"Pagi, Sayang," sapa Gavin dengan suara serak. "Mengapa kamu tidak membangunkanku?"Livia menoleh, senyumnya merekah. "Ternyata kamu sudah bangun. Tidurmu nyenyak sekali," jawabnya sambil meletakkan sisir yang baru saja digunakannya."Tentu saja tidurku akan nyenyak," balas Gavin, senyum menggoda tersungging di bibirnya, "karena ada kamu yang memelukku."Wajah Livia merona mendengar godaan itu. Ia beranjak dari kursi riasnya dan menghampiri Gavin, duduk di pinggiran tempat tidur. Tanpa diduga, Gavin langsung memeluknya dari belakang, hidungnya menyusuri helaian rambut Livia yang wangi."Kamu wangi sekali," puji Gavin, tangannya melingkar di perut buncit Livia, merasakan gerakan samar calon bayi mereka."Sebaiknya kamu mandi," kata Livia, berusaha mengalihkan pembicaraan dari rasa gugupnya. "Aku akan menyiapkan sarapan untukmu.""Tidak perlu repot dan capek-capek, sayang," tolak Gavin dengan lembut, jemarinya membelai lengan Livia. "Biar Amina saja yang menyiapkan segala sesuatunya."L
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-05-22 อ่านเพิ่มเติม