Di penjara, tubuh Jelita sudah tergeletak tak bergerak, tanpa tanda kehidupan sedikit pun. Setiap kali ada orang mendekat, kadang dia masih akan mengangkat kepala dan membuka mulut lebar-lebar, seolah ingin menggigit siapa pun yang lewat.Ketika Anggi datang, Aska sudah menunggunya di sana sejak lama. Dia bahkan membawa semangkuk darah babi dan kambing yang masih hangat, lalu menaruhnya di dekat bibir Jelita. Namun, Jelita tidak meneguknya, melainkan hanya menatap Aska dengan mata yang tanpa emosi sedikit pun.Anggi berkata, "Kak Aska, nggak usah diuji lagi. Jelas sekali dia cuma suka darah manusia."Aska mengangguk. Lalu, dia berbalik untuk mengambil sebuah cangkir teh dan melukai jarinya sendiri. Darah segar menetes ke dalam cangkir itu."Kak Aska, apa yang kamu lakukan?" tanya Anggi, tubuhnya sedikit merinding melihat darah itu. Puspa yang berdiri di samping bahkan tak sanggup membuka matanya, rasa ngeri menjalar sampai ke hatinya.Aska menjawab tenang, "Untuk memberinya minum."Sam
Read more