Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku

Pacarku Selingkuh, Kubalas Menikahi Bosku

last updateLast Updated : 2025-06-01
By:  GianaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
85Chapters
1.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Malam itu, Ziandra pergi ke kelab malam untuk meluapkan emosinya sehabis memergoki kekasihnya berselingkuh. Dalam kondisi mabuk berat, tanpa banyak berpikir ia menerima ajakan seorang pria asing untuk one-night stand di sebuah hotel. Keesokan harinya, Ziandra melarikan diri tanpa meninggalkan jejak, berpikir bahwa semuanya akan berlalu begitu saja. Namun takdir mempertemukannya kembali dengan pria dari malam itu yang ternyata adalah Anggara Dhanesswara, CEO baru yang dilantik di kantornya. Ziandra bertekad menghindari Angga agar gosip buruk yang sedang menerpanya tidak makin memperburuk reputasinya. Sayangnya, keadaan rumit yang menimpa Ziandra membuatnya terpaksa terlibat dengan Angga lebih jauh. Mampukah Ziandra keluar dari situasi yang semakin tak terkendali atau ia akan terjerat dengan permainan Angga?

View More

Chapter 1

Bab 1~Pelampiasan dari Luka Pengkhianatan~

Ziandra duduk di sudut kafe favoritnya, menatap secangkir kopi yang hampir dingin. Suasana ramai di sekelilingnya seolah tak ada artinya. Ia awalnya sangat bersemangat ketika Elden mengajaknya untuk bertemu sehabis pulang kerja, tapi setelah menunggu satu jam lamanya Elden mengabari bahwa dirinya akan lembur malam ini, sehingga terpaksa untuk membatalkan janji temunya dengan Ziandra.

Ziandra tidak marah dan memutuskan tetap di kafe itu untuk beberapa saat kemudian. Tepat 15 menit, barulah Ziandra pergi dari kafe dengan lesu. Ia sangat menantikan pertemuannya dengan sang pacar yang akhir-akhir ini sulit sekali dihubungi.

Elden selalu beralasan sedang sibuk sehingga tak ada waktu untuk mengabari apalagi sampai menyempatkan waktu untuk bertemu. Ziandra berusaha untuk mengerti kondisi Elden dan tak mengeluhkan hal itu. Padahal, mereka satu perusahaan dan hanya beda divisi saja, namun rasanya begitu sulit untuk berkomunikasi layaknya pasangan pada umumnya.

“Sebaiknya aku bawakan Elden makanan, dia pasti lapar. Sekalian agar aku bisa beralasan untuk bertemu dirinya,” kekeh Ziandra sambil menenteng kresek berisi makanan yang disukai Elden.

Dengan tersenyum senang ia masuk ke kantor yang sudah sepi dan langsung menuju ke meja kerja Elden, namun tak mendapati keberadaan pacarnya. Tak habis akal, Ziandra mencari Elden di ruang rapat. Pacarnya selalu bilang jika sedang lembur lebih suka berada di ruangan tertutup itu, jadi Ziandra berpikir dia pasti di sana.

Wajah berseri Ziandra berubah dalam sekejap. Senyuman yang awalnya timbul ketika dirinya bersiap mengejutkan Elden atas kedatangannya yang mendadak, langsung luntur.

“Ap—apa yang kalian berdua lakukan!?” ucap Ziandra tergagap dengan bulir air mata yang menetes membasahi pipinya.

Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dengan cepat berusaha mengusir pandangan matanya. Ia berharap apa yang dilihatnya hanyalah mimpi.

Elden langsung berdiri dan merapikan kemejanya yang kancingnya sudah terbuka hampir keseluruhan. Dengan panik dirinya mendekati Ziandra dan berusaha menutupi pandangan pacarnya itu agar tidak melihat penampilan wanita lain yang sedang terlentang di meja tempat ruangan rapat.

“Ini tidak seperti yang kau pikirkan! Aku dengan wanita itu hanya—,”

“Melakukan hal tak senonoh di kantor, kau bilang hanya? Aku tidak sebodoh itu untuk ditipu oleh omonganmu, El! Sekarang menjauh dariku! Kau membuatku jijik dengan apa yang sudah kau perbuat,” bentak Ziandra mendorong-dorong tubuh Elden agar menjauhinya.

Wanita yang sebelumnya ada di meja berjalan mendekati. Dengan tatapan merendahkan ke arah Ziandra, ia sengaja mengibaskan rambutnya ke wajah Ziandra dan berjalan melewatinya keluar ruangan. Tak ada kata maaf atau alasan apapun yang dia utarakan.

Pandangan Ziandra kembali pada Elden. “Jadi kau bermain gila dengan Liona?—Bagaimana bisa kau melakukan hal menjijikkan itu dengan musuh bebuyutanku, hah? Di mana otakmu!?” raungnya merasa sakit teramat sangat di hatinya.

Elden menggigit bibir bawahnya dengan resah, bingung menjelaskan situasinya agar membuat Ziandra mengerti. Tapi mau bagaimanapun dia beralasan, kenyataan bahwa dia adalah pria brengsek tentu saja tak merubahnya.

Ziandra menantikan Elden untuk memberikan kata-kata pembelaannya, namun pacarnya itu sama sekali tak berkutik. Di saat itu pula Ziandra makin sadar, betapa rendahnya pria yang begitu dicintainya ini.

