Aruna menatap tulisan itu, lalu balik menuliskan pesan,“Kenapa kamu lebih suka ngajarin lewat catatan kecil daripada bisikan?”Ezra membacanya, lalu membalas dengan cepat:“Kalau aku bisik, nanti kamu malah makin gugup.”Aruna menahan tawa kecil, pipinya memerah. Dia bener-bener tahu kelemahanku ya…Mereka duduk berdua di kantin, dan untuk pertama kalinya, Aruna membawa bekal buatan sendiri.Ezra membuka kotaknya, menatap nasi gulung yang bentuknya agak miring. “Ini… kamu bikin?”“Ya. Jangan banyak komentar,” kata Aruna cepat, sedikit defensif.Ezra mengambil satu, menggigitnya, lalu berhenti.“Gimana?” Aruna menatap gugup.Ezra mengunyah pelan, lalu tersenyum samar. “Agak asin. Tapi… anehnya enak.”Aruna menoleh, pura-pura sibuk dengan air minum. Pipinya merah lagi.“Kalau mau jujur, bilang aja nggak enak.”“Aku serius,” Ezra menegaskan. “Aku nggak suka makanan terlalu manis. Jadi ini… pas.”
Terakhir Diperbarui : 2025-09-05 Baca selengkapnya