Titiek berkata, "Mulai sekarang, kalian harus melayani Tuan Arya dengan baik. Saat malam pun, kalian harus berjaga dan memastikan Tuan Arya aman. Mengerti?"Sembilan membungkuk dengan sopan. "Baik, Bibi Titiek, hamba mengerti."Zahra berpikir sejenak, lalu menoleh dan menunjuk seorang kasim muda berusia sekitar 13 atau 14 tahun. "Kamu, siapa namamu?"Kasim itu segera membungkuk. "Putri, hamba bernama Lima.""Baik. Mulai sekarang, kamu juga menjaga Arya. Kamu harus memperlakukannya dengan hormat, sama seperti kamu menghormatiku."Lima segera membungkuk. "Baik, Putri."Air mata tiba-tiba menetes dari mata Arya.Zahra langsung melepaskan tangan Titiek dan berjalan mendekat, lalu dengan hati-hati menghapus air matanya. "Guru Ilham bilang, laki-laki sejati nggak gampang menangis. Ayahmu seorang jenderal besar, bukankah beliau pernah mengajarkan itu padamu?"Arya terisak. "Ayah memang pernah bilang begitu, tapi aku nggak bisa menahan diri. Aku hanya merasa Putri terlalu baik padaku.""Harusn
Read more