Saat Aska hendak membuka mulut, Anggi lebih dulu berbicara. "Kak Aska, aku merasa ... di antara kita sudah nggak ada rahasia lagi," ucapnya pelan. Setelah jeda sejenak, dia melanjutkan, "Kalau suatu hari aku menyembunyikan sesuatu darimu, mungkin kamu juga akan merasa sedih."Anggi menatapnya lembut. "Selama ini, bukankah kita sudah seperti keluarga?"Tangan Aska yang tersembunyi di balik lengan bajunya mengepal tanpa sadar. Kata-kata itu begitu sederhana, tapi membuat dadanya terasa sesak. Hatinya yang sudah berusaha tenang, kembali berdebar tak beraturan."Kaisar pernah menyinggung soal satu hal," katanya sambil menatap ke arah pintu. Dia tahu, Harfi saat ini sedang belajar di ruang pustaka. "Dia bilang, orang itu ... mungkin nggak sepenuhnya bisa dipercaya."Anggi mengangguk perlahan. Dia tahu jelas siapa yang dimaksud Aska."Lagi pula," lanjut Aska sambil mengangkat tangannya dan mengepalkannya perlahan, "Hari itu aku sudah bilang padamu, kekuatanku sekarang ... mungkin nggak jauh
Baca selengkapnya