Share

Bab 260

Penulis: Emilia Sebastian
“Apa ruangan ini berubah sesuai dengan pikiranku?”

Namun, tadi, Syakia hanya berpikir untuk membeli beberapa rak buku. Terjadinya perubahan sebesar ini terasa lebih seperti karena ada suatu peluang yang datang sehingga semuanya tiba-tiba berkembang dan meluas.

Syakia memikirkan kembali semua yang telah dilakukannya tadi. Sayangnya, dia tidak menemukan petunjuk apapun. Pada akhirnya, dia hanya menggeleng dan mengesampingkan hal ini untuk sementara.

Setelah peningkatan kali ini, Syakia merasa pasti akan ada peningkatan berikutnya. Ketika peningkatan berikutnya terjadi, dia akan menyelidiki lagi apa sebenarnya alasannya.

Syakia masuk kembali ke ruangan kecil ... Oh salah, sekarang, tempat itu seharusnya disebut sebagai menara besar. Setelah masuk, dia baru menyadari bahwa meskipun menara ini terdiri dari 7 tingkat, secara keseluruhan, menara ini terbagi menjadi 3 bagian utama.

Bagian pertama merupakan seluruh ruang di lantai pertama dan kedua. Di dalam, terletak sangat banyak obat herbal
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yuyun Yuningsih
lanjut seru bacanya
goodnovel comment avatar
Hend Adja
??.. apa maksud ucapan ayu yaa?
goodnovel comment avatar
Dennis Yoseph
hmmmm.......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 261

    Ayu langsung merinding. Dia berkata dengan suara yang agak gemetar, “Kalau kamu membunuhku, bawahanku pasti akan menghabisimu meski harus mengejarmu sampai ke ujung dunia.”Jika bukan karena sudah mengetahui faktanya dari Kingston, Syakia hampir percaya pada tipu daya Ayu.“Benarkah? Kalau begitu, suruh saja mereka datang. Kamu tenang saja, aku nggak akan biarkan kamu mati dengan semudah itu. Sebelum membunuhmu, kamu masih harus memberiku sedikit bantuan.”Awalnya, Ayu tidak mengerti maksud Syakia. Namun, dia akan segera mengetahuinya.“Apa itu? Apa yang kamu taruh di badanku!”Ayu tiba-tiba merasa panik. Tadi, dia merasakan sesuatu yang merayap di tubuhnya. Sampai sekarang, sensasi itu masih ada. Dia mulai bergerak-gerak dalam sangkar besi dengan niat untuk mengempaskan sesuatu yang merayapi badannya itu.Namun, hanya Syakia yang dapat melihat laba-laba hitam yang sedang merayap di tubuh Ayu. Laba-laba itu sebesar kepalan tangan orang. Meskipun hanya seekor, laba-laba itu sudah terlih

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 262

    Syakia menatap Ayu yang hampir mati digigit oleh laba-laba tersebut dengan ekspresi datar.“Sudah cukup, kembalilah.”Laba-laba itu segera menarik kembali gigi beracunnya, lalu merayap turun dari tubuh Ayu dan kembali ke sisi Syakia dengan patuh.“Kembalilah ke sarangmu. Tugasmu sudah selesai.”Syakia mengulurkan tangannya untuk menyentuh laba-laba itu, lalu membiarkannya pergi. Laba-laba tersebut adalah pemberian Kingston. Selain laba-laba itu, masih ada beberapa jenis serangga beracun lainnya.Saat ini, semua serangga beracun itu menjadi seperti Pojun. Setelah diberi minum air spiritual, mereka semua mengakui Syakia sebagai majikan dan mencari tempat untuk membangun sarang masing-masing di dalam ruang giok ini.Syakia melihat wajah Ayu yang putih berubah menjadi pucat sebelum berubah menjadi keunguan. Ketika warna wajah Ayu hampir berubah menjadi warna hitam dan dia nyaris mati keracunan, Syakia baru mengeluarkan obat penawar, mencampurnya dengan air, lalu langsung memercikkannya ke

