Air mata menggantung di sudut mata Ayu saat ia melirik spion. Di sana, Baim masih berdiri mematung di tepi jalan, tak bergerak sedikit pun, tatapannya terkunci pada mobil yang menjauh membawanya pergi.Narendra hanya melirik sekilas ke arahnya, kedua tangannya mantap menggenggam setir."Kalau masih cinta, kenapa nggak samperin aja," gumamnya, suara tenang tapi menohok.Ayu buru-buru menyeka pipinya, gerak tangannya cepat dan gelisah. Ia menarik ujung bibirnya membentuk senyum—senyum yang tak sampai ke mata."Nggak kok..." ucapnya, suara lirih, hampir tenggelam oleh dengung mesin.Narendra meliriknya lagi, sebentar saja. Ia bisa membaca keretakan yang coba Ayu tutupi. Udara di dalam mobil sejenak terasa berat."Aku ada kabar gembira," ucapnya tiba-tiba, nadanya dibuat ringan, seperti seseorang yang mencoba menambal ruang sunyi dengan kata-kata.Ayu hanya menoleh pelan, matanya masih buram. "Mas Rendra cuma mau menghiburku, kan?" suaranya nyaris tanpa tenaga.Narendra menyunggingkan sen
Terakhir Diperbarui : 2025-06-05 Baca selengkapnya