Share

Bab 259

Author: Emilia Sebastian
“Aku tentu saja nggak keberatan kalau memang bisa begitu. Maaf merepotkan Pangeran Adika.”

Sekarang, Yanto bahkan ingin langsung pindah ke Kuil Emaji. Sayangnya, masih ada banyak barang di rumahnya yang harus dikemas. Jadi, dia harus menunggu dua hari lagi untuk pergi ke Kuil Emaji.

Setelahnya, Adika menyuruh bawahannya untuk membantu Syakia mengemas semua buku dalam ruang rahasia ini supaya bisa dibawa ke Kuil Bulani. Selain itu, dia juga mengutus dua prajurit Pasukan Bendera Hitam untuk melindungi Yanto.

Sebelum pergi, Adika memberi perintah dengan tenang, “Lindungi Paman Yanto dengan baik. Kalau ada pembunuh yang mengincarnya, langsung bunuh saja. Kalau yang datang itu anggota Keluarga Angkola ... lihat dulu reaksi Paman.”

“Baik.”

Meskipun sikap Yanto terhadap Syakia sangat baik, Adika ingin tahu bagaimana sikapnya terhadap putra-putra Keluarga Angkola yang juga merupakan darah daging Anggreni.

Syakia tidak tahu bahwa Adika juga membantunya mengawasi hal-hal ini. Setelah kembali ke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 414

    Dengan latar belakang seperti itu, di keluarga yang peraturannya sangat ketat, Ayu yang masih dalam kandungan ibunya seharusnya sudah ikut dipukul sampai mati bersama ibunya. Namun, hubungan Citra dengan Damar tidaklah sederhana. Mereka sudah mengenal dari dulu dan saling mencintai. Namun, karena ambisi Damar waktu itu, dia memilih untuk mencampakkan Citra demi kekuasaan, lalu menikahi Anggreni, putri tunggal Keluarga Kuncoro.Dengan bantuan Keluarga Kuncoro, ambisi Damar juga akhirnya tercapai. Dia dan Keluarga Angkola menjadi orang yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam sidang istana.Namun, tepat pada saat itu, Citra yang dicampakkan Damar kembali mencari Damar karena merasa tidak rela dan menjebak Damar untuk menghabiskan semalam dengannya. Setelah itu, Citra pun menghilang lagi. Ketika terdengar kabar mengenainya lagi, dia mengandung dan hampir melahirkan.Berhubung Citra selalu berinteraksi dengan racun, kesehatannya tidaklah bagus. Jika dia bersikeras melahirkan anak itu, diri

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 413

    “Kalian?” Syakia melirik Gael dengan acuh tak acuh. “Maaf, nggak ada barang kalian yang aku inginkan. Lagian, aku juga nggak ingin pelihara budak.”Meskipun Syakia berkata begitu, Gael masih menatapnya dengan kurang percaya.“Sudahlah, Gael. Sebelumnya, kamu lagi pergi mengasingkan diri, makanya kamu kurang jelas sama apa yang terjadi akhir-akhir ini. Biar aku perkenalkan dia padamu.”Kingston buru-buru berkata, “Dia itu Putri Suci pertama Dinasti Minggana yang diangkat oleh Yang Mulia Kaisar secara pribadi 3 bulan lalu, juga merupakan mantan putri sah Adipati Pelindung Kerajaan.”Kingston sengaja menekankan kata “putri sah”.Setelah mendengar ucapan Kingston, Gael tertegun sejenak sebelum tersadar kembali. “Kamu itu putri sah Adipati Pelindung Kerajaan? Kamu putrinya Anggreni Kuncoro?”Syakia mengangguk dengan tenang. “Aku memang putrinya Anggreni Kuncoro, tapi aku sudah bukan lagi putri sah Adipati Pelindung Kerajaan.”Mungkin karena alasan itu, Gael yang berada dalam keadaan yang sa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 412