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 263

    Dilarang turun gunung? Jika tidak turun gunung, bagaimana Syakia bisa mencari jasad ibunya?Syakia menggigit bibirnya, lalu akhirnya menceritakan semuanya setelah dipaksa oleh Shanti. Ketika mendengar jasad Anggreni mungkin sudah dicuri orang, ekspresi Shanti langsung berubah. Dia menutupi dadanya dengan tangan dan langsung jatuh ke belakang.“Guru!”Syakia buru-buru mengulurkan tangan untuk menopang Shanti. Dia tidak menyangka Shanti akan bereaksi sekuat ini. Dia buru-buru mengeluarkan sebutir pil dan menaruhnya dalam mulut Shanti.“Guru, tenang dulu. Tenang!”“Aku nggak bisa tenang! Mana bisa aku tenang!”Shanti langsung meneteskan air mata, lalu berkata dengan ekspresi marah dan menderita, “Kenapa mereka berani berbuat begitu terhadap Anggreni-ku!”Begitu memikirkan jasad Anggreni mungkin telah dicuri orang dan tidak diketahui lokasinya saat ini, Shanti merasa sangat sedih. Dia mengepalkan tangannya, lalu menumbuk dadanya sendiri dengan kuat sambil berseru marah, “Orang-orang itu pa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 264

    Abista pun tercengang. Dulu, mereka sekeluarga pernah bertemu dengan Shanti. Meskipun Shanti tidak memperlakukan mereka dengan baik, setidaknya Shanti selalu bersikap tenang. Hari ini, dia benar-benar mirip dengan ibu-ibu pemarah di pasar.Abista pun merasa agak kesal, lalu menjawab dengan canggung, “Master Shanti, kesehatan ayahku lagi kurang baik belakangan ini. Dia lagi pulihkan diri ....”“Pulihkan diri? CIh! Dia berbuat terlalu banyak hal berdosa dan lagi terima karmanya sekarang?”“Master Shanti!” Abista sudah tidak tahan mendengar makian Shanti dan berseru, “Tolong hormati ayahku! Ini Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, bukan Kuil Bulani!”“Jangankan cuma Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, meski ini istana sekali pun, kamu harus panggil ayahmu keluar untuk menemuiku hari ini!” Shanti memelototi Abista dan berseru, “Kamu mau panggil atau nggak? Kalau nggak, aku akan masuk dan mencarinya sendiri! Kebetulan, aku sangat familier sama kediaman kalian ini!”Abista yang merasa ketak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 265

    “Aku nggak mungkin percaya hanya dengan mendengar ucapanmu!” jawab Damar dengan ekspresi muram.Syakia yang berdiri di samping langsung tertawa mengejek dan menyindir, “Meski Adipati nggak percaya sama ucapan guruku, Adipati juga sepertinya nggak membantah bahwa Ayu itu putri harammu. Menarik sekali.”Ucapan itu langsung menyadarkan semua orang.Damar tertegun, sedangkan Abista menatap ayahnya dengan perasaan campur aduk. Meskipun sudah mengetahui jawabannya dari kebungkaman ayahnya sebelumnya, dia masih tetap merasa sangat sedih setelah memastikannya lagi sekarang. Dia tidak menyangka Damar benar-benar mengkhianati ibu mereka. Perlu diketahui bahwa citra Damar di hati anak-anak dulu adalah seorang suami yang sangat mencintai istri. Bagaimanapun juga, Damar tidak pernah memiliki seorang selir pun. Jadi, rasa hormat mereka terhadap Damar tentu saja makin mendalam lagi.Tak disangka, citra Damar yang penuh kasih sayang itu telah hancur hari ini. Selain mengkhianati ibu mereka, Damar bah

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 266

    Pada akhirnya, Syakia dan Shanti tentu saja tetap dikawal keluar dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Sebelum pergi, Syakia menoleh dan melirik Abista, lalu meninggalkan sepatah kata ....“Kak Abista, Ibu sangat menyayangi kita. Jadi, jangan buat dia kecewa.”Abista pun terpaku di tempat. Dia menatap Syakia berjalan pergi dengan ekspresi melongo, lalu tersenyum getir. Sejak meninggalkan Keluarga Angkola, sudah lama Syakia tidak memanggilnya kakak.‘Benar juga, aku ini kakak sulung mereka, juga anak pertama Ibu. Ibu begitu menyayangi kami. Kalau melihat kelima anaknya berubah menjadi seperti sekarang, Ibu pasti akan sangat sedih, ‘kan?’“Nggak usah pedulikan ucapan wanita gila itu. Sekarang, Ayu masih belum pulang. Kebetulan, Syakia sudah turun gunung. Ikutilah dia dan lihat dia mau ke mana lagi. Mungkin saja kita bisa temukan lokasi Ayu,” ujar Damar sambil menepuk-nepuk bahu Abista.“Gimana dengan urusan Ibu? Ayah, kamu nggak mau periksa?”Abista mendongak dan menatap lurus mata D