Ia tak pernah menyangka bahwa rasa cintanya yang begitu besar pada Elden malah dibalas pengkhianatan olehnya. Dengan perasaan kecewa dan hati yang seperti tersayat-sayat, Ziandra memutuskan pergi. Bahkan saat seperti inipun, Elden tak berminat mengejarnya, membiarkan dirinya pergi tanpa secuil harapan apapun.

Tangis Ziandra pecah ketika dia berjalan seorang diri di trotoar. Keadaan malam yang makin pekat tak membuatnya takut. Ia terus berjalan hingga sampai di sebuah kelab malam di ujung jalan. Meski berada di tempat agak tersembunyi, kelab malam yang didatanginya cukup ramai pengunjung.

Ziandra mengusap kasar air mata di pipinya dan berjalan dengan langkah yakin untuk memasuki tempat laknat itu. Dia putuskan untuk meluapkan rasa marahnya dengan mabuk hari ini. Paling tidak, untuk sementara ia mau melupakan masalahnya.

Kelab malam itu penuh dengan hiruk-pikuk musik dan lampu berkelap-kelip. Ziandra melangkah masuk, merasa asing namun juga tertarik oleh atmosfer tempat yang belum pernah dikunjunginya itu. Agak gemetar dan bingung, ia berjalan menuju meja bar dan memesan minuman beralkohol tinggi.

“Apa yang terjadi padamu?” tanya seorang bartender dengan nada prihatin ketika menyadari bahwa Ziandra mulai kehilangan kendali.

Ziandra hanya menggelengkan kepala tanpa berkata apa-apa. Ia tidak ingin berbicara, tidak ingin menjelaskan, dan hanya ingin melupakan.

Beberapa jam berlalu, dan Ziandra mulai merasakan pusing teramat sangat. Kepalanya terasa mau pecah. Dirinya memutuskan untuk berhenti, dan setelah membayar minumannya ia mencoba meninggalkan kursinya. Langkah gontai, mata sayu, dan ia berulang kali menubruk tubuh orang-orang yang sedang sibuk berjoget, nyatanya tak meruntuhkan niatnya untuk segera pergi.

“Kau tidak bisa pulang sendiri dalam keadaan seperti ini. Biarkan aku membantumu,” kata seorang pria asing yang berdiri menghadangnya.

Ziandra yang kesadarannya makin melemah, tak mampu untuk menolak. Ia pun hanya bisa pasrah ketika tubuhnya dituntun begitu lembut oleh pria asing menuju ke sebuah hotel. Ziandra berulang kali berusaha mendapatkan kesadarannya, namun sia-sia semata.

“Kau butuh melampiaskan kesedihanmu, bukan? Biarkan aku mewujudkan hal itu untukmu.”

Ziandra menganggukkan kepalanya, memberi tanda bahwa pria asing itu bebas berbuat apapun padanya. Dirinya dengan sukarela menyerahkan keperawanannya untuk pria yang sama sekali tak dikenalnya. Ia harap setelah ini semua kesakitannya akan lenyap.

*****

Keesokan paginya, Ziandra bangun dengan rasa pengar akibat ulahnya yang semalam mabuk berat. Tapi, yang membuatnya terkejut bukan main adalah saat di sampingnya ada seorang pria yang sedang tidur membelakanginya.

Ziandra menutup mulut dengan kedua tangannya. Ia panik dengan keadaan tubuhnya yang tak memakai sehelai kain pun. Ingatan samar kejadian semalam di mana ia bercinta dengan pria di sebelahnya itu membuat Ziandra tak mau percaya atas ulah gilanya sendiri.

Ziandra bergegas turun dari kasur dengan perlahan agar tidak membangunkan pria asing yang tampak nyaman tidurnya. Ia memungut pakaiannya yang berserakan di lantai, memakainya dengan cepat, lalu pergi dengan rasa malu yang tak bisa ia hindari.

“Kau sungguh wanita gila, Ziandra. Gimana bisa kau tidur dengan sembarang pria hanya karena putus cinta? Aku tak habis pikir, di mana kau menaruh otakmu ini!?”

Di perjalanan pulang, Ziandra tak henti-hentinya merutuki kebodohannya. Sesampainya di kosnya, ia langsung masuk untuk mandi. Ia membasuh tubuhnya dengan sabun yang banyak dan air tak berhenti ia guyurkan.

Duduk di depan cermin dengan rambut yang masih basah, Ziandra menangis. Ia merasa sangat jijik dan marah pada dirinya sendiri. Ia menyesal sudah membiarkan tubuhnya dinodai oleh orang asing. Martabatnya seolah lenyap malam itu juga dan ia tak tahu bagaimana untuk menata hidupnya setelah ini.

Saat sedang merenungi kepahitannya, ponselnya berdering yang membuatnya terpaksa mengangkat. Satu kabar dari keluarganya di desa membuat pukulan menyakitkan kembali menyerang ulu hatinya.

“Akan kuusahakan untuk mendapatkan uangnya. Nenek akan baik-baik saja di sana, percaya padaku. Baiklah, secepatnya akan kukirimkan uangnya.” Ziandra bahkan tak yakin dengan janji yang baru saja ia katakan ini.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
85 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status