    Syakia menyuruh Kingston untuk membawa masuk orang itu ke dapurnya. Setelah itu, di bawah cahaya lilin, Syakia baru melihat jelas tampang orang yang dibawa datang Kingston.Wajah pria yang kekar itu ditutupi jenggot lebat. Saat ini, seluruh tubuhnya gemetar, sedangkan wajahnya terlihat pucat pasi. Dia menggigit sudut bibirnya dengan kuat hingga hampir berdarah.“Racun dalam tubuhnya bereaksi lagi!”Dapur ini tidaklah luas. Selain tungku kompor, tidak ada meja lain lagi. Jadi, Kingston langsung menaruh orangnya di lantai.Setelah mendengar ucapan Kingston, Syakia segera memahami situasinya. Sekujur tubuh orang itu gemetar karena kesakitan, sedangkan wajahnya yang pucat diakibatkan oleh racun.Syakia pun mencuci tangan, lalu memeriksa mata, hidung, mulut, dan telinga pria itu sebelum memeriksa nadinya.“Energi dan darah dalam tubuhnya mengamuk nggak terkendali. Pantas saja dia begitu kesakitan. Kalau begini terus, dia seharusnya nggak akan bisa bertahan melalui malam ini.”“Putri Suci pu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 411

    Setelah mendengar hal itu, Damar pun mengernyit. “Ada apa ini?”Orang itu menjawab, “Sebulan lalu, Tuan Abista mengusir semua bawahan yang bekerja di tempat tinggalnya dan hanya menyisakan seorang pelayan kepercayaannya.”Pelayan itu adalah orang yang tumbuh besar bersama Abista. Jadi, kesetiaannya terhadap Abista tidak perlu diragukan lagi.Setelah mendengar penjelasan bawahannya, Damar terdiam lagi. Akhir-akhir ini, dia benar-benar terlalu sibuk sehingga tidak terlalu memperhatikan keadaan putra sulungnya. Jadi, dia baru mengetahui hal ini sekarang.“Ya sudahlah. Berhubung dia nggak suka ada orang di dekatnya, kalian nggak usah pergi lagi. Pokoknya, kalian lebih perhatikan saja waktu Abista keluar masuk dari tempat tinggalnya. Kalau ada yang aneh, segera laporkan padaku.”“Baik!”Di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, ada intrik yang sedang diam-diam berjalan. Sementara itu, keadaan di Kuil Bulani juga tidak tenang.Malam ini, ketika langit baru mulai gelap. Syakia yang baru kembal

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 410

    Ucapan Abista itu langsung menimbulkan niat membunuh dalam hati Ayu. Dia mengepalkan tangannya dengan erat hingga kuku-kukunya hampir menembus kulitnya. Dia berusaha mengendalikan ekspresinya dengan sekuat tenaga, lalu mengubah amarahnya menjadi kesedihan sebelum dirinya kehilangan kendali.“Kak Abista ....” Ayu berkata dengan suara tercekat, “A ... aku mengerti. Aku tahu bahwa Kak Syakia sebenarnya sangat baik. Dia nggak sejahat yang kakak-kakak lainnya katakan. Makanya, aku nggak berhenti menasihati mereka dari dulu.”“Hanya saja, latar belakangku malah terungkap. Aku juga punya harga diri, Kak. Aku selalu mengingat statusku. Jadi, aku benar-benar nggak melakukan semua itu dengan sengaja. Kak Abista, apa yang harus aku lakukan baru kamu bersedia percaya padaku?”“Sejak bawahanmu menyentuh jasad ibu kami, nggak ada lagi yang perlu dibicarakan di antara aku dan kamu. Kamu mungkin mau bilang orang-orang itu yang bertindak sendiri. Tapi, semua itu nggak ada bedanya lagi bagiku.”Abista m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 409

    “Klontang!”Terdengar suara gerbang dibuka. Abista sendiri yang membuka pintunya. Dalam beberapa waktu terakhir, dia sudah mengusir semua bawahan di area tempat tinggalnya. Dia hanya menyisakan seorang pembantu kepercayaannya yang tidak akan mengkhianatinya untuk mengurus kebutuhannya sehari-hari.“Kapan Kama pulang? Apa yang terjadi padanya dan Kahar?” tanya Abista. Tatapannya saat memandang Ayu sudah tidak lagi dipenuhi kelembutan seperti dulu. Sekarang, yang tersisa hanyalah kedinginan dan ketidakacuhan.Ayu menggigit bibirnya, lalu berlagak sedih sambil berujar, “Kak Abista, kamu begitu benci sama Ayu sekarang? Tapi, Ayu sudah menyadari kesalahan ....”“Jangan ngomong hal-hal itu lagi denganku,” sela Abista dengan kening berkerut. Kemudian, dia berkata dengan nada yang terdengar tidak sabar, “Bukannya kamu bilang sudah terjadi sesuatu pada Kama dan Kahar? Kalau kamu bukan mau ngomong soal itu, pergi saja. Aku bisa tanya sama orang lain.”Sesuai berbicara, Abista hendak langsung men