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 267

    “Ibu .... Aku datang terlambat. Maaf, aku bukan anak yang berbakti!”Melihat jejak yang sengaja ditutupi itu, Abista menangis dengan marah. Bahkan sebagian besar bunga anggrek yang ditanamnya bersama keempat saudaranya juga digali. Begitu melihatnya, dia yakin bahwa ada orang yang pernah menggali makam ini.Terakhir kali mereka sekeluarga datang ke tempat ini adalah pada hari peringatan kematian Anggreni, yang mana jelas-jelas belum lewat 4 bulan. Setelah melihat jejak-jejak ini, sangat jelas bahwa penggaliannya baru dilakukan akhir-akhir ini. Dengan kata lain, jasad ibu mereka dicuri dalam 4 bulan ini atau bahkan baru dalam sebulan terakhir. Jika ini benar-benar adalah perbuatan Ayu, apa alasannya berbuat begitu?Abista tiba-tiba teringat sesuatu, lalu menoleh ke arah Damar yang berdiri dengan ekspresi terkejut tidak jauh dari sana. Dia bertanya sambil menangis dan tertawa, “Ayah, apa Ayu melakukan hal ini karena aku mencambuknya waktu itu? Dia mau balas dendam padaku, makanya dia be

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 268

    Setelah kembali ke ruang giok, Syakia langsung menyeret Ayu keluar dari sangkar besi.“Aah! Orang gila! Wanita jalang! Apa maumu!”Ayu sedang beristirahat dan awalnya ingin mencari kesempatan untuk melarikan diri setelah tenaganya pulih sedikit. Tak disangka, Syakia malah kembali secepat ini. Selain itu, Syakia juga bagaikan singa yang sedang mengamuk."Aku mau habisi kamu!" Syakia langsung menampar Ayu. “Kuberi kamu satu kesempatan terakhir, di mana jasad ibuku!”Ayu terbatuk sambil meronta untuk sesaat. “Ja ... jangan mimpi!”Kemudian, Ayu tersenyum bengis dan melanjutkan, “Meski kamu membunuhku sekarang, aku juga nggak akan kasih tahu kamu!”Memanfaatkan jasad ibunya Syakia adalah cara terakhir Ayu untuk melarikan diri. Jadi, dia tidak akan memberi tahu Syakia di mana jasad itu dengan mudah. Selain itu, dia juga akan membuat Syakia berlutut dan memohon padanya!“Oke. Kalau begitu, kita lanjutkan saja apa yang kita lakukan semalam.”Syakia menyeret Ayu ke lantai kedua, lalu mengikatn

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 374

    Laras tahu bahwa Syakia sedang marah. Mungkin saja karena ucapannya tadi, mungkin juga karena Syakia teringat masa lalu. Laras pun tidak lagi berbicara. Dia menatap Syakia mengoleskan obat dan membungkus lukanya dalam diam.“Di mana dayangmu itu? Kenapa dia nggak kelihatan?” tanya Syakia setelah mengobati Laras, seolah-olah baru mengingat hal ini.Laras terdiam sejenak, lalu menjawab dengan jujur, “Dia sudah mati.”“Mati?” Syakia merasa sangat terkejut.“Di hari aku dibawa ke kediaman Keluarga Pianda, Bayu hendak langsung melecehkanku. Aku nggak menurut dan dia pun memukulku. Dayangku dipukul sampai mati demi melindungiku.”Saat berbicara, ekspresi Laras terlihat sangat tenang. Dia seolah-olah sama sekali tidak peduli pada kematian dayang itu.Syakia melirik Laras dan tidak berbicara lagi.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara dari luar. Langkah kaki itu terdengar makin dekat dengan gang ini dan para pengawal itu juga berjalan masuk.Syakia sontak terkejut dan menoleh untuk me

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 373

    “Cepat tangkap mereka! Meski harus cari ke seluruh Kalika, mereka harus tertangkap!”Dalam semalam, seluruh Kalika dilanda kekacauan. Semua orang mengatakan bahwa selirnya Bayu Pianda, putra keluarga terkaya di Kalika itu telah melarikan diri padahal baru tiba beberapa hari. Jadi, semua orang dapat melihat pengawal Keluarga Pianda yang tidak berhenti mencari orang pada tengah malam.Meskipun sudah mengerahkan seluruh tenaga untuk berlari secepatnya, mereka tetap tidak dapat berlari cepat. Melihat ada makin banyak orang yang mengejar dari belakang, Syakia pun menarik Laras dan berbelok ke sebuah gang kecil untuk bersembunyi.“Gimana? Sudah kelihatan orangnya?”“Di depan nggak ada, di belakang juga nggak ada.”“Geledah semua tempat! Tuan Bayu sudah kasih perintah orangnya harus tertangkap. Kalau mereka berani melawan, langsung pukul saja sampai mati!”“Baik!”Pengawal-pengawal itu segera menyebar untuk mulai menggeledah.Syakia yang bersembunyi di sudut melirik ke luar. Untuk sementara,

