“Sudah jangan cerita yang sedih lagi. Aku ingin lihat lukamu,” kataku menyentuh bagian dahi, pipi dan leher Rena.“Ini pasti sangat sakit kan?” Hatiku nyes lagi. Benar-benar tidak tega melihatnya.“Aku sudah nggak apa-apa, Regi. Ini hal biasa. Jadi, kamu nggak perlu khawatir!” Rena sedang menenangkan diriku. Menyentuh lengan tanganku dengan lembut.Benar-benar meyakinkan diriku, seolah itu hal biasa yang sering dia terima. Persis seperti diriku yang dulu.“Pokoknya, kamu harus cerita dan mengabariku. Aku nggak mau ada hal buruk terjadi padamu. Kalau kamu mendapatkan perlakuan seperti ini, aku mohon, Rena, kamu harus cepat mengabariku.”Sama halnya dengan Rena, aku juga menegaskan posisiku. Aku nggak main-main. Aku serius mengulurkan bantuan untuk nya.“Iya, iya, aku janji. Aku nggak akan bohong lagi. Aku akan ceritakan apapun yang terjadi padaku, eum?!” Rena menunjukkan jari kelingking untuk mengait janji denganku.“Baiklah. Janji, nggak boleh bohong lagi. Kamu harus menceritakan sem
Terakhir Diperbarui : 2025-05-10 Baca selengkapnya