Udara pagi di sekolah dipenuhi ketegangan. Koridor ramai dengan suara langkah, tawa gugup, dan bisikan antar siswa.Kertas pengumuman kelulusan ditempel di papan besar di aula utama.Aruna berdiri agak jauh dari kerumunan. Tangannya dingin, telapak bergetar.“Aku… aku nggak sanggup liat duluan,” gumamnya.Nadiya langsung merangkul. “Hei, kita sudah berjuang, Na. Kamu pasti lulus. Tenang aja.”“Tapi kalau—”“Kalau gagal, ya kita nangis bareng. Tapi aku yakin kamu nggak akan gagal,” potong Nadiya tegas.Ezra, yang berdiri sedikit di belakang, hanya berkata singkat, “Kamu terlalu banyak berpikir.”Aruna melirik, bibirnya hampir membentuk protes. “Kamu enak ngomong, kamu kan pintar.”Ezra menunduk sedikit, menatapnya lurus. “Aku juga tegang. Aku cuma nggak menunjukkannya.”Kerumunan mulai bergerak liar. Semua berdesak-desakan di depan papan.“Aku nggak mau liat!” Aruna menutup wajah dengan kedua tangan.N
Last Updated : 2025-09-12 Read more