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 372

    Melihat sekelompok orang itu tidak akan lanjut memukul Laras, Syakia baru mengalihkan perhatiannya dan berbisik pada Hala, “Ayo jalan. Sudah saatnya kita pulang.”Syakia adalah seorang biksuni, juga telah mempelajari ilmu pengobatan dari Shanti. Dia datang ke tempat ini hanya tidak ingin melihat Laras dipukul sampai mati. Berhubung orangnya tidak akan mati, masalah ini sudah sama sekali tidak berhubungan dengannya.Ketika Syakia hendak berbalik untuk pergi, tiba-tiba terdengar suara lagi dari arah sekelompok orang itu.“Aku bisa ampuni nyawamu, tapi kamu ....”Bayu menyentuh wajah Laras, lalu lanjut berkata sambil tersenyum mesum, “Berhubung kamu nggak bersedia turuti kemauanku, aku akan hadiahkan kamu kepada beberapa pelayanku ini. Apalagi, mereka sudah habiskan banyak tenaga untuk menangkapmu kembali malam ini. Jadi, kamu layani saja mereka dengan baik.”“Hahaha! Terima kasih atas hadiahnya, Tuan!”Wajah Laras seketika memucat. “Coba saja kalau kamu berani! Aku ini putri menteri sekr

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 371

    “Plak!”Di dalam halaman rumah yang gelap, beberapa pelayan mengangkat obor dan mengepung Laras yang baru ditangkap kembali karena melarikan diri sebelumnya. Mereka membiarkan majikan mereka memukul Laras sesuka hatinya.“Dasar wanita jalang! Kamu sudah jadi selirku, tapi masih berani berani bersikap layaknya wanita bangsawan di hadapanku? Kamu kira kamu itu siapa? Kamu itu cuma putri selir yang rendahan! Beraninya kamu melawanku! Kamu tahu berapa harga ayahmu menjualmu?”Pria bertubuh gemuk itu mencolek dahi Laras dengan jarinya yang gemuk. Dia lanjut berujar dengan tampang seolah dirinya sangat rugi, “Putri selir sepertimu dijual dengan harga 10.000 tael! Kalau bukan karena reputasi ayahmu, kamu kira kamu bernilai 10.000 tael? Cih! Pelacur papan atas di rumah bordil jauh lebih cantik dari kamu!”Laras menopang bagian atas tubuhnya sambil menahan rasa sakit. Dia menatap pria gemuk di hadapannya dan ada kilatan sinis yang melintasi matanya. Namun, setelahnya, dia segera menunjukkan tam

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 370

    Eira menggeleng. “Bukan, Bupati Nugraha memang sudah mengaturkan segala sesuatu untukku dengan baik, juga memberiku kompensasi. Tapi, mereka selalu melihatku dengan tatapan penuh iba. Bupati Nugraha juga sama.”Eira sudah tahu mengenai kejadian kakaknya. Setelah menerima pukulan yang datang bertubi-tubi, perasaannya sekarang sangat sensitif. Dia dapat merasakan dengan jelas apa yang tersembunyi dalam tatapan orang-orang itu.Ada yang mengasihaninya, ada yang menghinanya, dan ada yang membencinya. Eira mengetahui semuanya. Dia membenci tatapan-tatapan seperti itu. Jadi, dia pun melarikan diri.Hanya saja, Eira tidak memiliki tujuan. Satu-satunya orang yang teringatnya hanyalah Putri Suci yang menyelamatkannya hari itu. Ketika mendengar namanya, tatapan Putri Suci tidak dipenuhi rasa kasihan, hinaan, ataupun kebencian, melainkan empati. Putri Suci berempati padanya.Begitu teringat hal ini, Eira yang tidak memiliki tujuan pun tidak bisa mengendalikan diri dan berusaha menyusul Syakia. Se

