Dea menelan ludah, otaknya bekerja cepat. Ia tahu tak bisa terus menolak tanpa alasan. Frans bukan pria bodoh, dan bagaimanapun, mereka memang telah dianggap pasangan sah, setidaknya di mata publik istana... mata semua orang yang menjadi saksi saat pernikahan dilangsungkan. Tapi... hatinya belum siap. Rasa trauma, ketidakpercayaan, semua masih membekas. Dan satu hal pasti, dia mencintai Yama, walau apa pun yang sudah terjadi di antara mereka hanyalah luka yang mendalam. “Aaah... aku... aku lapar, juga belum menyikat gigi,” kilah Dea dengan senyum canggung. Perutnya memang mengeluarkan suara "Kruk", seolah-olah mendukung kebohongan daruratnya. Frans terdiam, mengamati wajah Dea beberapa detik yang terasa lama. Ia tahu gadis itu berbohong. Tapi ia juga tidak ingin memaksanya, tidak sekarang. Ada rasa aneh dalam dirinya yang membuatnya bersedia menahan diri, setidaknya dia tidak tega membiarkan istrinya lapar.&n
Terakhir Diperbarui : 2025-05-16 Baca selengkapnya