syakia dan Eira pun berjalan ke arah timur kota dan menemukan toko yang dibuka keluarganya Laksana. Itu bukanlah sekadar toko besi biasa. Ada banyak barang indah di sana yang terbuat dari emas, perak, dan giok hijau. Sebaliknya, justru barang dari besi yang ada paling sedikit di sana.Begitu berjalan masuk ke toko, Syakia langsung menemukan Laksana. Bagaimanapun juga, hanya ada satu orang di dalam toko.“Permisi, apa kamu Tuan Laksana?” tanya Eira sambil melangkah maju.Saat m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 433

    Syakia menggigit bibirnya, tetapi tetap berkata dengan nada acuh tak acuh, “Buat apa kamu perhatikan dia? Aku sama sekali nggak peduli sama keadaannya.”Adika langsung tertawa tanpa suara, lalu menghibur, “Iya, iya. Bukan kamu yang peduli, tapi aku. Aku memang ingin lihat segimana menariknya ekspresi Adipati Damar sekarang.”Damar tidak menyangka rahasia yang sudah disembunyikannya malah dikuak oleh kedua putranya. Salah satu orang itu bahkan merupakan calon penerus yang dididiknya secara pribadi. Tidak mungkin dia benar-benar tidak melakukan sesuatu terhadap Abista.Bagaimanapun juga, Damar sudah terkenal kejam dan tidak berperasaan. Dia tidak mungkin tidak melakukan apa-apa. Semuanya hanya tergantung pada seberapa kejamnya dia terhadap putra sulungnya.“Beberapa hari lagi, hampir semua tugasku akan selesai ditangani. Bersiap-siaplah. Nanti, aku sudah bisa mengajarimu seni bela diri.”Adika dan Syakia sudah mencapai kesepakatan dalam hal ini. Hanya saja, perjalanan ke Lukati pada saat

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 432

    Kama menceritakan tentang semua yang ditemukannya di ruang baca Damar kepada Syakia. Setelah mendengar bahwa buku keuangan itu berkaitan dengan harta Keluarga Kuncoro, mata Syakia langsung mendingin. Syakia tahu masalah waktu itu tidaklah sederhana. Tak disangka, dugaannya memang benar. Apanya yang berpangku tangan? Takutnya, ayahnya yang “baik” itu mungkin terlibat dalam kehancuran Keluarga Kuncoro.Syakia agak menunduk dan menyembunyikan kilatan dingin dalam matanya.“Di mana buku keuangan itu sekarang?” tanya Syakia.Kama menjawab dengan agak malu, “Waktu itu, aku nggak hati-hati dan ketahuan. Aku nggak sempat bawa pergi buku keuangan itu. Sekarang, buku itu masih ada di dalam ruang baca Ayah.”Namun, setelah mengatakan semua itu, Kama buru-buru menambahkan, “Tapi, kamu nggak boleh ke sana, ya. Kedua tindakanku itu sudah menarik perhatian Ayah. Sekarang, ruang bacanya seharusnya dijaga dengan ketat. Jadi, sebaiknya aku saja yang cari cara. Kamu tenang saja, aku pasti akan dapatkan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 431

    Adika mau memasak untuk adiknya? Kama tidak dapat bereaksi untuk sesaat. Dia segera menoleh ke arah adiknya.Namun, Syakia hanya mengangguk dengan sangat santai. “Oke! Kalau begitu, repotin Pangeran Adika, ya.”Adika langsung tersenyum, lalu mengambil sekeranjang hasil panen Syakia. “Kalau begitu, kamu istirahat saja dulu. Aku akan tangani bahan-bahan makanan ini.”Bahan-bahan makanan itu sebenarnya hanyalah bahan makanan nabati segar berupa jamur liar, jamur bambu, rebung, dan sayuran lainnya.Adika terlihat sangat mengenal tempat ini. Dia membawa masuk bahan-bahan makanan itu ke dapur kecil Syakia dengan sangat alami. Syakia pun berbalik dan duduk di halaman. Sementara itu, Kama berdiri di samping dengan agak kaku dan melirik ke arah dapur sesekali.“Sya ... Sahana, kamu benar-benar mau biarkan Pangeran Adika masak? Bukankah itu ....” (Kurang bagus?)Kama awalnya hendak berkata begitu. Namun, begitu menoleh, dia malah melihat Syakia yang bersikap tenang.“Apa yang kurang bagus?”Sya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 430

    Kama menyimpan kembali baju dan kantong uang tersebut, lalu meninggalkan hutan dengan cepat.Setelah itu, Adika baru berjalan keluar secara perlahan. Gading melangkah keluar dari belakangnya, lalu mencabut pedang yang awalnya digunakan untuk mengadang pisau terbang sebelumnya.“Pangeran, kenapa kita nggak langsung jatuhkan beberapa pengawal rahasia itu? Mereka kelihatannya sangat lemah. Seharusnya nggak ada satu pun dari mereka yang bisa menandingi kita,” ujar Gading dengan bangga.Adika hanya meliriknya dengan dingin. Tatapan penuh ejekan itu sontak membuat Gading terdiam. ‘Baiklah, Pangeran pasti diam-diam merasa aku cuma kuat, tapi bodoh. Huh! Jangan kira aku nggak tahu!’ gumam Gading dalam hati.Adika malas mengatai Gading. Dia hanya meraba-raba dagunya sambil berpikir. Sepertinya, rencana Syakia kali ini berjalan lumayan lancar. Saat ini, Kama seharusnya sudah sepenuhnya putus hubungan dengan Damar. Dia juga seharusnya melakukan sesuatu sehingga Damar mengutus pengawal rahasiany

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status