Lembaga pemasyarakatan wanita itu berdiri megah namun suram, dibalut pagar tinggi dan bangunan beton yang keras. Saat mereka memasuki ruang kunjungan, udara dingin menyambut, seolah ikut menciptakan jarak antara masa lalu dan masa kini.Pak Yuda duduk di kursi bersekat kaca bening, dengan telepon kecil di sisi kanan untuk berkomunikasi. Tangannya sedikit gemetar, namun wajahnya tetap tenang.Beberapa menit kemudian, Vidia masuk. Wajahnya jauh lebih tirus, matanya sembab, namun ia masih mencoba berdiri tegak di hadapan suaminya. Begitu melihat Pak Yuda, mata Vidia langsung berkaca-kaca. Ia duduk pelan, lalu meraih telepon dinding, menempelkannya ke telinga. Suaminya juga melakukan hal yang sama.“Mas, terima kasih sudah datang.” Suara Vidia bergetar.Pak Yuda tidak langsung menjawab. Ia menatap wanita yang pernah begitu dicintainya itu dalam diam, menelusuri jejak luka dan kekecewaan yang tertinggal.“Aku minta maaf atas semuanya. Aku bersalah atas semua itu, baik kecelakaan yang menim
Terakhir Diperbarui : 2025-07-19 Baca selengkapnya