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 408

    Setelah melihat ekspresi khawatir Ayu dan mendengar ucapannya yang penuh perhatian yang tulus, Ranjana langsung tersenyum lembut.“Ayu nggak usah takut. Trik-trik kecil Syakia itu nggak akan berpengaruh padaku.”“Baguslah kalau begitu. Aku yang terlalu khawatir. Kak Ranjana jelas-jelas begitu pintar, mana mungkin Kakak bisa kenapa-napa.”Ayu paling memahami betapa pentingnya harga diri Ranjana yang menyedihkan itu. Jadi, setelah menunjukkan kekhawatirannya yang “tulus”, dia segera memuji Ranjana.Ranjana tersenyum makin lebar. “Tenang saja. Kamu nggak usah khawatir soal masalah sepele ini. Tapi, aku serius tentang masalah Paviliun Sumbana. Dulu, aku nggak tahu Syakia begitu serakah. Merebut semua mahar Ibu saja nggak cukup, dia juga mau rebut Paviliun Awana dan Menara Phoenix milikmu.”“Sekarang, dia bahkan tidak melepaskan perkebunan Kak Kama dan Kak Kahar. Dia seharusnya juga akan mengincar perkebunanku dan Kak Abista. Jadi, daripada perkebunan itu jatuh ke tangannya, lebih baik aku

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 407

    “Awalnya, kalau Kak Kahar juga tinggal di rumah dengan patuh sepertiku, dia juga seharusnya nggak akan dihukum. Sayangnya, dia malah bertindak begitu gegabah. Dia sudah makin mirip sama Kak Kama. Begitu diprovokasi, dia langsung mau kasih pelajaran ke orang itu.”“Dia nggak tahu bahwa bertindak begitu justru akan masuk ke jebakan Syakia. Makanya, Ayah baru mengurungnya di kamar.”Setelah mendengar penjelasan Ranjana, Ayu baru akhirnya mengerti.“Jadi, Ayah marah bukan karena hal yang kalian perbuat, melainkan karena Kak Kahar tahu jelas bahwa ini adalah provokasi Kak Syakia, tapi dia malah masuk jebakan dan hampir mati?”“Hampir mati?” Ranjana mengangkat alisnya. Dia masih tidak tahu mengenai hal ini.Ayu buru-buru menceritakan semuanya kepada Ranjana. Setelah mendengarnya, dia sontak paham.“Jebakan Syakia ini benar-benar bagus.” Ranjana berkata dengan tenang, “Dari awal, yang diincarnya adalah Paviliun Latana milik Kak Kahar.”Ayu berpura-pura terkejut. “Tapi, apa dia nggak takut Kak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 406

    “Ayah!” Kahar sangat terkejut dan kecewa setelah mendengar ucapan Damar. “Sekarang ... kamu jadi sama dengan Kak Kama dan mau bantu Syakia?”“Coba lihat jelas dulu di mana kamu berada sekarang, lalu pikirkan lagi kata-katamu itu!” Damar benar-benar sangat kecewa pada putranya itu. “Kalau aku benar-benar mau bantu Syakia, buat apa aku bawa kamu kembali? Lebih baik aku biarkan kamu mati di tangannya.”“Tapi, apa maksud Ayah sebenarnya? Kamu larang aku keluar biar aku nggak bisa cari si gadis busuk itu. Bukannya itu karena kamu mau halangi aku untuk dapatkan kembali perkebunanku?”Di dalam nada Kahar yang marah, terkandung sedikit rasa tidak adil. “Itu perkebunan yang diberikan Kakek Buyut untukku! Atas dasar apa kamu kasih perkebunanku ke Syakia!”“Karena kamu terlalu senggang dan selalu buat onar! Lihat saja apa yang sudah kamu dan Ranjana lakukan belakangan ini! Kalian masih belum cukup mempermalukan Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan? Jangan kira aku nggak tahu bahwa kamu dan Ranjana

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status