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 369

    Siapa yang datang untuk mencari mati?Setelah menyadari ada orang yang masuk ke kamarnya, Syakia tidak langsung keluar, melainkan terlebih dahulu mendengar pergerakan di luar dari dalam ruang giok. Hala juga berada di luar. Jika orang yang datang berniat jahat, Hala pasti akan langsung menjatuhkannya.Di luar dugaan, Syakia tidak mendengar suara apa-apa lagi setelah beberapa saat. Dia juga tidak mendengar ada orang yang bertarung. Apa orang yang datang adalah orang yang dikenalnya?Syakia pun tertegun sejenak. Setelah memastikan orang itu belum mendekati tempat tidurnya, Syakia diam-diam keluar dari ruang giok dan langsung berbaring kembali ke tempat tidur.Seperti sudah menyadari kemunculannya, pada detik berikutnya, sebuah lilin dalam kamar pun menyala. Dalam sekejap, seluruh ruangan menjadi terang, juga menyinari orang yang masuk ke kamarnya di tengah malam itu.“Eira?” Saat melihat jelas sosok di sudut ruangan itu, Syakia seketika bertanya dengan terkejut, “Kenapa kamu ada di sini?

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 368

    Kama langsung menghabiskan sup obat yang pahitnya seolah-olah bisa membuat orang berubah bentuk itu.Setelah melihat Kama menghabiskan obat itu, Syakia mulai meracik obat lagi sambil bertanya, “Kamu masih mau kembali?”Kama langsung menggeleng tanpa ragu dan menjawab, “Kakak sudah bilang, di mana kamu berada, di situ pula aku akan berada.”“Nggak usah buat keputusan seburu-buru itu. Kamu seharusnya tahu, kalau kamu masih ingin kembali ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, ini adalah kesempatanmu.”“Selama kamu pura-pura bodoh, lalu bersandiwara seperti racunnya belum ditawarkan dan kamu masih kehilangan semua ingatan seperti sebelumnya, gerbang rumah itu akan selalu terbuka untukmu dan kamu bisa kembali lagi.”“Brak!” Kama tiba-tiba meninju sebuah papan dalam sangkar besi. Dia memandang Syakia sambil menggertakkan gigi. “Aku nggak dapat melakukannya, juga nggak mau kembali ke sana. Aku cuma mau bersamamu.”Syakia tersenyum mengejek. “Apa gunanya kamu ikuti biksuni sepertiku?”“Yang p

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 367

    Satu jam kemudian, kelompok Syakia baru berangkat untuk meninggalkan Kabupaten Nirila lagi. Kali ini, perjalanan mereka sangat lancar.Dua hari kemudian, rombongan ini tiba di Kalika. Mereka masih tinggal di tempat peristirahatan sebelumnya.Setelah makan malam bersama Adika, Syakia pun kembali ke kamarnya. Baru saja dia berbaring di tempat tidur dan hendak tidur, dia tiba-tiba melompat turun lagi.“Ya Tuhan! Aku sudah melupakannya!”Syakia buru-buru masuk ke ruang giok. Setelah sekian hari, dia akhirnya teringat pada Kama yang sudah diberi obat dan ditinggalkannya di dalam ruang giok.Saat masuk ke menara, Syakia melihat Kama yang sedang dikurung di sangkar besi dan memainkan jarinya saking merasa bosan.Benar, berhubung tidak dapat keluar, juga tidak menemukan orang untuk diajak berbicara, Kama merasa sangat bosan hingga mencapai tahap hanya bisa bermain dengan jarinya. Untungnya, entah apa yang sudah diberikan kepadanya sebelumnya, Kama masih merasa sangat kenyang sampai sekarang.

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 366

    Begitu mendengar ucapan itu, Syakia pun terdiam. Dia menatap Eira di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa Eira adalah adiknya Ardi.Namun, ini juga sangat wajar. Dalam insiden Kabupaten Nirila, Eira diculik, orang tuanya dibunuh, sedangkan kakaknya langsung bunuh diri setelah membalaskan dendamnya. Semua orang tanpa sadar mengira bahwa Eira juga telah meninggal. Tak disangka, dia masih hidup, meskipun memang sudah nyaris tewas.“Kamu ... selalu bersembunyi selama beberapa hari terakhir?”Dinilai dari tampang Eira, dia sepertinya masih belum tahu bahwa kakaknya sudah pulang.Sesuai dugaan, Eira mengangguk. “Iya. Tebakan Putri Suci benar lagi.”Saat melihat ekspresi khawatir Syakia, mungkin saja karena Syakia baru saja menolongnya, Eira sama sekali tidak mewaspadai Syakia. Dia pun tidak tahan dan hendak menceritakan semua hal. Setelah tersenyum, wajahnya yang terlihat sangat kurus itu menunjukkan ekspresi menderita.“Sebelumnya, aku diculik o

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status