All Chapters of ASI Untuk Bayi Miliuner: Chapter 21 - Chapter 30

Anisa mengangkat kepalanya dan menatap Widia, "Ada apa dok?" "Emmm, sebelumnya saya terkejut saat Anda bilang akan segera datang ke rumah sakit. Tapi saya lebih terkejut lagi, saat Anda benar-benar tiba barusan. Kalau boleh saya tau, memangnya keluarga suami Anda tidak mencegah Anda? Maksud saya, mereka membiarkan Anda begitu saja, untuk pergi ke sini?" tanya Widia.  Walaupun Widia sudah tahu kenyataannya, namun dia berpura-pura tanya seperti ini supaya seolah dia terlihat khawatir dan tidak tahu apa-apa.  Anisa juga tanpa curiga menjawab dengan jujur, "Aku sudah diusir dari rumah mereka, jadi sekarang aku bebas." Widia yang mendengarnya, pura-pura terkejut, "Apa? Astaga... Anda baru saja keluar dari rumah sakit setelah mendapat musibah, tapi malah diusir begitu saja oleh keluarga suami Anda? Apa mereka benar-benar tidak punya hati nurani ya? Kok bisa ada manusia model begitu." 

Anisa hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya tanpa menanggapi yang dikatakan Dinda maupun Tegar. Dia kemudian berbalik dan bersiap untuk melangkahkan kakinya.  Namun Tegar yang merasa tidak puas karena diabaikan, kemudian berseru, "Nisa, tunggu!" Dia lalu berjalan cepat ke arah Anisa sampai berdiri tepat di belakangnya. Dia juga berniat memegang tangan Anisa, namun tidak berhasil karena Anisa langsung menghindarinya.  Dinda yang juga merasa kesal, langsung mengejar Tegar dan berdiri di sebelahnya.  Anisa berbalik dan menatap tajam pada Tegar, "Ada apa lagi? Kita sudah bukan suami istri, jadi berhentilah menggangguku!" Belum sempat Tegar menanggapi, Dinda sudah menyahut, "Nisa, kau dan Tegar belum resmi bercerai! Bagaimana bisa menjadi bukan suami istri lagi?"  "Hehh, beginilah orang yang tidak pernah belajar agama. Tidak tau apa-apa t

'Anisa yang ini adalah calon karyawan yang sangat berpotensi dan direkomendasikan langsung oleh pihak perusahaan? Ha ha ha... Aku yakin, jika benar begitu, maka Anisa ini pastilah seorang profesional yang sangat berkompeten dan mungkin memiliki koneksi yang kuat. Dan ini pasti bukan Anisa mantan istri Tega. Ya, aku yakin sekali itu. Karena Anisa mantan istri Tegar hanyalah seorang Ibu rumah tangga yang tidak tau apa-apa dalam dunia bisnis dan dia juga tidak memiliki koneksi kuat seperti ini!' pikir Dinda dalam hati.  Pada saat yang sama, Tegar juga berpikiran sama seperti Dinda, 'Kalau begitu, tidak mungkin Anisa yang diterima kerja di Tifana Group adalah Anisa mantan istriku. Anisa mantan istriku selalu ada di rumah, menjadi Ibu rumah tangga. Jadi sangat tidak mungkin dia memiliki koneksi yang bisa memberikannya rekomendasi langsung dari pihak perusahaan sebesar ini. Anisa mantan istriku juga tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk bekerja di sebuah p

Setelah menyusui Jihan dan membuatnya tertidur, Anisa diantar Widia pergi ke Pengadilan Agama Kota Kendal, untuk mengajukan surat cerai. Dia telah memutuskan untuk mengakhiri hubungan pernikahannya dengan Tegar secara resmi. Meski hatinya masih sedikit terasa berat, tapi dia yakin itulah keputusan terbaik bagi kehidupannya.Saat tiba di Pengadilan Agama, Anisa bergegas masuk ke dalam ruang tunggu. Dia merasa deg-degan, namun juga merasa lega karena akhirnya dia akan menuntaskan apa yang telah dia putuskan. Setelah beberapa saat menunggu, Anisa dipanggil untuk ditemui oleh panitera pengadilan. Dia dengan cepat berjalan menuju ruang tunggu, siap untuk mengajukan surat cerai kepada panitera."Selamat siang, Bu Anisa. Apakah Anda sudah benar-benar siap untuk mengajukan surat cerai?" tanya panitera pengadilan dengan ramah.Anisa mengangguk, "Ya, saya benar-benar siap."Panitera itu bertanya sekali lagi, "Apakah Anda yakin akan bercerai? Jika Anda merasa kurang yakin, Anda bisa menunda kepu

"Apa katamu? Kau... Kau mengancamku?" Dinda terlihat semakin kesal, dan tidak sabar untuk memulai perkelahian.  Widia yang juga tidak takut, juga langsung maju selangkah. Dan jika Dinda benar-benar berani menyerang duluan, maka dia akan menghajarnya habis-habisan. Widia adalah pemegang sabuk hitam taekwondo. Bertarung dengan beberapa pria kuat saja dia tidak takut. Apalagi hanya seorang wanita manja seperti Dinda? Widia bisa membuatnya menjadi bubur dalam sekejap.  "Ayo mulai! Biar kuhajar pelakor tak tau diri sepertimu!" ujar Widia sambil menatap Dinda dengan dingin.  "Kurang ajar, kau benar-benar menantangku? Apa kau pikir aku akan takut hanya dengan gertakanmu?" Dinda langsung mengangkat tangan dan mengayunkannya, berniat menampar Widia.  Namun sebelum tangannya mengenai wajah Widia, Widia sudah menghindar sebelum memberikan tendangan cepat ke perut Dinda.