Julia mengulas senyum samar, matanya berkilat puas. Bagus… berarti memang kosong. Tapi di luar, ia hanya berkata, “Ya, teman baik. Ezra memang punya hati yang besar untuk orang-orang terdekatnya. Kau beruntung pernah mengenalnya.”Narumi yang sejak tadi diam kini berkata, suaranya tegas tapi halus, “Julia, terima kasih sudah datang. Tapi Aruna masih butuh banyak istirahat. Jangan terlalu banyak bicara dulu.”Julia tersenyum sopan, menunduk. “Oh, tentu, Tante. Saya tidak ingin membuat Aruna lelah. Saya hanya ingin dia tahu… dia tidak sendiri.”Aruna mengangguk tipis, meski matanya masih penuh tanya. Julia pun pamit keluar, tapi senyum tipis di wajahnya tak pernah pudar. Begitu pintu menutup di belakangnya, pikirannya berbisik, Satu langkah sudah kutanam. Perlahan, aku akan jadi orang yang Aruna percaya… dan saat itu terjadi, Ezra pun tak akan bisa melepaskanku.Pintu kamar menutup pelan setelah Julia melangkah keluar. Hening kembali menguasai ruangan, hanya suara detak mesin monitor ya
Last Updated : 2025-09-17 Read more